Ditinggal Orang Tua Merantau, Balita Penderita Hidrosefalus di Kupang Butuh Bantuan
Merdeka.com - Yuanita Banamtuan terbaring tak berdaya dalam sebuah kontrakan reot berukuran 3x3 meter, di jalan Suratim, RT 05 RW 13, Kelurahan Oesapa, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Balita malang berusia empat tahun itu menderita Hidrosefalus atau penumpukan cairan dalam rongga fertikel otak.
Yuanita diasuh sendiri oleh sang nenek Yane Selan, setelah ditinggal merantau oleh ayah dan ibunya yang kini tak lagi berkabar sejak Yuanita berusia satu tahun. Tiga bulan terakhir ibu kandung Yuanita sudah tidak memberi kabar, serta menafkahi dia dan neneknya.
Kehidupan nenek Yane Selan dan bocah Yuanita Banamtuan sungguh memperihatinkan. Mereka berdua bergantung pada belas kasih kerabat, serta tetangga.
©2021 Merdeka.com/Ananias PetrusSaat Yuanita berumur dua bulan, ukuran kepalanya mengalami perubahan. "Dia menangis terus dan kepalanya mulai tambah besar," ungkap nenek Yane.
Karena tidak memiliki biaya, sakit yang diderita bayi Yuanita tidak segera ditangani. "Setiap saat kepalanya tambah besar. Dia tidak bisa duduk, hanya tidur saja dan digendong saja," ujar Yane.
Berbekal surat keterangan tidak mampu, bayi Yuanita pernah dioperasi pada tahun 2020. Namun setelah itu tidak dilakukan perawatan lanjutan, lagi-lagi ketiadaan biaya.
"Untuk makan saja kami susah pak, apalagi untuk berobat," ujar nenek Yane sambil menitikan air mata.
Dalam ketidakberdayaan, nenek Yane dan Yuanita pasrah pada kebesaran Tuhannya. "Semoga cucu saya suatu saat bisa sembuh. Dia mengerti apa yang kita omong tapi Dia tidak bisa balas," tandasnya.
Camat Kelapa Lima, I Wayan Astawa saat dikonfirmasi wartawan mengatakan, pihaknya sudah mengunjungi nenek Yane dan Yuanita.
"Untuk bayi Yunita, kami mendapat informasi bahwa dia menderita gizi buruk dan Hidrosefalus. Sesuai rencana kerja, kami melakukan monitoring terhadap seluruh penderita gizi buruk di wilayah kecamatan Kelapa Lima, termasuk bayi Yunita," jelas Wayan.
Dia menyayangkan para penderita gizi buruk, termasuk keluarga bayi Yunita tidak terdata sebagai penduduk di Kota Kupang. Namun pihaknya akan berusaha untuk memberikan pelayan terbaik bagi bayi Yunita.
"Dengan kepengurusan yang sudah dibantu oleh teman - teman lurah, adik ini kita akan ajukan BPJS kemudian kita akan tindaklanjuti penanganan tahap kedua, dan kita usahakan untuk dibiayai oleh pemerintah," ungkap Wayan.
Camat juga mengimbau seluruh masyarakat dari luar kota Kupang yang berdomisili di Kota Kupang, agar melapor kepada pemerintah setempat sehingga memudahkan dalam penanganan gizi buruk dan stunting.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
"Korban ditemukan tewas dengan banyak luka. Diduga akibat pembunuhan," ungkap Kasi Humas Polres OKU Iptu Ibnu Holdon
Baca SelengkapnyaPeristiwa itu terjadi saat korban berada di kebun bersama ayahnya di Desa Mendingin, Kecamatan Ulu Ogan, Ogan Komering Ulu (OKU).
Baca SelengkapnyaMereka terdampar di pulau yang sangat terpencil di Samudra Pasifik.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Yulianto, salah seorang petani mengatakan lahannya terancam gagal panen atas kondisi kerusakan tersebut.
Baca SelengkapnyaUntuk memudahkan koordniasi, Giyatono membuat paguyuban pembuat keris. Paguyuban itu telah terdaftar sebagai salah satu kluster BRI
Baca SelengkapnyaKeluarga ini tinggal di sebuah gubuk di pinggir kali yang rawan banjir dan longsor, beratap terpal dan beralas kardus.
Baca SelengkapnyaSebanyak 229,54 hektare hutan dan lahan di Jambi terbakar dalam delapan bulan terakhir. Kebakaran itu paling banyak dipicu ulah masyarakat.
Baca SelengkapnyaMeski membawa para suster, Atta dan Aurel Hermansyah kompak mengurus putri-putrinya sendiri saat berada di dekat Ka'bah.
Baca SelengkapnyaNiatnya ingin mengabadikan momen liburan, namun HP wanita ini malah jatuh ke tepi laut hutan magrove di Bontang.
Baca Selengkapnya