Data Kasus Antraks di Gunungkidul: 12 Hewan Ternak Mati dalam 3 Bulan
Korban antraks ikut menyembelih dan memakan sapi yang sudah mati.
kasus antraks terjadi pada pertengahan April 2023 lalu.
Data Kasus Antraks di Gunungkidul: 12 Hewan Ternak Mati dalam 3 Bulan
Kasus antraks yang terjadi di Kabupaten Gunungkidul menyebabkan 3 warga meninggal dunia dan 87 orang dinyatakan suspek.
Kasus penularan antraks ini dipicu dari daging sapi yang mati mendadak dan dikonsumsi oleh warga.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY Sugeng Purwanto mengatakan kasus antraks pada hewan ternak di Kabupaten Gunungkidul, DIY terjadi pada pertengahan April 2023 lalu.
Dari pertengahan April 2023 hingga saat ini, total ada 12 hewan ternak yang terjangkit antraks di Kabupaten Gunungkidul. "Pertengahan April 2023, tanggalnya tidak tahu pasti ada sapi betina umur 3 tahun yang diporak (mati karena sakit dan dagingnya dijual atau dikonsumsi). Kemudian ada satu ekor kambing yang diketahui juga mati," terang Sugeng dalam keterangannya, Jumat (7/7).
Sedangkan di Bulan Mei 2023, sebanyak 6 temuan hewan ternak yang mati karena terjangkit Antraks. Sebanyak 6 hewan yang mati ini adalah 5 ekor sapi dan seekor kambing.
"18 Mei 2023 ditemukan sapi mati, 20 Mei satu ekor sapi mati, 22 Mei satu ekor sapi mati, 26 Mei satu ekor sapi mati, 27 Mei satu ekor sapi mati. Untuk kambing, tanggal 20 Mei ada satu yang mati,"
"2 Juni (2023) ada satu kambing mati. 4 Juni satu kambing mati. Terakhir 27 Juni satu ekor sapi mati," sambung Sugeng.
kata Sugeng dalam keterangannya kepada wartawan.
Sebelumnya, Seorang warga berusia 73 tahun yang beralamatkan di Padukuhan Jati, Kalurahan Candirejo, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, meninggal dunia karena Antraks.
Korban Makan Daging Sapi Mati karena Sakit
Kepala Dinas Kesehatan DIY Pembajun Setyaningastutie mengatakan, korban meninggal dunia pada 22 Mei 2023 lantaran ikut menyembelih dan memakan sapi yang sudah mati. Sapi ini milik salah satu warga di Padukuhan Jati. "Setelah mengonsumi ditanggal 29 Mei, korban timbul gejala panas, pusing dan batuk. Kemudian hari berikutnya muncul kayak mlenting (bintik-bintik di kulit). Kemudian ada pembengkakan pada kelenjar," kata Pembajun, Kamis (6/7).
Pembajun menuturkan karena kondisi pasien tidak membaik, kemudian di tanggal 1 Juni 2023 dibawa berobat ke RS Panti Rahayu. Saat itu pasien juga mengalami penyumbatan usus. Tanggal 3 Juni 2023, pasien didiagnosa Ileus karena bakteri. Saat itu pasien mengalami pembengkakan perut dan di lipat kelenjar.Kondisi pasien terus memburuk. Kemudian dirujuk ke RSUP Dr Sardjito tanggal 3 Juni 2023. Pasien meninggal dunia pada 4 Juni 2023.
"Di Sardjito mungkin karena sudah cukup parah ada gejala kaku leher di bagian belakang. Tanggal 4 Juni dinyatakan meninggal dunia dengan diagnosa suspeks Antraks".