Ganjar Sebut Perut Gunung Merapi Sedang 'Membengkak'
Merdeka.com - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta masyarakat di sekitar Gunung Merapi yang rawan bencana bekerja seperti biasa dan tenang. Namun mereka tetap harus mewaspadai perkembangan kondisi gunung berapi di perbatasan Jateng dan DI Yogyakarta.
"Masyarakat boleh berada di radius lebih dari tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi, dan masih bisa bekerja atau beraktivitas seperti biasa, tetapi tetap waspada," kata Ganjar di sela kunjungan memantau langsung puncak Gunung Merapi dari Pos Pengamatan Gunung Merapi di Desa Jrakah, Kecamatan Selo, Boyolali.
Ganjar mengatakan, pihaknya secara keseluruhan sudah mendapatkan penjelasan dari Badan Geologi, secara teknis. Badan Geologi sudah menjelaskan kondisi Gunung Merapi dari seluruh Pos Pengamatan Gunung Merapi, yang intinya gunung ini, perutnya lagi 'membengkak'.
Hal ini, dia menambahkan, artinya ada gerakan magma di dalamnya, sehingga bisa mengeluarkan sesuatu. Misalnya, bisa gas atau material sewaktu-waktu. Untuk itu, status Gunung Merapi di tingkat 2 atau waspada.
Bahkan, menurut Ganjar, dari hasil kunjungan masyarakat di lereng Merapi, kondisi itu sudah diketahui oleh Kepala Desa, relawan bencana, PMI, SAR desa, BPBD, BNPB. Masyarakat tidak perlu panik kita memantau terus menerus, dan informasi terkini akan disampaikan secepat mungkin.
"Kami meminta masyarakat ada latihan atau simulasi evakuasi atau mengungsi ke daerah aman. Karena, masyarakat sudah ada sistem Desa Bersaudara. Pada latihan evakuasi harus ditambah protokol kesehatan di masa pandemi Covid-19," ujarnya seperti dilansir dari Antara.
Politikus PDIP ini mengungkapkan, masyarakat yang mengungsi dapat menjaga jarak dengan dibatasi kardus misalnya. Mudah-mudahan masyarakat bisa memahami baik yang ada di Kabupaten Klaten, Boyolali, maupun Magelang, semua bisa waspada dalam mencegah penyebaran Covid-19.
Ganjar mengatakan, masyarakat di lereng Merapi merasa sudah biasa dan mereka berpengalaman dari kejadian sebelumnya. Masyarakat sudah siap jika ada perintah dari kades langsung mereka mengungsi di tempat yang sudah ditentukan.
Masyarakat lereng Merapi pada bencana erupsi 2010 sudah pernah mengungsi hingga 40 hari. Pengalaman ini menjadi penting untuk bisa dibagikan dengan warga lainnya atau tetangganya. Hal ini, disebut desa tangguh bencana karena,l setiap kades bersama masyarakatnya kompak menghadapi kemungkinan bencana erupsi.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta Hanik Humaida mengatakan tubuh Gunung Merapi memang terjadi penggembungan, tetapi kecepatan penggembungan ini masih lambat.
"Penggembungan per hari hanya setengah centimeter. Hal ini, nilai masih kecil, tetapi tetap harus waspada," kata Hanik.
Menurut Hanik, kondisi Gunung Merapi bisa sewaktu-waktu mengalami erupsi eksplosif seperti sebelumnya, atau bisa jadi malah tumbuh kubah lava. Pihaknya terus memantau perkembangan gunung teraktif di dunia itu.
Menurut Hanik, Gunung Merapi memang sejak 2018, sering menimbulkan gempa vulkanik. Sejak itu aktivitas vulkanik dari dalam Merapi tidak pernah berhenti. Hal ini yang mendasari status Merapi hingga sekarang status tetap waspada.
Oleh karena itu, lanjut dia, dengan status tingkat 2 atau waspada aktivitas di atas normal. Namun, Merapi belum membahayakan penduduk di lereng gunung pada radius tiga kilometer dari puncak.
Ganjar dalam kunjungannya di lereng Gunung Merapi, melihat langsung persiapan masyarakat menghadapi kemungkinan bencana erupsi, selain mengunjungi Pos Pengamatan Gunung Merapi Desa Jrakah, juga di Tlogolele dan Klakah Kecamatan Selo Boyolali.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gunung Merapi yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta mengalami 71 kali gempa guguran.
Baca SelengkapnyaGunung Merapi kembali mengeluarkan rentetan awan panas guguran pada Senin (4/2) sore.
Baca SelengkapnyaGunung Merapi yang berada di DIY dan Jawa Tengah kembali mengeluarkan awan panas guguran.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Gunung Merapi Dua Kali Luncurkan Awan Panas Guguran
Baca SelengkapnyaDua kali awan panas guguran ini terjadi pada pukul 19.56 WIB dan 20.03 WIB.
Baca SelengkapnyaGunung Merapi mengalami erupsi. Hujan abu melanda Boyolali dan Klaten
Baca SelengkapnyaWarga dibuat ketakutan dengan dentuman dan suara gemuruh. Apalagi sampai menimbulkan geteran seperti gempa bumi.
Baca SelengkapnyaDentuman Terdengar saat Erupsi Gunung Marapi, Ini Penjelasan Badan Geologi
Baca SelengkapnyaWarga dilarang beraktivitas dalam radius 5 km dari kawah/puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).
Baca Selengkapnya