Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Jalan Panjang Indonesia Menuju Endemi Covid-19

Jalan Panjang Indonesia Menuju Endemi Covid-19 Jakarta lewati gelombang ketiga Covid-19. ©Liputan6.com/Faizal Fanani

Merdeka.com - Lebih dari dua tahun Indonesia dihantam pandemi Covid-19. Setelah kasus yang disebabkan virus SARS-CoV-2 itu ditemukan pada 2 Maret 2020. Saat itu, Presiden Joko Widodo yang langsung mengumumkan Indonesia mendeteksi Covid-19.

Dua tahun berjalan, negeri ini sudah melewati tiga kali gelombang pandemi Covid-19. Gelombang pertama terjadi mulai September 2020 hingga Januari 2021. Gelombang kedua tercatat sejak Mei hingga Juli 2021. Sementara gelombang ketiga mulai Januari hingga Februari 2022.

Setelah melewati gelombang ketiga, laju penularan Covid-19 di lingkungan masyarakat menurun. Pemerintah memutuskan melonggarkan aktivitas masyarakat secara bertahap. Sembari menyusun protokol kesehatan pandemi menjadi endemi Covid-19.

Sejumlah relaksasi diambil pemerintah. Di antaranya, membebaskan karantina bagi pelaku perjalanan luar negeri yang sudah mendapatkan vaksinasi lengkap atau booster serta negatif Covid-19. Meniadakan kewajiban tes Polymerase Chain Reaction (PCR) dan antigen bagi pelaku perjalanan domestik, meniadakan pembatasan jaga jarak di sejumlah moda transportasi, mengizinkan anak berusia di bawah lima tahun untuk menggunakan transportasi umum, serta memperbolehkan mudik Lebaran Idulfitri 2022.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan pandemi akan secara bertahap menjadi endemi Covid-19. Keputusan mengubah status pandemi jadi endemi tidak pernah 100 persen berdasarkan faktor kesehatan. Melainkan bisa mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi, politik, dan budaya.

5 Indikator Endemi

Dia sudah mengusulkan lima indikator endemi Covid-19 kepada Presiden Joko Widodo merujuk pada ketentuan World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia. Usulan tersebut sudah diterima Kepala Negara.

Indikator pertama, kasus terkonfirmasi positif Covid-19 tercatat hanya 20/100.000 penduduk per minggu. Kedua, keterisian rumah sakit rujukan Covid-19 hanya 5/100.000 penduduk per minggu. Ketiga, kasus kematian akibat Covid-19 hanya 1/100.000 penduduk per minggu.

"Kalau kita bisa memenuhi ketiga kriteria ini sekaligus, antara 3 sampai 6 bulan berturut-turut dari sisi kesehatan, itulah indikator bahwa kita sudah bisa masuk ke endemi," ungkapnya saat Rapat Kerja dengan Komisi IX DPR RI, Rabu (23/3).

Indikator keempat, vaksinasi Covid-19 dosis lengkap harus mencapai 70 persen dari total populasi di Indonesia. Selain itu, vaksinasi lansia juga harus mencapai 70 persen. Terakhir, angka reproduksi efektif Covid-19 (Rt) harus di bawah 1.

Indikator Rt ini merupakan usulan dari para epidemiolog dari Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Universitas Airlangga (Unair). Saat ini, angka Rt Covid-19 masih lebih dari 1. Namun, Budi memprediksi laju penularan turun kurang dari 1 pada akhir Maret 2022.

"Jadi kalau Maret bisa di bawah 1, ya kita tarik 6 bulan dari Maret. Mudah-mudahan tidak ada varian baru, mudah-mudahan kita bisa atasi," ucapnya.

Menurut mantan Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini, keputusan mengubah status pandemi ditetapkan pemimpin. Bisa ditetapkan Kepala Negara atau pemimpin skala global WHO.

Penetapan Endemi Otoritas WHO

Sedikit berbeda dengan Budi, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito menyatakan penetapan status endemi merupakan otoritas WHO. Mengubah status pandemi yang berdampak pada banyak negara memerlukan perbaikan secara global. Umumnya, penetapan endemi dilakukan saat jumlah kasus positif dan kematian rendah.

"Bahkan nol (kasus) dalam jangka waktu tertentu," katanya dalam konferensi pers virtual, Selasa (8/3).

Menurut Wiku, istilah endemi digunakan untuk menggambarkan sebuah penyakit yang cenderung terkendali ditandai dengan jumlah kasus rendah secara konsisten. Kondisi endemi bisa tercapai jika masyarakat secara kolektif menjalankan pengendalian Covid-19 dengan optimal.

RI Masuk Endemi 3 Bulan Lagi

Sementara, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memprediksi Indonesia memasuki fase endemi tiga bulan mendatang. Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 IDI Prof. Zubairi Djoerban menyebut ada sejumlah faktor yang berperan penting menentukan situasi menuju endemi.

Di antaranya, tingkat rawat inap dan kematian, beban sistem kesehatan, jumlah kasus baru, positivity rate, vaksinasi, kebijakan pemerintah, perilaku masyarakat, serta pengobatan baru.

Menurutnya, saat endemi bukan berarti kasus Covid-19 hilang. Melainkan tetap ada, hanya saja tidak mengalami lonjakan tajam seperti sebelumnya. Bahkan Covid-19 masih menimbulkan kematian, namun risikonya tidak terlalu besar.

Dia mengambil contoh penyakit endemi seperti Tuberkulosis (TBC) dan Malaria yang masih terus menular dan memicu kematian hingga saat ini.

