Makna di balik setelan pangsi Dedi Mulyadi
Merdeka.com - Sosok Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, kini kerap jadi bahan perbincangan. Mulai dari konfliknya dengan Front Pembela Islam, hingga beberapa terobosan buat membangun karakter warganya.
Hanya saja, pria akrab disapa Kang Dedi itu juga punya ciri. Yaitu cara dia berpakaian. Dia selalu menggunakan pakaian adat Sunda, berupa baju dan celana pangsi, serta tak pernah menanggalkan ikat kepala. Pakaian itu terus dipakai bekerja saban hari.
"Pangsi adalah baju Longgar. Cermin sifat yang terbuka serta gerakan yang luas. Sedangkan Iket (ikat kepala) merupakan keterikatan pikiran oleh hati," kata Dedi saat berbincang dengan merdeka.com, di rumah dinasnya di Kompleks Pemda Purwakarta, Minggu (28/2).
Lelaki lahir di Kampung Sukadaya, Subang, pada 1971 itu melanjutkan ceritanya. Dia mengaku punya alasan kuat mengapa memilih berbusana seperti itu. Menurut Dedi, dia ingin jiwa dan budaya tanah leluhurnya tak hilang dimakan zaman.
"Dengan pakaian seperti ini otomatis gaya hidup saya menjadi nyunda. Sehingga saya masuk ke mana pun, seperti ke mal atau kafe, maka otomatis gaya saya tetap orang Sunda. Makanan saya pun jelas Sunda," ujar Dedi.
Dedi pun mengakui tidak mudah berpenampilan tradisional di masa kini. Apalagi ketika dihadapkan dengan urusan protokoler. Dia kerap dituding pengikut kepercayaan Sunda Wiwitan dinilai kontroversi. Namun, menurut dia, cibiran itu tak pernah dihiraukan.
"Awalnya saya sering ditegur saat menghadap pejabat dengan mengenakan ini, tapi lama-lama mereka sudah bisa menerima saya. Ya, inilah saya," lanjut Dedi.
Soal kepercayaan, Dedi mengaku tetap seorang muslim. Hanya saja, dia beralasan ingin menjaga dan melestarikan nilai-nilai khas Sunda.
"Sekarang pakaian ini juga dikenakan para PNS. Bahkan saya senang sekali pakaian pangsi menjadi seragam wajib sehari bagi siswa anak sekolah di daerah lain seperti di Bandung. Karena kalau di Purwakarta sudah digunakan serta berjalan sejak lama," ucap Dedi.
Dedi mengatakan punya dua warna baju pangsi. Hitam dan putih. Masing-masing punya fungsi. Menurut Dedi, yang berkelir putih lebih cocok digunakan pada musim kemarau buat melindungi dari cuaca terik.
"Saat ini musim hujan, udaranya dingin. Sehingga warna hitam memberi kesan hangat. Di samping itu, jalanan yang becek karena genangan air atau karena saya sering ke perkampungan, maka sering kotor. Nah kalau celana hitam lebih enjoy. Ditambah ukuran panjangnya di atas tumit," tambah suami dari Ane Ratna Mustika itu.
(mdk/ary)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bertemu dengan para petugas berpakaian tradisional khas tentara kerajaan, Dedi mengaku kaget.
Baca SelengkapnyaIni merupakan bentuk ikhtiar warga Sumedang setelah terjadi bencana gempa beberapa waktu lalu.
Baca SelengkapnyaTradisi itu diadakan sebagai bentuk apresiasi terhadap hewan ternak sapi sebagai makhluk Tuhan
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Tradisi ini telah menjadi fenomena sosial yang besar di Indonesia, di mana jutaan orang memilih untuk meninggalkan kota.
Baca SelengkapnyaPanglima Perang Moro Kogoya mandi menggunakan deterjen sehingga prajurit TNI membelikannya sabun mandi.
Baca SelengkapnyaAdab menghormati serta memuliakan tamu itu sudah melekat pada diri orang di Indonesia, mereka dianggap sebagai 'raja'.
Baca SelengkapnyaNenek berusia 86 tahun ini merupakan satu-satunya perajin mainan tradisional yang masih eksis bertahan hingga saat ini.
Baca SelengkapnyaTradisi ini juga dibarengi dengan sajian kuliner khas Palembang, seperti tekwan hingga aneka macam kue yang disajikan oleh tuan rumah.
Baca SelengkapnyaTradisi ini jadi salah satu pesta adat masyarakat Sunda yang unik untuk meminta hujan
Baca Selengkapnya