Diduga korban malapraktik, warga Surabaya buta usai operasi katarak
Merdeka.com - Diduga melakukan malapraktik dan melanggar kode etik profesi, dokter spesialis mata di Surabaya, Jawa Timur dipolisikan pasiennya sendiri, Tatok Poerwanto. Kakek 78 tahun warga Jalan Ubi II/23, Surabaya ini, mengalami kebutaan permanen usai berobat ke dr Moetidjab.
Diceritakan Tatok, peristiwa ini bermula pada 28 April 2016. Saat itu dia datang ke Surabaya Eye Clinic, Jalan Jemursari 108, untuk mengobati penyakit katarak di mata kirinya.
Saat itu, Tatok ditangani dr Moestidjab dan disarankan operasi. Namun, pascaoperasi, bapak tujuh anak ini tidak merasakan ada perubahan. Malah mata kirinya makin sakit dan nyeri. "Tapi kata dokter Moestidjab tidak apa-apa," kata Tatok, Jumat siang (20/1).
Kemudian Tatok disarankan operasi kembali. Pada operasi kali kedua ini tidak di klinik, tapi di Graha Amerta, RSUD dr Soetomo, Surabaya dengan alasan peralatan medis di sana (Graha Amerta) lebih lengkap. Tatok pun menjalani operasi kedua pada 10 Mei 2016.
Menurut anak pertama Tatok, Condro Wiryono Poerwanto, pada operasi kedua yang awalnya dijanjikan hanya berlangsung 30 menit ini, mendadak molor hingga lima jam. Anehnya lagi, usai operasi, Moestidjab tidak menemui pasien. Tapi menugaskan asistennya menyampaikan hasil operasi.
"Dokter itu berupaya bohong dengan meminta asistennya mengatakan operasi tidak dapat dilanjutkan. Karena ada pendarahan. Selain itu alat tidak memadai, jadi beliau angkat tangan," ungkap Condro mengingat peristiwa kala itu.
Meski begitu, Moestidjab masih meyakinkan keluarga pasien dan merujuk Tatok ke Singapore Eye Center. Alasannya, lagi-lagi soal keterbatasan alat. "Ketika di Singapura, ternyata lokasinya tidak representatif. Hanya sebuah bangunan ruko," keluh Condro.
Ini yang membuat pihak keluarga jengkel. Apalagi, sahut menantu Tatok, Eduard Rudy Suharto, setelah dari Singapore National Eye Centre, mata sebelah kiri ayah mereka sudah mengalami kerusakan.
"Dari awal pascaoperasi pertama, beliau (Moestidjab) tidak mengatakan kondisi sebenarnya kepada keluarga. Bukan malah membaik, kondisinya justru makin parah," ucap Eduard.
Dugaan malapraktik terbongkar, saat pihak keluarga mendapat salinan rekam medis hasil berobat, kondisi mata Tatok sudah tidak bisa ditangani. Sebab pada operasi pertama, ada lensa mata yang robek serta pecahan kataraknya, ternyata bertaburan di mata pasien.
Mendapat keterangan ini dari Singapura, Eduard mendatangi Moestidjab pada 13 Januari 2017 untuk menunjukkan hasil rekam medis dari Singapore Eye Centre.
"Awalnya dia berkilah. Sejak awal bilangnya sudah tidak apa-apa itu. Ternyata, begitu saya tunjukkan hasil rekam medis dari Singapura dia tertunduk malu," ketus Eduard.
Karena sudah tidak bisa berkilah, masih kata Eduard, akhirnya Moestidjab mengaku berbohong. "Alasannya, saat itu gagal operasi. Namun dia malu berterus terang karena takut reputasinya jatuh di mata keluarga kami," ketusnya lagi.
Karena tidak terima, keluarga Tatok melanjutkan kasus dugaan malapraktik ini ke ranah hukum. Pengacara keluarga Tatok juga sudah melaporkan Moestidjab dan Surabaya Eye Clinic ke pihak Polda Jawa Timur.
Laporan tersebut bernomor: LP B/75/I/2016/UM/Jatim, tertanggal 18 Januari 2017, tentang dugaan tindak pidana penipuan dan atau membuat surat palsu, atau memalsukan surat dan atau memalsukan keterangan palsu ke dalam suatu akta otentik.
"Kami juga sudah mengadukan persoalan ini ke IDI Jatim, sehingga kasusnya bisa segera ditangani," tandas Eduard yang juga Ketua Solidaritas Merah Putih (Solmet) Jawa Timur ini.
Sayang, saat sejumlah wartawan di Surabaya hendak konfirmasi ke Moestidjab terkait masalah ini, dia tidak berada di tempat. Di Surabaya Eye Clinic, wartawan hanya ditemui front office, Rinto.
"Saya tidak bisa ngasih keterangan terkait masalah ini, karena yang bersangkutan sudah pulang," singkat Rinto sambil menyarankan untuk membuat janji terlebih dulu.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Korban mengalami kecelakaan setelah menghindari pengendara lainnya.
Baca SelengkapnyaTim dokter saat ini masih melakukan perawatan dan observasi terkait kemungkinan gejala sisa.
Baca SelengkapnyaSalah satu korban gigitan ulat berbisa di Kampung Cibogo Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar, pada bagian tangan kanananya menghitam dan membusuk.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kasus Dokter Ortopedi Dituduh Cabuli Istri Pasien, Korban Serahkan Rekaman CCTV dan Hasil Visum
Baca SelengkapnyaSaat peristiwa itu terjadi, pasien yang juga suami korban sedang disuntik hingga tertidur.
Baca SelengkapnyaPekerjaan itu diklaim sudah terjadwal sebelumnya sehingga tidak bisa ditinggalkan.
Baca SelengkapnyaFarid juga mengimbau masyarakat untuk melakukan olahraga, seperti latihan aerobik tiga hingga lima kali per minggu, dengan waktu 30-45 menit per sesi.
Baca SelengkapnyaDiungkap sang istri, dokter tersebut kedapatan tetap melayani kendati tengah berlibur.
Baca SelengkapnyaMenurut primbon, mata berkedut bisa saja pertanda baik. Tapi menurut medis, mata berkedut justru sesuatu yang normal, atau bahkan bisa menjadi tanda masalah.
Baca Selengkapnya