Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Komnas HAM endus pelanggaran dalam pengepungan mahasiswa di Yogja

Komnas HAM endus pelanggaran dalam pengepungan mahasiswa di Yogja Komnas HAM kunjungi Asrama Papua di Yogya. ©2016 Merdeka.com/hartanto

Merdeka.com - Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Natalius Pigai, mengumumkan indikasi pelanggaran HAM yang terjadi dalam peristiwa pengepungan asrama Papua pada 14-17 Juli lalu. Semua indikasi tersebut berdasarkan hasil pencarian fakta yang dilakukan Komnas HAM baik pada pemerintah, mahasiswa Papua, kepolisian, dan berbagai pihak yang terkait.

"Jadi indikasi-indikasi ini berdasarkan penggalian fakta-fakta dari berbagai pihak baik pemerintah, Polda DIY, Polresta Yogja, mahasiswa Papua, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jogjakarta, dan lainnya," ujar Natalius Pigai dalam jumpa pers di Yogyakarta, Rabu (20/7) malam.

Natalius menjelaskan, indikasi pertama ialah adanya pembatasan ruang berekspresi yang dilakukan oleh pemerintah melalui aparat negara. Itu ditunjukan dengan pengepungan dan blokade yang sudah dilakukan sebelum dimulainya rangkaian acara mahasiswa Papua.

"Negara tidak memiliki kewenangan membatasi atas pikiran, perasaan, danpendapat manusia. Pengepungankan dilakukan sebelum acara, berarti sudah dibatasi kebebasan berekspresi. Kan belum aksi sudah dibatasi, ini indikasi pemerintah tidak memberi ruang berekspresi," kata dia.

Selanjutnya, adanya fakta dan informasi di lapangan akan tindakan kekerasan. Padahal dalam konteks Ham itu tidak boleh ada kekerasan pada manusia.

"Saya temukan korban yang mendapat perlakuan kekerasan oleh aparat pada mahasiswa Papua," ujar dia.

Natalius Pigai menjelaskan lebih lanjut, Komnas HAM menemukan fakta bahwa telah terjadi kekerasan dalam bentuk verbal atau ucapan. Ditambah lagi kekerasan verbal itu bermuatan rasisme.

"Ada fakta tindakan kekerasan verbal yang mengandung unsur rasis yaitu monyet, biadad, hitam, babi, dan anjing. Ini sudah diverifikasi ke lapangan," ujarnya.

Selanjutnya, adanya fakta peristiwa di mana kelompok intoleran yaitu ormas ikut memblokade asrama Papua. Ormas juga melakukan orasi dan mengeluarkan kekerasan verbal yang bermuatan rasis.

"Ada fakta di mana aparat membiarkan ormas tersebut. Apakah polisi sengaja dan apakah langkah aparat dalam mengontrol ormas tersebut? Proses pembiaran yang dilakukan oleh aparat itu merupakan pelanggaran HAM dan bukti bahwa tidak profesional," ujar Natalius.

Selain itu, Komnas HAM juga mempertanyakan apakah pemerintah DIY sudah melakukan tindakan menjaga keamanan supaya tidak merembes ke masyarakat Jogja pada umumnya. Hal tersebut terkait adanya fakta razia aparat pada orang berkulit hitam di jogja.

"Pengamanan saat peristiwa agar tidak berubah menjadi pandangan rasis di masyarakat Jogja," ujarnya.

Natalius menambahkan, ia juga menemukan fakta bahwa terjadi ketidak adilan proses hukum yang dilakukan oleh aparat dengan menangkap sejumlah mahasiswa Papua dan menjadikan satu tersangka. Penangkapan tersebut justru terjadi pada mereka yang tidak terlibat dalam peristiwa tersebut.

"Setiap orang harus diperlakukan adil dalam proses peradilan. Polisi harus objektif tidak atas dasar rasial. Kerja polisi itu berbasis Ham cek itu Peraturan Kapolri Nomo 8 Tahun 2009."

(mdk/gil)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
14 Mahasiswa Penerima Beasiswa Otsus Papua di AS Terancam Dipulangkan, Orang Tua Lapor Komnas HAM
14 Mahasiswa Penerima Beasiswa Otsus Papua di AS Terancam Dipulangkan, Orang Tua Lapor Komnas HAM

14 Mahasiswa Penerima Beasiswa Otsus Papua di AS Terancam Dipulangkan, Orang Tua Lapor Komnas HAM

Baca Selengkapnya
Komnas HAM Kecam Pembunuhan Danramil Aradide di Paniai Papua Tengah
Komnas HAM Kecam Pembunuhan Danramil Aradide di Paniai Papua Tengah

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menilai situasi konflik dan kekerasan di Papua semakin mencederai HAM.

Baca Selengkapnya
Komnas HAM Soroti 12 Peristiwa  Kekerasan di Papua dalam Sebulan Terakhir
Komnas HAM Soroti 12 Peristiwa Kekerasan di Papua dalam Sebulan Terakhir

Mencatat ada 8 orang meninggal dunia, terdiri atas lima anggota TNI/POLRI dan tiga warga sipil

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Mahasiswa dari Jakarta Sambangi Rumah Panglima Perang Moro Kogoya di Papua Untuk Memberikan Sesuatu
Mahasiswa dari Jakarta Sambangi Rumah Panglima Perang Moro Kogoya di Papua Untuk Memberikan Sesuatu

Momen mahasiswa kunjungi rumah Panglima perang Suku Dani, Moro Kogoya.

Baca Selengkapnya
Sosok Pemuda di Kalideres Tersangka Penjual Sertifikat Habib Palsu Dikenal Tertutup
Sosok Pemuda di Kalideres Tersangka Penjual Sertifikat Habib Palsu Dikenal Tertutup

Tersangka dikenal tetangga sebagai mahasiswa di salah satu kampus Jakarta.

Baca Selengkapnya
Suciwati Bosan Dengar Janji Penyelesaian Kasus Pembunuhan Munir: Segera Bentuk Pengadilan HAM Ad Hoc
Suciwati Bosan Dengar Janji Penyelesaian Kasus Pembunuhan Munir: Segera Bentuk Pengadilan HAM Ad Hoc

Komnas HAM tengah melakukan penyelidikan terhadap kasus pembunuhan Munir.

Baca Selengkapnya
Komjak Soroti Permohonan JPU Pindahkan Penahanan Dito Mahendra ke Lapas Gunung Sindur
Komjak Soroti Permohonan JPU Pindahkan Penahanan Dito Mahendra ke Lapas Gunung Sindur

Penetapan penahanan terdakwa saat ini berada di bawah wewenang majelis hakim

Baca Selengkapnya
Gerakan Kampus Kritik Jokowi Makin Luas, Timnas AMIN: Pertanda Alam Perubahan akan Terjadi
Gerakan Kampus Kritik Jokowi Makin Luas, Timnas AMIN: Pertanda Alam Perubahan akan Terjadi

Timnas AMIN menilai gerakan sejumlah kampus di Indonesia menginginkan Pemilu 2024 berjalan dengan jujur merupakan pertanda perubahan akan terjadi.

Baca Selengkapnya
Sederet Para Pesohor dari Dapil Jabar I Lolos ke Senayan, Ada Melly Goeslaw hingga Istri Ridwan Kamil
Sederet Para Pesohor dari Dapil Jabar I Lolos ke Senayan, Ada Melly Goeslaw hingga Istri Ridwan Kamil

Tujuh caleg dipastikan lolos dari Dapil Jawa Barat I.

Baca Selengkapnya