Ambil Air Wudu di Sungai, Guru SMP Diserang Buaya
Merdeka.com - Yelni (33), guru sekolah menengah pertama (SMP di Kecamatan Cempaga, Kabupaten Kotawaringin Timur diserang buaya saat mengambil air wudu di sungai. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah menyiapkan peralatan jerat untuk menangkap buaya tersebut.
"Korban menderita sejumlah luka. Kami juga melihat ke lokasi kejadian. Tadi kami mau memasang alat jerat, tapi sungai sedang surut. Nanti akan kami pasang saat sungai dalam," kata Komandan Jaga BKSDA Pos Sampit Muriansyah di Sampit, Selasa (8/6). Dikutup dari Antara.
Serangan buaya terjadi di Desa Sungai Paring, Kecamatan Cempaga pada Senin (7/6) sekitar pukul 04.00 WIB. Saat itu korban bermaksud mengambil air wudu di Sungai Cempaga untuk Salat Subuh. Tanpa diduga seekor buaya muncul dari dalam air dan menerkam kaki kirinya.
Korban berusaha melepaskan diri dari terkaman satwa ganas tersebut. Upayanya berhasil, dan dia bergegas naik dari pinggir sungai.
Akibat kejadian itu, korban menderita luka di kaki kiri bekas gigitan buaya setelah dua kali menerkam. Korban menyebut buaya dengan panjang sekitar dua meter itu diduga jenis senyulong atau buaya capit/sepit.
Muriansyah menilai, kejadian ini menjadi perhatian serius karena biasanya buaya senyulong atau buaya capit yang memiliki nama latin Tomistoma schlegelii itu jarang menyerang manusia.
Berdasarkan keterangan warga setempat, sebelumnya memang ada warga yang melihat kemunculan buaya. Namun yang dilihat warga adalah jenis buaya muara yang memang sering menyerang manusia, namun korban melihat buaya yang menerkam kakinya adalah jenis buaya capit.
Saat melakukan observasi di lokasi kejadian, Muriansyah melihat ada empat kandang ayam milik warga di sekitar lokasi kejadian. Berdasarkan pengalaman selama ini, buaya menyasar perairan sekitar permukiman untuk mencari makan, karena ada ternak warga di pinggir sungai maupun sampah makanan yang sering dibuang ke sungai.
Karena itu, untuk menghindari kembali terjadinya serangan buaya, BKSDA mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan saat beraktivitas di sungai. Warga diminta tidak beraktivitas di sungai saat hari gelap, karena rawan terjadi serangan buaya.
"Tadi memasang spanduk imbauan sekaligus memberi informasi kepada warga terkait hal-hal yang bisa memicu buaya datang ke perairan sekitar permukiman. Kami berharap masyarakat selalu waspada," kata Muriansyah.
Serangan buaya terhadap Yelni merupakan serangan kedua dalam sepekan terakhir. Pada Senin (31/5) malam lalu, seorang kakek bernama Isal (70) di Desa Jaya Karet, Kecamatan Mentaya Hilir Selatan diserang buaya saat berwudu untuk melaksanakan Salat Isya. Korban berhasil selamat, namun harus mendapat sejumlah jahitan pada paha kiri akibat bekas terkaman buaya muara.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Keberadaan buaya itu terlihat cukup lama. Kemunculannya diketahui terjadi saat air Sungai Musi dalam keadaan pasang.
Baca SelengkapnyaSabun khas warga Baduy diketahui berasal dari tumbuhan alami, dan berfungsi untuk membersihkan muka.
Baca SelengkapnyaAir yang menggenang di bagian selatan Kudus akan diarahkan ke kolam retensi.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Hasil pembakaran sampah itu bisa dimanfaatkan sebagai pupuk, sementara asapnya bisa disuling menjadi pupuk cair.
Baca SelengkapnyaBantuan air bersih sudah dibagikan pada beberapa desa yang terdampak kekeringan.
Baca SelengkapnyaAtap ambruk diduga tak kuat menahan tingginya debit air hujan yang mengguyur Bogor sejak Kamis dini hari.
Baca SelengkapnyaMereka terdampar di pulau yang sangat terpencil di Samudra Pasifik.
Baca SelengkapnyaPeristiwa itu terjadi saat korban berada di kebun bersama ayahnya di Desa Mendingin, Kecamatan Ulu Ogan, Ogan Komering Ulu (OKU).
Baca SelengkapnyaAirnya sangat jernih hingga membuat dasar sungai tampak jelas
Baca Selengkapnya