Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kepala BNPT jelaskan bahaya penyebaran paham radikal di perguruan tinggi

Kepala BNPT jelaskan bahaya penyebaran paham radikal di perguruan tinggi kepala bnpt di markas PBB. ©2018 Merdeka.com

Merdeka.com - Penyebaran paham-paham radikalisme yang memiliki makna negatif seperti intoleransi, anti-NKRI, dan anti-Pancasila semakin masif masuk perguruan tinggi. Tak pelak hal tersebut menimbulkan kecemasan tersendiri dari kalangan akademisi khususnya para Guru Besar.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Suhardi Alius mengaku diminta memberikan pencerahan kepada mahasiswa baru di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia (FEB UI) tentang bahaya radikalisme. Lalu bertemu dengan para Guru Besar dan para pejabat struktural di lingkungan FEB untuk memberikan pemahaman soal paham radikal masuk ke dalam lingkungan pendidikan.

"Lalu kita perlihatkan juga fakta-fakta yang sudah terjadi dan kemudian kita beri tahu modus-modus operandi seperti apa, khususnya dalam entry point mereka dalam penerimaan mahasiswa baru seperti sekarang ini," ujar Suhardi dalam keterangannya, Senin (20/8).

Lebih lanjut, setelah dirinya menguraikan secara gamblang lalu memberikan treatment-treatment-nya. Hal ini agar ada pemahaman yang utuh juga bagaimana pihak Dekan dengan seluruh perangkatnya bisa memberikan perhatian khusus kepada calon calon mahasiswa barunya ini.

"Pihak fakultas harus bisa mengidentifikasi dan melaporkan jika menemukan setiap fenomena dan gejala-gejala yang tidak bagus dalam proses belajar mengajar yang ada di lingkungan pendidikan khususnya FEB ini. Kami harap pihak Dekan punya treatment-treatment sehingga mereka bisa saling mengingatkan," kata alumni Akpol tahun 1985 ini

Dikatakan mantan Kapolda Jawa Barat ini, dari penjelasan-penjelasan yang telah disampaikannya tersebut banyak sekali pertanyaan-pertanyaan untuk dimintai penjelasan lebih lanjut. Dan pihaknya berjanji untuk membantu pihak FEB UI jika dikemudian hari menemukan hal-hal seperti yang ia jelaskan namun belum dapat diselesaikan oleh pihak FEB UI.

"Kita selalu siap setiap saat untuk membantu FEB. Bukan hanya FEB saja, tapi termasuk UI pada umumnya dan perguruan tinggi di Indonesia lainnya pada umumnya untuk bisa sharing terkait masalah ini," kata mantan Kepala Divisi Humas Polri ini.

Dia mengatakan, apa yang ia sampaikan kepada para Guru Besar FEB UI ini juga akan menjadi bekal dalam upaya membentengi lingkungan perguruan tinggi dari penyebaran-penyebaran paham-paham radikal yang bersifat negatif.

"Dengan apa yang saya jelaskan tadi para Guru Besar banyak yang terperangah setelah melihat bagaimana fenomena itu terjadi. Dan sekarang mereka punya perspektif yang lebih lengkap. Karena beliau-beliau ini adalah kaum akademisi yang jauh pemahaman-pemahaman dalam masalah konteks intelektualitas tentunya. Saya yakin akan banyak dan berkembang ini pola-pola yang tidak kita pikirkan malah terpikirkan oleh para beliau-beliau (Guru Besar) ini," jelasnya.

Saat sesi pembekalan terhadap para mahasiswa baru FEB UI, mantan Sekretaris Utama (Sestama) Lemhanas ini juga mengapresiasi para mahasiswa baru itu dengan pertanyaan-pertanyaan yang kritis dilontarkan kepada dirinya. Para mahasiswa ini, menurutnya, adalah anak bangsa yang masih punya idealisme tinggi dan merupakan kelebihan mereka.

"Itu sangat bagus. Dia harus diberikan pemahaman. Kenapa pertanyaan itu muncul? Karena rasa keingintahuannya tinggi, nah kita memberikan jawaban yang benar-benar jawaban yang baik. Sehingga dia mempunyai pemahaman yang benar juga," tuturnya.

Dekan FEB UI, Ari Kuncoro mengatakan, penjelasan Kepala BNPT ini untuk menjawab keprihatinan para akademisi khususnya yang ada di lingkungan FEB UI mengenai berkembangnya paham-paham radikalisme di lingkungan perguruan tinggi yang sering dibicarakan akhir akhir ini

"Dengan penjelasan lengkap dari Kepala BNPT tadi maka kita ingin mencegahnya langsung dari sumbernya bahwa yang namanya radikalisme dan terorisme itu asalnya dari intoleransi itu tadi," ujar Ari Kuncoro.

