Epidemiolog Nilai Jokowi Wajar Marah pada Menteri Tak Punya Sense of Crisis
Merdeka.com - Presiden Joko Widodo alias Jokowi menunjukkan ketidaksenangannya pada dua menteri yang terpantau berada di luar negeri saat negara sedang genting menghadapi pandemi Covid-19. Bahkan Jokowi sangat kecewa.
Epidemiolog dari Universitas Airlangga, Windhu Purnomo, memahami kekecewaan Presiden pada anggota kabinetnya. Dia sepakat dalam kondisi seperti ini seharusnya semua orang terlebih menteri sebagai pembantu Presiden memiliki sense of crisis.
"Prinsipnya, semua anggota kabinet, pejabat publik harus punya sense of crisis," ujar dia saat dihubungi Merdeka.com, Senin (19/7).
Akan berbeda jika lawatan ke luar negeri untuk tujuan yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat darurat. "Kecuali dia sedang minta bantuan. Bantuan yang darurat maksudnya. Yang memang harus datang ke Indonesia. Bantuan dalam penanganan Covid ini dan dia memang terpaksa harus berangkat sendiri untuk memastikan bantuan itu datang. Itu tidak masalah," ujar dia.
"Tapi yang di luar itu tentunya tidak pantas. Itu tadi sense of crisis-nya tidak ada. Pantas kalau Presiden marah, pantas," lanjut dia.
Perkataan dan perilaku pembuat kebijakan, lanjut Windhu, tentu menyita perhatian publik. Masyarakat, di tengah kondisi pandemi, akan memperhatikan betul perilaku para pejabat negara.
"Rakyat itu tentu akan patuh kalau semua orang tepat. Ngomongnya tepat, tindakannya tepat, perilakunya tepat. Kalau malah kontradiktif dengan kondisi krisis sekarang ini, tentu masyarakat menjadi abaikan, acuh tak acuh," tandas dia.
Sumber merdeka.com menceritakan suasana tegang dalam rapat kabinet terbatas, Jumat (16/7). Hanya dihadiri beberapa orang Menteri Kabinet Indonesia Maju. Dipimpin langsung Presiden Joko Widodo. Pria yang akrab disapa Jokowi itu tidak bisa lagi menahan kekecewaannya. Tak ada lagi kompromi. Melihat perilaku anggota kabinetnya.
Laporan masuk ke meja Presiden. Dua orang menteri melawat ke luar negeri. Dikabarkan berada di Amerika Serikat. Terlibat dalam sebuah rekaman video berdurasi delapan detik. Menteri Perdagangan Muhammad Luthfi dan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia. Mereka berjalan bersama. Sambil bersendau gurau dan tertawa lepas.
"Jokowi marah saat ratas tadi. Karena ada dua menteri yang ke luar negeri. Ya dua menteri itu," ujar sumber merdeka.com dari balik tembok istana, Jumat (16/7).
Kedua menteri itu terbang ke Amerika Serikat membawa agenda penguatan hubungan ekonomi. Kerja sama Indonesia dengan pemerintahan baru Presiden AS Joe Biden. Luthfi dan Bahlil berada di AS selama sembilan hari. Terhitung 9-18 Juli 2021. Misi keduanya dikabarkan berhasil membawa pulang investasi USD 350 juta atau setara Rp5,068 triliun. Tapi bukan itu yang membuat Jokowi marah.
Kunjungan ke luar negeri dilakukan tidak pada waktunya. Kondisi di tanah air tengah genting. Lonjakan kasus Covid-19 terjadi. PPKM Darurat diterapkan untuk membatasi aktivitas. Sementara menterinya, justru terbang ke belahan benua lain.
"Jokowi marah banget sama dua menteri itu," lanjut sumber tersebut.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Informasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.
Baca SelengkapnyaUntuk menjadi negara maju tak cuma mengedepankan kecerdasan sumber daya manusianya saja.
Baca SelengkapnyaJokowi meminta pembantunya harus teliti menjaga kondisi dalam negeri.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Dalam menghadapi ketidakpastian global, Jokowi menekankan pentingnya menjaga stabilitas ekonomi Indonesia.
Baca SelengkapnyaJokowi menekankan pentingnya persatuan dan kerukunan antar masyarakat agar Indonesia menjadi negara maju.
Baca SelengkapnyaWajar jika Presiden Jokowi akan mendapat peran penting di pemerintahan Prabowo-Gibran.
Baca SelengkapnyaTujuannya untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya.
Baca SelengkapnyaPada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
Baca Selengkapnya"Kekeringan panjang, hujan yang juga terus menerus sehingga menyebabkan banyak gagal panen," kata presiden.
Baca Selengkapnya