Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Makna di balik setelan pangsi Dedi Mulyadi

Makna di balik setelan pangsi Dedi Mulyadi Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi. ©2016 merdeka.com/bram salam

Merdeka.com - Sosok Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, kini kerap jadi bahan perbincangan. Mulai dari konfliknya dengan Front Pembela Islam, hingga beberapa terobosan buat membangun karakter warganya.

Hanya saja, pria akrab disapa Kang Dedi itu juga punya ciri. Yaitu cara dia berpakaian. Dia selalu menggunakan pakaian adat Sunda, berupa baju dan celana pangsi, serta tak pernah menanggalkan ikat kepala. Pakaian itu terus dipakai bekerja saban hari.

"Pangsi adalah baju Longgar. Cermin sifat yang terbuka serta gerakan yang luas. Sedangkan Iket (ikat kepala) merupakan keterikatan pikiran oleh hati," kata Dedi saat berbincang dengan merdeka.com, di rumah dinasnya di Kompleks Pemda Purwakarta, Minggu (28/2).

Lelaki lahir di Kampung Sukadaya, Subang, pada 1971 itu melanjutkan ceritanya. Dia mengaku punya alasan kuat mengapa memilih berbusana seperti itu. Menurut Dedi, dia ingin jiwa dan budaya tanah leluhurnya tak hilang dimakan zaman.

"Dengan pakaian seperti ini otomatis gaya hidup saya menjadi nyunda. Sehingga saya masuk ke mana pun, seperti ke mal atau kafe, maka otomatis gaya saya tetap orang Sunda. Makanan saya pun jelas Sunda," ujar Dedi.

Dedi pun mengakui tidak mudah berpenampilan tradisional di masa kini. Apalagi ketika dihadapkan dengan urusan protokoler. Dia kerap dituding pengikut kepercayaan Sunda Wiwitan dinilai kontroversi. Namun, menurut dia, cibiran itu tak pernah dihiraukan.

"Awalnya saya sering ditegur saat menghadap pejabat dengan mengenakan ini, tapi lama-lama mereka sudah bisa menerima saya. Ya, inilah saya," lanjut Dedi.

Soal kepercayaan, Dedi mengaku tetap seorang muslim. Hanya saja, dia beralasan ingin menjaga dan melestarikan nilai-nilai khas Sunda.

"Sekarang pakaian ini juga dikenakan para PNS. Bahkan saya senang sekali pakaian pangsi menjadi seragam wajib sehari bagi siswa anak sekolah di daerah lain seperti di Bandung. Karena kalau di Purwakarta sudah digunakan serta berjalan sejak lama," ucap Dedi.

Dedi mengatakan punya dua warna baju pangsi. Hitam dan putih. Masing-masing punya fungsi. Menurut Dedi, yang berkelir putih lebih cocok digunakan pada musim kemarau buat melindungi dari cuaca terik.

"Saat ini musim hujan, udaranya dingin. Sehingga warna hitam memberi kesan hangat. Di samping itu, jalanan yang becek karena genangan air atau karena saya sering ke perkampungan, maka sering kotor. Nah kalau celana hitam lebih enjoy. Ditambah ukuran panjangnya di atas tumit," tambah suami dari Ane Ratna Mustika itu.

(mdk/ary)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Momen Dedi Mulyadi Nyoblos Dikawal Tentara Kerajaan 'Jangan Macam-macam di Sini'
Momen Dedi Mulyadi Nyoblos Dikawal Tentara Kerajaan 'Jangan Macam-macam di Sini'

Bertemu dengan para petugas berpakaian tradisional khas tentara kerajaan, Dedi mengaku kaget.

Baca Selengkapnya
Dalamnya Makna Tradisi Hajat Uar, Cara Orang Sumedang Memahami Alam Pasca Bencana
Dalamnya Makna Tradisi Hajat Uar, Cara Orang Sumedang Memahami Alam Pasca Bencana

Ini merupakan bentuk ikhtiar warga Sumedang setelah terjadi bencana gempa beberapa waktu lalu.

Baca Selengkapnya
Mengenal Tradisi Momong Pedet Asal Sleman, Bentuk Apresiasi Peternak Terhadap Peliharaannya
Mengenal Tradisi Momong Pedet Asal Sleman, Bentuk Apresiasi Peternak Terhadap Peliharaannya

Tradisi itu diadakan sebagai bentuk apresiasi terhadap hewan ternak sapi sebagai makhluk Tuhan

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Begini Awal Mula Tradisi Mudik Jelang Lebaran di Indonesia, Sudah Ada Sejak Kerajaaan Majapahit
Begini Awal Mula Tradisi Mudik Jelang Lebaran di Indonesia, Sudah Ada Sejak Kerajaaan Majapahit

Tradisi ini telah menjadi fenomena sosial yang besar di Indonesia, di mana jutaan orang memilih untuk meninggalkan kota.

Baca Selengkapnya
Mandi Pakai Deterjen, Prajurit Kopassus Belikan Sabun Mandi Untuk Panglima Perang Moro Kogoya 'Jangan Mandi Pakai Deterjen Kulit Rusak'
Mandi Pakai Deterjen, Prajurit Kopassus Belikan Sabun Mandi Untuk Panglima Perang Moro Kogoya 'Jangan Mandi Pakai Deterjen Kulit Rusak'

Panglima Perang Moro Kogoya mandi menggunakan deterjen sehingga prajurit TNI membelikannya sabun mandi.

Baca Selengkapnya
Mengenal Ngidang-Ngobeng, Tradisi Memuliakan Tamu ala Orang Palembang
Mengenal Ngidang-Ngobeng, Tradisi Memuliakan Tamu ala Orang Palembang

Adab menghormati serta memuliakan tamu itu sudah melekat pada diri orang di Indonesia, mereka dianggap sebagai 'raja'.

Baca Selengkapnya
Kini Mulai Tertelan Zaman, Ini Kisah Mbah Atmo Sang Pelestari Perajin Mainan Anak Tradisional di Bantul
Kini Mulai Tertelan Zaman, Ini Kisah Mbah Atmo Sang Pelestari Perajin Mainan Anak Tradisional di Bantul

Nenek berusia 86 tahun ini merupakan satu-satunya perajin mainan tradisional yang masih eksis bertahan hingga saat ini.

Baca Selengkapnya
Serunya Tradisi Rumpak-rumpakan dari Palembang, Kunjungi Rumah Tetangga saat Lebaran sambil Diiringi Rebana
Serunya Tradisi Rumpak-rumpakan dari Palembang, Kunjungi Rumah Tetangga saat Lebaran sambil Diiringi Rebana

Tradisi ini juga dibarengi dengan sajian kuliner khas Palembang, seperti tekwan hingga aneka macam kue yang disajikan oleh tuan rumah.

Baca Selengkapnya
Mengenal Babangkongan, Tradisi Memanggil Hujan Ala Masyarakat Majalengka yang Terinspirasi dari Katak
Mengenal Babangkongan, Tradisi Memanggil Hujan Ala Masyarakat Majalengka yang Terinspirasi dari Katak

Tradisi ini jadi salah satu pesta adat masyarakat Sunda yang unik untuk meminta hujan

Baca Selengkapnya