Kesenjangan dan Kerentanan Sosial di Pesantren jadi Tantangan Santri di Era Digital

Selasa, 25 Oktober 2022 19:02 Reporter : Muhamad Agil Aliansyah
Kesenjangan dan Kerentanan Sosial di Pesantren jadi Tantangan Santri di Era Digital Kirab Hari Santri Nasional 2017. ©2017 Merdeka.com/Muhammad Luthfi Rahman

Merdeka.com - Direktur Eksekutif Said Aqiel Siradj (SAS) Institute Sa’dullah Affandy mengatakan bahwa Hari Santri merupakan sebuah pengakuan negara kepada kaum santri atas kiprah dan jasa mereka terhadap Tanah Air. Hari Santri diperingati setiap tanggal 22 Oktober setelah ditetapkan Presiden Joko Widodo melalui Keppres Nomor 22 Tahun 2015.

"Setiap tahun kaum santri selalu merayakan Hari Santri sebagai hari istimewa, sebuah pengakuan negara kepada kaum santri atas kiprah dan jasa mereka terhadap Tanah Air," kata Sa’dullah dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (25/10).

Sa'dullah melanjutkan, Ssntri merupakan lulusan pesantren, sebuah institusi pendidikan pertama dalam komunitas Islam Nusantara dan diyakini sebagai institusi pendidikan keislaman hasil kreasi para ulama Nusantara. Bahkan, pesantren tidak jarang menjadi aktor penggerak bagi perubahan itu sendiri, baik di masa kolonial, hingga reformasi dewasa ini.

"Tidak mengherankan jika pesantren mampu eksis menjadi kawah candra dimuka bagi kaum intelektual Islam selama berabad-abad, bertahan menghadapi beragam gelombang perubahan zaman," ujar dia.

2 dari 2 halaman

Tantangan Santri

Sa’dullah berpandangan bahwa tantangan kaum santri saat ini tidaklah sama dengan era sebelumnya. Kesenjangan politik nyaris tidak lagi terjadi di era keterbukaan ini.

Setiap orang bebas untuk menyampaikan aspirasi politik dan pendapatnya masing-masing selama tidak mengganggu ketertiban umum atau bertentangan dengan peraturan yang ada.

“Meski demikian, kesenjangan ekonomi dan kerentanan sosial masih kita saksikan bersama,” tutur dia.

Dengan demikian, kata Sa’dullah, pada Hari Santri yang ke-8 ini, sangatlah tepat kiranya jika kaum santri dan pesantren memusatkan pandangan pada kebangkitan ekonomi santri.

Secara politik, kaum santri telah memiliki panggung yang cukup terbuka untuk pentas, meski tentu belum sebanding dengan jasanya selama berabad-abad dalam membangun peradaban bangsa.

Secara pemikiran, santri juga telah banyak memiliki profesor apalagi doktor dalam berbagai bidang, baik lulusan dalam negeri maupun luar negeri.

“Namun, kalangan santri-pesantren, secara ekonomi dewasa ini, masih menjadi penghuni kelas menengah ke bawah. Inilah pekerjaan besar kaum santri ke depan. Sebuah tugas yang tidak lebih ringan dari perjuangan kaum santri dalam mengusir penjajah dan merebut kemerdekaan Indonesia,” kata Sa’dullah. [gil]

Baca juga:
Berkunjung ke Jogja, Ini Pesan Wapres pada Para Santri untuk Pemilu 2024
Gandeng MES, OJK Gencarkan Literasi Inklusi Keuangan Para Santri
Sandiaga: Santri Sekarang Punya Talenta di Dunia Digital yang Membuka Peluang Usaha
Hari Santri Nasional, Pj Heru Serahkan Sarana Pertanian Kota ke Pesantren
Menag Yaqut: Catatan Sejarah Menunjukkan Santri Bisa Menjadi Apa Saja
Wapres Ma'ruf: Santri Harus Menjaga Persatuan di Tahun Politik
Bupati Ipuk Jadi Inspektur Upacara Peringatan Hari Santri Nasional

Komentar Pembaca

Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami

Be Smart, Read More

Indeks Berita Hari Ini

Opini