Kalapas sebut LP Klaten tak memadai untuk Ba'asyir
Merdeka.com - Lembaga Pemasyarakatan (Lapas/LP) Kelas II B Klaten, Jawa Tengah dinilai tak memadai untuk menampung terpidana kasus terorisme Abu Bakar Ba'asyir. Tak hanya Ba'asyir, narapidana lain dengan kondisi lanjut usia dan sakit juga tak layak
Penilaian tersebut disampaikan Kepala Lapas Kelas II B Klaten, Budi Priyanto kepada wartawan, Kamis (8/3). Menurut Budi, kondisi lapas saat ini masih belum memiliki kelengkapan sarana dan prasarana yang memadai. Kemudian dari sisi sumber daya manusia (SDM) dan dokter juga masih kurang.
"Kondisi Lapas Klaten masih kurang representatif, bukan hanya untuk Abu Bakar Ba'asyir saja, tapi juga untuk tahanan sakit lainnya. Tahanan sakit dari Polres dan Kejaksaan juga pernah kita tolak," ujarnya.
Budi menjelaskan, jika saat ini Ba'asyir dalam kondisi lanjut usia dan sakit sehingga membutuhkan perhatian khusus. Budi yakin jika masih ada lapas lain yang lebih layak untuk menampung mantan pengasuh Pondok Pesantren Al Mukmin, Ngruki, Sukoharjo tersebut.
Kendati demikian, jika nantinya pemerintah tetap memaksakan, pihaknya tidak bisa berbuat banyak. Budi mengaku sudah menjelaskan kondisi yang ada di lapangan.
"Tapi kalau itu perintah dari Kakanwil, berarti segala risiko yang akan terjadi beliau sudah (paham)," katanya.
Budi berharap, dengan apa yang sudah disampaikan tersebut bisa menjadi masukkan bagi pemerintah sebelum menunjuk Lapas Klaten.
"Kalau berbicara humanis tidak tega (ABB) sepuh dipaksakan dalam kondisi seperti itu. Tapi kalau perintah pimpinan ya harus dilaksanakan," tandasnya.
Budi juga meminta kepada Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto agar mempertimbangkan kembali rencana pemindahan Abu Bakar Baasyir ke Lapas Klaten. Budi menambahkan, saat ini pihaknya belum mendapatkan perintah langsung dari Kakanwil maupun Ditjen Pemasyarakatan, terkait rencana pemindahan Ba'asyir tersebut.
Sebelumnya santer diberitakan, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Indonesia, Wiranto berencana memindahkan Ba'asyir dari Lapas Gunung Sindur, Bogor ke Lapas Klaten. Selain Klaten, Rutan Kelas IA Solo juga menjadi pertimbangan, mengingat lokasi tersebut dekat dengan keluarga Ba'asyir.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kalapas Cibinong: Warga Binaan Rentan Kena Penyakit, Berhak Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Memadai
Untuk itu melalui kerja sama ini diharapkan dapat membantu layanan kesehatan di Lapas Cibinong menjadi lebih optimal.
Baca SelengkapnyaPegawai Lapas Jakarta Terlibat Kasus 52 Kg Sabu, Berhasil Digagalkan!
Penangkapan dilakukan di dua lokasi berbeda, dimana salah satu tersangka ada pegawai Lapas.
Baca SelengkapnyaSebar 7.000 Personel Amankan TPS, Irjen Karyoto: Jangan Terlena dengan Situasi Terlihat Landai!
Keduanya memimpin langsung jalannya apel pergeseran pasukan digelar di silang Monas, Jakarta Pusat, Selasa (13/2).
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kondisi 12 Korban Tewas Kecelakaan Maut Tol Japek KM 58 Alami Luka Bakar 90-100%
"Kondisi luka bakar jenazah 90-100 persen, dalam kondisi hangus,” kata Kabid Dokkes Polda Jawa Barat Kombes Nariyan
Baca Selengkapnya9 Ide Hadiah Lomba 17 Agustus Berkelompok, Menarik dan Berkesan
Selain untuk memeriahkan suasana 17 Agustus, lomba berkelompok juga dinilai efektif melatih kekompakan antarkelompok.
Baca SelengkapnyaSering Marah-Marah dan Kurang Percaya Diri, Petugas KPPS Dibawa ke Rumah Sakit Jiwa
Dia yakin jika MAH sudah dirawat sesuai standar operasional pekerja.
Baca SelengkapnyaPemudik Sakit di Kampung Halaman Bisa Berobat Pakai BPJS Tanpa Pindah Faskes, Begini Cara Urusnya
Hal ini memungkinkan para pemudik untuk tetap mendapatkan perawatan medis yang dibutuhkan tanpa harus beralih ke fasilitas kesehatan baru.
Baca SelengkapnyaKasus Ibu Lahiran di Pinggir Jalan Karena Ditolak Bidan, Faskes di Jember jadi Sorotan
Buntut kejadian itu, Apdesi Jember hari ini akan melakukan aksi ke Dinas Kesehatan dan DPRD Jember untuk mencari solusi konkret.
Baca SelengkapnyaPernah Dilarang Sekolah karena Namanya Dianggap Tak Keren, Pria Nganjuk Ini Berhasil Jadi Dokter yang Dicintai Masyarakat
Namanya dianggap terlalu Jawa hingga tidak diizinkan sekolah di institusi pendidikan milik Belanda
Baca Selengkapnya