Babak belur karier sang pejuang daerah
Merdeka.com - Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Irman Gusman diciduk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam Operasi Tangkap Tangan (OTT) di rumah dinasnya, Jalan Denpasar C3/8 Jakarta Selatan, Sabtu (17/9). Penangkapan ini cukup mengejutkan karena Irman selama ini dikenal sebagai sosok cukup terpandang.
Karier Irman memang cukup cemerlang. Pria kelahiran Padang Panjang, Sumatera Barat ini mulai berkecimpung di bidang politik pada tahun 1999 dengan menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Kemudian pada Pemilu 2004, ia terpilih sebagai anggota DPD mewakili Sumatera Barat. Ia pun langsung menjabat sebagai Wakil Ketua DPD pada periode pertama bersama Ginandjar Kartasasmita sebagai ketua.
Pada periode kedua tahun 2009, Irman terpilih sebagai ketua. Dia kembali terpilih sebagai ketua DPD pada periode ketiga di tahun 2014. Dengan demikian, namanya tercatat sebagai satu-satunya pimpinan parlemen yang terpilih hingga tiga periode berturut-turut.
Ayah tiga anak ini juga dikenal sebagai penggagas lahirnya DPD. Perannya dalam memperjuangkan kepentingan daerah sangat besar hingga akhirnya Irman dikenal sebagai pejuang daerah.
Sekarang label itu tinggal kenangan. Irman tercatat pimpinan lembaga negara kedua yang dicokok KPK, sebelumnya Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar. Dia menerima Rp 100 juta dari Direktur Utama CV Semesta Berjaya Xaveriandy Sutanto.
"Hancur babak belur dan semua harus mengambil pelajaran. Pejabat negara jangan lagi melakukan seperti itu. Upeti tidak boleh ada lagi," ujar Sosiolog UIN Syarif Hidayatullah Musni Umar kepada merdeka.com, Minggu (18/9).
Selain politisi, Irman juga merupakan seorang pengusaha ulung. Kariernya sebagai pengusaha dimulai ketika ia terjun ke bisnis milik keluarga PT Khage Lestari Timber pada tahun 1988. Di samping mengelola perusahaan kayu, ia juga mendirikan sebuah kawasan industri bernama Padang Industrial Park di mana ia sempat menjabat sebagai Komisaris Utama perusahaan.
Tidak hanya itu, pria kelahiran 54 tahun silam ini ternyata juga berasal dari keluarga terpandang. Ayahnya, Gusman Gaus, pernah menjabat sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat. Sedangkan ibunya, Janimar Kamili, merupakan anak dari pedagang emas yang cukup sukses.
"Pak Irman ini kan punya kedudukan yang tinggi. Dia juga sangat kaya, dari latar belakang pengusaha. Tapi karena 100 juta itu kemudian dia dihujat namanya, habis, dianggap koruptor. Betul-betul menyedihkan," tuturnya.
Citra bersih yang telah dibangun selama bertahun-tahun itu runtuh begitu dirinya ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK terkait dugaan suap kuota impor gula pada tahun 2016. Irman disangkakan melanggar Pasal 12 huruf a atau Pasal 11 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi.
"Semua harus mengambil pelajaran. Pejabat negara jangan lagi menerima uang suap sekecil apapun," pesan Musni.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Salah satu korban merupakan anak berusia tiga tahun.
Baca SelengkapnyaSeorang pembudidaya belut mampu kembangkan hingga 200 kolam meski sempat diremehkan hingga merugi.
Baca SelengkapnyaSimak kisah inspiratif Bintara Polri anak yatim, sampai bikin kagum dua jenderal polisi.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Irham memulai perjalanan karirnya saat masih kuliah. Saat itu dia senang mempelajari ilmu yang berkaitan dengan pengembangan diri.
Baca SelengkapnyaKomjen Polisi Wahyu Widada lulusan Akademi Kepolisian tahun 1991. Dia menjadi lulusan terbaik serta meraih Adhi Makayasa.
Baca SelengkapnyaTak hanya berprestasi di bidang olahraga, Marco juga memiliki prestasi di bidang akademik.
Baca SelengkapnyaKesuksesan keduanya juga dibuktikan saat mendidik anak. Putra sulungnya berhasil menulis 40 buku saat usianya baru 11 tahun
Baca SelengkapnyaSukma atau akrab disapa Ujang, merupakan putra seorang polisi berpangkat Peltu
Baca SelengkapnyaDemi tetap menyekolahkan putranya, orang tua Sarijaya harus merelakan pendidikan anak perempuannya.
Baca Selengkapnya