Zubairi mengatakan Covid-19 belum bisa diberantas total saat ini. Namun, ada peluang untuk keluar dari fase endemi dan memasuki endemi Covid-19.

“Tidak lagi menjadi krisis dan lebih bisa terkelola,” ujarnya.

RI Masuk Endemi 3 Bulan Lagi Terlalu Cepat

Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI), Tri Yunis Miko Wahyono menilai, prediksi IDI Indonesia akan memasuki fase endemi Covid-19 tiga bulan mendatang terlalu terburu-buru. Menurutnya, situasi pandemi Covid-19 baru bisa dilihat pada enam bulan mendatang.

Pernyataan ini merujuk pada jarak gelombang kedua dan ketiga pandemi di Tanah Air. Gelombang kedua mulai terjadi Mei hingga Juli 2021. Sementara gelombang ketiga mulai Januari 2022.

"Ada jarak dari gelombang kedua ke ketiga itu enam bulan. Jadi kita akan evaluasi enam bulan. Harusnya begitu. Enam bulan lah," ujarnya.

Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Hermawan Saputra sependapat dengan Tri. Jika melihat upaya pengendalian Covid-19 saat ini, tidak memungkinkan Indonesia masuk endemi dalam waktu dekat.

Hermawan menyebut, ada sejumlah hal yang bisa menjadi rujukan penentuan endemi Covid-19. Pertama testing Covid-19 di daerah tinggi. Sementara saat ini, testing terus menurun, bahkan tercatat merosot hingga 52 persen.

Kedua, rekayasa kesehatan lingkungan di fasilitas umum, pemukiman penduduk, sampai tempat kerja dilakukan optimal. Rekayasa kesehatan ini berkaitan dengan pengaturan udara, kebersihan, alur kerja, dan lain-lain. Namun kenyataannya, rekayasa kesehatan lingkungan belum berjalan dengan baik.

Ketiga, status endemi ditetapkan WHO setelah melakukan evaluasi secara menyeluruh di tingkat global. Sampai saat ini, WHO belum mewacanakan pencabutan status pandemi Covid-19.

"Semua itu rasa-rasanya kita sekarang tidak mengarah ke persiapan (endemi) itu di lapangan," kata Hermawan.

Situasi Covid-19 di Indonesia Terkini

Sekretaris Direktorat Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan data Covid-19 di Tanah Air terkini. Dia menyebut, kasus terkonfirmasi positif Covid-19 saat ini tercatat hanya 19,45/100.000 penduduk per minggu.

Keterisian rumah sakit rujukan Covid-19 hanya 2,1/100.000 penduduk per minggu. Kasus kematian akibat Covid-19 tercatat 0,45/100.000 penduduk per minggu. Sementara reproduksi efektif Covid-19 berada di angka 1.

Vaksinasi Covid-19 lengkap di Indonesia belum mencapai 70 persen dari total populasi di Indonesia lebih dari 273.000.000 jiwa. Data kemarin, cakupannya tercatat 75,13 persen dari target 208.265.720 orang.

(mdk/rhm)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kasus Covid-19 Ditemukan pada 11 Daerah di Jateng
Kasus Covid-19 Ditemukan pada 11 Daerah di Jateng

Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) mengungkapkan kenaikan kasus Covid-19 di wilayahnya.

Baca Selengkapnya
Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia
Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia

Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 Muncul lagi, Sekda Jateng Sebut yang Terpapar Karena Belum Booster
Kasus Covid-19 Muncul lagi, Sekda Jateng Sebut yang Terpapar Karena Belum Booster

Terkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Jokowi ke Menkes soal Kasus Covid-19: Amati Betul Secara Detail Perkembangannya Seperti Apa
Jokowi ke Menkes soal Kasus Covid-19: Amati Betul Secara Detail Perkembangannya Seperti Apa

Informasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 Meningkat di 21 Provinsi
Kasus Covid-19 Meningkat di 21 Provinsi

Tren kenaikan kasus mingguan Covid-19 nasional per 9 Desember 2023 dilaporkan menyentuh angka 554 kasus positif.

Baca Selengkapnya
Kemenkes Temukan Kasus Covid-19 Varian JN.1 di Jakarta dan Batam
Kemenkes Temukan Kasus Covid-19 Varian JN.1 di Jakarta dan Batam

Covid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.

Baca Selengkapnya
Jokowi Ingatkan Pentingnya Kesehatan: Pintar Tapi Gak Sehat Mau Apa?
Jokowi Ingatkan Pentingnya Kesehatan: Pintar Tapi Gak Sehat Mau Apa?

Untuk menjadi negara maju tak cuma mengedepankan kecerdasan sumber daya manusianya saja.

Baca Selengkapnya
Viral Lansia Jatuh di Pinggir Jalanan Jogja hingga Ditabrak Motor, Sikap Pengendara Lain Jadi Sorotan
Viral Lansia Jatuh di Pinggir Jalanan Jogja hingga Ditabrak Motor, Sikap Pengendara Lain Jadi Sorotan

Meski pagi itu jalanan tampak cukup ramai, tapi tak satu pun orang datang atau berhenti sebentar untuk menolong lansia malang itu.

Baca Selengkapnya
Penyebab Selesma dan Gejalanya yang Perlu Diwaspadai, Kenali Cara Mencegahnya
Penyebab Selesma dan Gejalanya yang Perlu Diwaspadai, Kenali Cara Mencegahnya

Selesma adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan.

Baca Selengkapnya