Kadinkes Tasikmalaya Sebut Siswa Meninggal Bukan Karena Vaksinasi
Merdeka.com - Seorang siswa Sekolah Dasar (SD) di Kota Tasikmalaya, Senin (18/1) malam diketahui meninggal dunia di RSUD dr Soekardjo. Siswa yang diketahui berusia 10 tahun itu, sebelum meninggal diketahui menjalani vaksinasi Covid-19 pada Sabtu (16/1).
Berdasarkan informasi yang dihimpun, siswa tersebut sebelumnya sempat mengalami kejang-kejang dan mengalami penurunan kesadaran hingga akhirnya kritis pada Minggu (17/1). Siswa tersebut pun langsung dibawa ke RSUD dr Soekardjo untuk mendapatkan penanganan dan kemudian dinyatakan meninggal dunia pada Senin (18/1) malam.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Uus Supangkat membenarkan bahwa ada seorang siswa SD yang meninggal dunia usai divaksinasi. Meski begitu, ia belum bisa memastikan bahwa penyebab meninggalnya siswa tersebut adalah akibat mendapatkan vaksinasi.
Usai menerima kabar meninggalnya siswa itu, Uus mengaku bahwa pihaknya langsung melakukan pengecekan, khususnya analisa dokter terkait penyebab kematiannya.
"Jadi pada awalnya korban itu diduga mengalami kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) murni. Sebelum dirawat kondisinya itu mengalami kejang dan penurunan kesadaran. Saya juga sudah bicara panjang lebar dengan dokter bagian perawatan intensif. Ketua (Komda) KIPI (Kota Tasik) dan (dokter) spesialis anak menyampaikan kepada saya, setelah dilakukan pemeriksaan diketahui ada penyakit lain yang mendasarinya," kata Uus, Selasa (18/1).
Ia menjelaskan bahwa siswa tersebut diduga mengalami KIPI koinsiden setelah imunisasi, namun bukan akibat vaksinasi, tapi karena ada penyakit lain.
"Diduga korban saat vaksinasi Covid-19 sedang mengalami masa inkubasi serangan penyakit demam berdarah dengue (DBD)," jelasnya.
Atas hal tersebut, Uus mengungkapkan bahwa pihaknya belum bisa dipastikan bahwa penyebab fatalitas kematiannya akibat vaksinasi Covid-19. Hasil kajian tim dokter, penyebab kematiannya adalah karena DBD.
"Konklusi medis ini bisa diambil karena ada hasil NS1 yang positif bahwa terinfeksi penyakit lain dan bukan dari vaksinasi Covid-19," ungkapnya.
DBD pada siswa itu, ditambahkan Uus, menyebabkan kerusakan di beberapa organ tubuh yaitu ensefalopati, kegagalan akut di hati yang ditandai SGOT dan SGPT sangat tinggi, dan terjadinya kegagalan akut pada liver ditambah encelopati yang menyebabkan kematian.
Dengan adanya siswa yang meninggal itu, Uus berharap agar masyarakat tidak menilai bahwa vaksinasi bahaya bagi masyarakat, khususnya anak. Apalagi anak tersebut meninggal dua hari setelah mendapatkan vaksinasi.
"Ini harus dipahami bahwa kejadian tersebut karena korban meninggal dunia telah memiliki penyakit yang mendasarinya setelah dua hari menjalani vaksinasi. Namun setelah masuk ke rumah sakit, anak tersebut hasil pemeriksaan laboratorium dan medis yang dilakukannya itu sudah sudah diketahui dan didahului penyakit demam berdarah," tutup Uus.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Beberapa siswa yang mengalami gejala keracunan ini masih ada yang harus dirawat di beberapa fasilitas kesehatan berbeda.
Baca SelengkapnyaSeorang guru SD swasta di Kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang, NTT, DOS (56) dilaporkan ke Polres Kupang, karena diduga mencabuli empat siswanya.
Baca SelengkapnyaDari hasil pemeriksaan dokter Puskesmas bocah itu diperkirakan meninggal dunia tengah malam
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Dewi tetap diwisuda dan mendapatkan ijazah sarjana diwakilkan oleh orangtuanya
Baca SelengkapnyaTanggung jawab itu dipikul Iki setelah ibunya sakit lalu meninggal dan ayahnya minggat dua tahun lalu.
Baca SelengkapnyaDua akor siamang dievakuasi dari rumah pemeliharanya dengan kondisi memprihatinkan
Baca SelengkapnyaSalah satu korban adalah seorang mahasiswa yang sudah persiapan untuk ujian skripsi.
Baca SelengkapnyaKisah siswi SD yang merawat adiknya usai ibunya meninggal begitu menyentuh hati. Dia bahkan sampai membawanya ke sekolah.
Baca SelengkapnyaKondisi kesehatan Supardi menurun drastis dan dinyatakan meninggal pada pukul 9.30 WIB
Baca Selengkapnya