Diriya mengamati bahwa selama 10 tahun terakhir, berbagai pihak barangkali tidak lagi mempedulikan pelajaran-pelajaran yang sangat penting untuk kebangsaan, seperti yang pernah ia dapatkan saat dulu duduk di bangku sekolah seperti Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dan mata kuliah Pancasila serta Kewiraan saat menempuh bangku kuliah.

"Selama ini kita menggantinya dengan mata kuliah lain yang isinya itu barangkali perlu kita tinjau lagi. Karena kita sebagai bangsa yang majemuk, maka salah satu syarat untuk setiap kita bisa eksis itu adalah toleransi," tandasnya.

Sejumlah Guru Besar FEB UI tampak ikut hadir dalam sesi yang dikhususkan terhadap para Guru Besar dan Pejabat Struktural FEB UI, yakni Emil Salim yang merupakan mantan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup di era Orde Baru, lalu ada mantan Deputi Senior Bank Indonesia, Miranda S. Goeltom , dan para Guru Besar FEB UI lainnya.

(mdk/did)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
BPIP: Bangsa Ini Sudah Biasa Bertindak dengan Menghargai Perbedaan

BPIP: Bangsa Ini Sudah Biasa Bertindak dengan Menghargai Perbedaan

Dengan perilaku toleransi tinggi, Indonesia diyakini kebal dengan serangan paham radikal terorisme ingin pecah belah NKRI.

Baca Selengkapnya
Pj Kepala Daerah Dicopot karena Tak Netral Jelang Pemilu, BKN Beri Penjelasan Begini

Pj Kepala Daerah Dicopot karena Tak Netral Jelang Pemilu, BKN Beri Penjelasan Begini

BKN terus mengimbau seluruh pegawai ASN untuk berhati-hati di tahun politik, karena banyak hal yang dapat menyebabkan pegawai ASN terlibat politik praktis.

Baca Selengkapnya
Gencarkan Narasi Damai, Perbedaan Jangan Dianggap Permusuhan

Gencarkan Narasi Damai, Perbedaan Jangan Dianggap Permusuhan

Narasi-narasi provokatif dapat memicu perpecahan harus dihindari terlebih di tahun politik.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Tanggapan Universitas Pancasila Usai Rektornya Dilaporkan ke Polisi Terkait Dugaan Pelecehan

Tanggapan Universitas Pancasila Usai Rektornya Dilaporkan ke Polisi Terkait Dugaan Pelecehan

Pelecehan yang dilakukan terlapor ETH telah membuat korban RZ mengalami trauma.

Baca Selengkapnya
PBNU: Pemilu Sudah Selesai, Jangan Larut dalam Kebencian

PBNU: Pemilu Sudah Selesai, Jangan Larut dalam Kebencian

Semua pihak khususnya kalangan elite politik diminta untuk melupakan kebencian

Baca Selengkapnya
Temuan BNPT: Budaya Patriaki Beri Andil Penyebaran Paham Radikal pada Perempuan

Temuan BNPT: Budaya Patriaki Beri Andil Penyebaran Paham Radikal pada Perempuan

Budaya patriaki memiliki andil cukup besar dalam penyebaran paham radikal pada kaum perempuan.

Baca Selengkapnya
PBNU: Rajut Kembali Persatuan dan Jaga Perdamaian Pasca-Pemilu

PBNU: Rajut Kembali Persatuan dan Jaga Perdamaian Pasca-Pemilu

fanatisme perlu dinetralisir dengan mengingatkan bahwa Pemilu hanyalah alat untuk memilih bukan untuk memecah belah bangsa.

Baca Selengkapnya
Rektor Perguruan Tinggi Katolik Seluruh Indonesia Resah karena Demokrasi Semakin Menyimpang

Rektor Perguruan Tinggi Katolik Seluruh Indonesia Resah karena Demokrasi Semakin Menyimpang

Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK) Indonesia memberikan pernyataan sikap terkait dinamika politik di negeri ini menjelang Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya
PBNU Tetapkan 1 Ramadan 1445 H Jatuh Pada 12 Maret 2024

PBNU Tetapkan 1 Ramadan 1445 H Jatuh Pada 12 Maret 2024

Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) menetapkan 1 Ramadan 1445 Hijriah jatuh pada tanggal 12 Maret 2024

Baca Selengkapnya