Keluarga mantan kepala daerah kalah bukti publik tolak politik dinasti
Merdeka.com - Peneliti CSIS Arya Fernandes mengatakan hasil Pilkada 2018 sebagai bukti penolakan masyarakat terhadap politik dinasti. Ini dibuktikan dengan kalahnya beberapa keluarga para mantan kepala daerah di beberapa daerah.
Ia mengatakan dari 17 provinsi yang menyelenggarakan Pilkada gubernur dan wakil gubernur, di tiga provinsi politik dinasti tumbang seperti Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Selatan. Di Kalimantan Barat, anak mantan gubernur kalah, begitu juga yang terjadi di Sumatera Selatan.
Sedangkan di Sulawesi Selatan, Ihsan Yasin Limpo yang merupakan saudara kandung mantan gubernur dua periode, Syahrul Yasin Limpo dikalahkan Nurdin Abdullah.
"Pilkada ini menunjukkan penilaian kepada politik dinasti. Di tiga provinsi politik dinasti tumbang," jelasanya dalam diskusi di Ruang Bersama, Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (17/7).
Selain tumbangnya politik dinasti, Arya mengatakan banyak juga calon petahana baik sebagai gubernur atau wakil gubernur tumbang dalam Pilkada yang berlangsung 27 Juni lalu. Dari 17 provinsi, petahana hanya menang di dua provinsi yaitu Jawa Tengah dan Papua. Sementara beberapa petahana yang tumbang di antaranya di Jawa Barat, Jawa Timur, Lampung, dan Riau.
"Ini menunjukkan di daerah terjadi perubahan," ujarnya.
Fenomena ini menurutnya sangat menggembirakan. Masyarakat berkontribusi membuat perubahan dalam peta perpolitikan daerah.
"Di Pilkada ini ada saya lihat sesuatu yang menggembirakan karena pemilih kita di tingkat lokal membuat perubahan berarti," ujarnya.
Selain tumbangnya politik dinasti dan kekalahan calon petahana di berbagai daerah, ia juga melihat fenomena baru dimana ada beberapa calon dari kalangan non partisan yang memenangkan Pilkada.
Calon yang berasal bukan dari kader partai seperti Ridwan Kamil yang memenangkan Pilkada Jabar, Nurdin Abdullah yang menang di Pilkada Sulawesi Selatan dan Khofifah Indar Parawansa yang menang di Pilkada Jatim.
"Pemilih kita mulai mempertimbangkan orang-orang non partisan atau parpol," ujarnya.
"Kita melihat partai kita mulai terbuka kepada orang luar dan meskipun di internal partai mesti menegosiasikan banyak hal karena mereka harus memberi porsi pada orang yang telah membangun partai tapi ada negosiasi memberikan posisi bagi orang-orang profesional ini," tuturnya.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bapaknya Pejabat Negara, Pria Ini Kenal Megawati Sejak Usia 5 Tahun Hingga Sukses Jadi Kepala Daerah
Anak tokoh nasional dianggap 'akrab' dengan Megawati sejak usia 5 tahun sampai sukses menjadi kepala daerah. Siapa sosok yang dimaksud?
Baca SelengkapnyaHarapan Petani Tembakau ke Presiden Terpilih: Jaga Keberlangsungan Mata Pencaharian Kami
Samukrah mengingatkan bahwa terdapat jutaan masyarakat yang menggantungkan hidupnya di sektor pertembakauan.
Baca SelengkapnyaMedia Sosial Mulai Hangat Jelang Pemilu 2024, Ini Pesan Kapolri
Jenderal Bintang Empat tersebut pun mewanti-wanti pentingnya menjaga kerukunan dan perdamaian selama proses pemilu.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jenderal Agus Subiyanto Sebar 446.219 Prajurit TNI untuk Amankan Pemilu
446.219 prajurit TNI secara serentak di seluruh Indonesia dikerahkan untuk mendukung kelancaran pesta demokrasi jelang hari pencoblosan 14 Februari.
Baca SelengkapnyaGugur di Papua, Jenazah Kopda Hendrianto Tiba di Padang dan Dimakamkan di Jambi
Jenazah alamarhum disemayamkan di Batalyon Padang untuk diserahkan kepada pihak keluarga dan dimakamkan di Provinsi Jambi.
Baca SelengkapnyaPetani Ditangkap Usai Bakar Satu Hektare Lahan Kebun Sawit di Riau
Polisi menyita barang bukti berupa tiga batang kayu bekas terbakar dan satu mancis.
Baca Selengkapnya4 Partai Pemenang Pemilu 1955, Berikut Sejarah dan Hasil Suaranya
Pemilu 1955 memiliki peran penting dalam sejarah Indonesia karena hasil pemilu tersebut menjadi dasar pembentukan negara Kesatuan Republik Indonesia.
Baca SelengkapnyaDua Pekan Kampanye di Jateng, Ini Alasan Ganjar
Jawa Tengah termasuk medan pertempuran yang diperbutkan antar kandidat calon presiden.
Baca SelengkapnyaAkibat Ketemuan dengan Sang Pujaan Hati, Prajurit TNI AD Ini Mengaku Baru Dua Kali ke Jakarta
Seorang Prajurit TNI AD asal Biak Provinsi Papua mengaku baru dua kali menginjakkan Kakinya ke Ibu Kota Jakarta.
Baca Selengkapnya