Dangdut tak harus seronok, buktinya Cita Citata

Merdeka.com - Pencekalan dianggap strategi jitu menekan kemunculan dangdut seronok di kampung dan pinggiran kota. Pendapat tersebut dilontarkan pengamat musik kenamaan Bens Leo.

"Melarang dangdut seronok itu melalui televisi dari KPI, kalau masuk kampung dari Pemda. Pada saat itu Pemdanya punya kepentingan melarang itu atas nama moral dan artistik," kata Bens saat dihubungi merdeka.com, Jumat (30/1).

Pemda, menurut Bens, dapat mengikuti kesuksesan kota Yogyakarta dalam mencekal pedangdut seronok manggung. Dua daerah tersebut dulunya menjamur para pedangdut dengan goyangan yang seronok. Namun akhirnya hilang lantaran pemerintah daerah ikut serta menertibkan.

"Di daerah tertentu Solo, Yogya itu dulunya banyak dangdut seronok sudah dilarang sama kraton dan sudah menghilang karena tidak mendidik," ungkap Bens.

Memang daya pikat pedangdut seronok tak terelakkan. Namun musik berkualitas bukan datang dari pedangdut seronok, melainkan dari kualitas lagu dan penyanyinya.

"Dangdut seronok belum tentu dia populer misalnya Cita Citata, enggak seronok. Dia populer dengan satu lagu dan gosip. Tapi kan Cita Citata enggak seronok, malah jadi bahan pembicaraan. Jadi enggak harus seronok seperti Ikke Nurjanah, Cici Paramida," lanjut dia.

Seperti diketahui, Cita Citata melejit dengan lagu dangdutnya yang unik, 'Sakitnya Tuh Di Sini' yang mengangkat namanya ke jagad hiburan Tanah Air. Tak cuma pecinta dangdut, para penikmat musik lain pun banyak yang suka lagu Cita Citata lantaran liriknya mengena dan aransemen dangdutnya sudah modern, dengan nuansa elektronik.