Gua diduga peninggalan zaman penjajahan ditemukan di Samarinda
Merdeka.com - Sebuah gua setinggi 2 meter ditemukan di Samarinda, Kalimantan Timur. Menurut cerita warga, gua itu menjadi tempat persembunyian warga di zaman penjajahan. Di mana di eranya, pesawat militer Belanda lalu lalang di langit Samarinda.
Merdeka.com siang tadi, berkesempatan mengecek langsung keberadaan gua yang tengah ramai diperbincangkan itu. Jarum jam menunjukkan pukul 13.10 WITA.
Dari pusat kota, berjarak tidak kurang 5 kilometer untuk sampai di rumah warga, Sabri (54), yang tinggal di Jalan Lumba-lumba, Kampung Tanjung Batu, Selili. Menuju lokasi gua, mesti berjalan kaki lagi kurang lebih 1 kilometer. Medannya, berbukit dan menanjak, dikelilingi hutan khas tropis dan juga semak belukar.
Sabri, warga yang pertama kali menemukan keberadaan gua setempat yang sempat diliputi rasa penasaran demikian besar, dengan kabar tersebut. Hingga akhirnya bersama temannya dua pekan lalu, Sabri berinisiatif mencari gua itu.
"Begitu ketemu, tempat yang dicurigai gua itu, pintu masuknya masih kecil. Saya memang penasaran sekali," kata Sabri dalam perbincangan bersama merdeka.com di rumah sekaligus warung kopi sederhananya, Kamis (15/3).
Penemuan goa di Samarinda ©2018 Merdeka.com/Saud Rosadi
Pria berpeci itu bercerita, berbekal parang dan cangkul, kala itu dia membongkar lubang kecil itu dan menggalinya dari tumpukan tanah yang menutup mulut gua. Temuannya pun mengejutkan.
"Ternyata memang gua. Kita terus bersihkan tumpukan tanah, sampai kedalaman 8 meter. Memang buntu di ujung gua. Tapi, seperti ada jalan belokan di dalam gua, setinggi kurang lebih 2 meter itu," ujar Sabri.
Seketika, temuan gua itu, jadi perbincangan warga setempat. Sepuh warga setempat menyebutkan, gua itu ditengarai tempat persembunyian warga di zaman penjajahan Belanda. "Waktu itu, pesawat lalu lalang di atas (langit kota Samarinda)," ungkap Sabri melanjutkan ceritanya.
Penemuan goa di Samarinda ©2018 Merdeka.com/Saud Rosadi
"Apalagi, waktu saya terus menggali, di dalam tumpukan tanah yang nyaris menutup gua itu, kami temukan cangkul. Padahal kan cangkul itu besi baja. Tapi keropos," lanjutnya sambil memperlihatkan cangkul temuannya.
Merdeka.com pun diliputi rasa penasaran. Akhirnya, Sabri mengajak melihat langsung gua itu. Perjalanan begitu melelahkan, rute naik dan turun bukit yang disebut warga Bukit Steleng dan dikelilingi hutan khas tropis dan semak belukar. Kurang lebih 1 kilometer berjalan kaki, akhirnya sampai di gua itu.
Pertama kali melihatnya, gua itu sementara memang ditutupi batang pohon kayu. Terlihat kecil. Namun begitu masuk di dalamnya, langit-langit gua itu setinggi 2 meter. Sekelilingnya, memang terlihat bebatuan dan juga semacam fosil pepohonan yang sudah tua.
"Saya memang sengaja menutup dengan batang pohon, supaya tidak sembarang orang masuk. Itu cuma sampai 8 meter kami masuk ke dalam. Selebihnya tidak berani karena alat kami cuma manual. Khawatir runtuh," ungkap Sabri.
Memang, lokasi gua yang berada di lereng bukit, sekilas tidak ada orang yang tahu bahwa di lereng bukit terdapat gua. "Jadi memang sepertinya memang cocok buat tempat bersembunyi," timpal Sabri.
Penemuan goa di Samarinda ©2018 Merdeka.com/Saud Rosadi
Bagi Sabri, setidaknya dia menjawab rasa penasarannya sendiri, dari obrolan warga sekitar adanya gua diduga eks zaman Belanda. Apalagi, di sekitar temuan gua, berada tidak jauh, terdapat bangunan rumah sakit yang berdiri di zaman Belanda. Mungkin saja ini ternyata gua yang ada sejarahnya," terang Sabri.
Usai mengabadikan gambar, merdeka.com kembali ke tempat semula, kembali berjalan kaki 1 kilometer. Di warung kopi itu, bertemu kembali dengan warga kampung, Masrani (56).
"Dari tetua orang sini, dulu memang banyak pesawat terbang entah zaman Jepang atau Belanda ya. Warga bersembunyi di gua itu, sekitar tahun 1940-an," kata Masrani.
"Yang jelas itu gua buatan manusia, dan di ujung gua ada tempat masuk ke jalan lain. Cuma belum sempat sejauh itu karena khawatir ambruk," terang Masrani sambil meneguk kopi.
Di sisi lain, pemandangan dari puncak bukit Steleng, terlihat indah, dengan melihat Sungai Mahakam yang membelah kota Samarinda. Dengan jelas terlihat lalu lalang kapal, seperti ponton batubara yang ditarik tugboat, maupun kapal perahu motor sarana warga menyeberangi sungai.
Sejauh ini memang belum ada yang bisa memastikan, benar tidaknya gua itu peninggalan zaman penjajahan. Hanya saja, jika benar, pemerintah sejatinya mesti menjaga situs sejarah zaman penjajah itu.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sungai Ciliwung di Kedunghalang Bogor Tercemar, Muncul Busa Diduga Bahan Baku Sabun
Munculnya busa di Aliran Sungai Ciliwung, Kelurahan Kedung Halang, kali pertama dilihat oleh warga pada hari Sabtu (23/3).
Baca SelengkapnyaHeboh Gundukan bak Gunung Baru Muncul Usai Gempa Bawean Jatim, Ini Penjelasan Ahli
Gundukan yang diduga gunung berapi itu beberapa kali diunggah di media sosial dan diberi nama Bledug Kramesan.
Baca SelengkapnyaSatu Warga Gunungkidul Suspeks Antraks, Kini Dirawat di RS
Dinkes & Peternakan Gunungkidul menemukan adanya dugaan tiga hewan ternak milik warga Kayoman, Serut yang mati diduga karena terkena antraks.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Dua Warga Jonggol Tewas saat Bersihkan Sumur dari Bangkai Kucing, Diduga Keracunan Gas
Dua Warga Jonggol Tewas saat Bersihkan Sumur dari Bangkai Kucing, Diduga Keracunan Gas
Baca SelengkapnyaDiduga Kecewa Hasil Pemilu, Caleg di Garut Tutup Jalan yang Biasa Dilintasi Warga
Diduga Kecewa Hasil Pemilu, Caleg di Garut Tutup Jalan yang Biasa Dilintasi Warga
Baca SelengkapnyaPedang Berusia 1.000 Tahun Bertatahkan Tanda Salib Langka Ditemukan di Dasar Danau, Diduga Milik Seorang Pejuang
Arkeolog juga menemukan puluhan benda lainnya di dasar danau.
Baca Selengkapnya5 Petugas KPPS di Kabupaten Tangerang Meninggal, Diduga Kelelahan
Lima petugas KPPS di Kabupaten Tangerang, Banten, meninggal dunia seusai mengawal pelaksanaan Pemilu 2024. Mereka diduga kelelahan.
Baca SelengkapnyaMenilik Desa Sekar Gumiwang yang Berada di Tengah Waduk Gajah Mungkur, Sempat Muncul saat Musim Kemarau
Di musim kemarau tahun 2023 lalu, desa tersebut kembali muncul ke permukaan.
Baca SelengkapnyaGempa Susulan Berlanjut di Kepulauan Bawean, Jumlah Pengungsi Bertambah Jadi 34 Ribu Jiwa
Gempa susulan masih terjadi di Kepulauan Bawean, Gresik, Jawa Timur. Akibatnya, banyak warga yang enggan kembali ke rumah dan lebih memilih untuk mengungsi.
Baca Selengkapnya