Seni Bantengan, Gabungkan Tari dan Olah Kanuragan yang Eksis Sejak Zaman Singasari
Merdeka.com - Kesenian tradisional Bantengan merupakan sebuah seni pertunjukan budaya tradisi Jawa Timur yang menggabungkan unsur sendratari, olah kanuragan, musik, dan syair/mantra yang kental dengan nuansa magis. Kesenian ini semakin menarik saat memasuki tahap trans, yaitu tahap pemain pemegang kepala Bantengan kesurupan arwah leluhur Banteng (Dhanyangan).
Kesenian Bantengan sudah ada sejak zaman Kerajaan Singasari. Saat itu, kesenian Bantengan berbentuk kesenian tari di mana penarinya menggunakan topeng kepala Bantengan.
Pada masa kolonialisme Belanda, ada seorang tokoh bernama Mbah Siran yang membuat topeng Bantengan dari tanduk banteng di Desa Claket Kecamaten Pacet Kabupaten Mojokerto. Kemudian, pada masa Orde Lama kesenian tradisional Bantengan muncul di berbagai daerah pegunungan di Jawa Timur.
Kini, kesenian tradisional Bantengan sudah berkembang di beberapa daerah di Jawa Timur. Antara lain, Kabupaten Mojokerto, Kota Malang, Kota Batu, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Kediri, dan Kabupaten Pasuruan.
Data Dinas Pariwisata Kota Batu per tahun 2018 mencatat terdapat sekitar 200 grup kesenian Bantengan. Sedangkan data Dinas Pariwisata Kabupaten Pasuruan mencatat ada 12 paguyuban yang tercatat di Nomor Induk Kesenian.
Di masing-masing kabupaten/kota, banyak paguyuban yang mengelola dan mengembangkan kesenian tradisional bantengan dalam bentuk pertunjukan maupunn festival. Dikutip dari laman resmi Kemdikbud RI, Pemerintah Kabupaten Mojokerto sudah menerbitkan Buku Teks Kesenian Bantengan untuk Sekolah Dasar Kelas IV, V, dan VI dengan tujuan mengembangkan dan melestarikan Kesenian Tradisional Bantengan.
Pementasan
Dalam sebuah pementasan kesenian tradisional Bantengan diperlukan penyajian yang lengkap meliputi gerakan mirip banteng, busana, iringan musik, properti, lapangan sebagai tempat pementasan, pawang, dan sesaji.
Kesenian ini dimainkan oleh empat orang. Orang pertama berperan sebagai kaki depan sekaligus pemegang kepala Bantengan, sementara orang kedua berperan sebagai pengontrol tari Bantengan dan kaki belakang sekaligus ekor Bantengan. Kostum bantengan terbuat dari kain hitam, sementara topeng berbentuk kepala kepala banteng terbuat dari kayu dan tanduk asli banteng. Adapun dua orang lain menjadi pemegang tali kekang yang berguna untuk mengendalikan pemain Bantengan yang kesurupan.
Saat ini, kepala hewan banteng semakin sulit ditemukan di Pulau Jawa. Maka, topeng yang digunakan dalam kesenian tradisional Bantengan biasanya menggunakan tanduk sapi atau kerbau yang sudah mati.
Libatkan Banyak Orang
Kesenian tradisional Bantengan merupakan kesenian komunal yang melibatkan banyak orang dalam setiap pertunjukannya, sebagaimana banteng yang biasa hidup berkoloni.
Kesenian Bantengan membentuk perilaku masyarakat yang menggelutinya agar senantiasa hidup dalam keguyuban, gotong royong, serta menjunjung tinggi rasa persatuan dan kesatuan.
Ruri Darma Desprianto dalam karya tulisnya yang berjudul Kesenian Bantengan Mojokerto Kajian Simbolik dan Nilai Moral (2013) mengungkapkan, banyak nilai yang terkandung dalam Kesenian Tradisional Bantengan. Di antaranya nilai kebersamaan atau gotong royong, keindahan, kebenaran, kebaikan, tanggung jawab, religius, kepercayaan, serta keburukan dan kejahatan.
Kesenian tradisional Bantengan Jawa Timur biasanya dipentaskan dengan tujuan sakral, tolak balak, melestarikan seni budaya tradisional, dan menghormati leluhur nenek moyang. Pementasan tradisional Bantengan diadakan pada saat-saat tertentu, misalnya pada peringatan Tahun Baru Islam, HUT Proklamasi Kemerdekaan RI, Bersih Desa/Selamatan Desa, diundang masyarakat yang memiliki hajat, dan lain-lain.
Saat pementasan Bantengan terdapat larangan bagi penonton, yaitu dilarang bersiul karena dianggap mengejek arwah roh yang memasuki tubuh pemain.
(mdk/rka)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tradisi ini jadi salah satu pesta adat masyarakat Sunda yang unik untuk meminta hujan
Baca SelengkapnyaTopeng-topeng ini sudah ada sejak zaman Kesultanan Banten ketika menguasai wilayah Sumatra.
Baca SelengkapnyaBerikut contoh pantun lucu yang menghibur dan cocok untuk mencairkan suasana saat berkumpul.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Nenek berusia 86 tahun ini merupakan satu-satunya perajin mainan tradisional yang masih eksis bertahan hingga saat ini.
Baca SelengkapnyaIpuk juga berpesan kepada segenap seniman dan budayawan untuk senantiasa merespon perkembangan dunia seni global.
Baca SelengkapnyaNgalungsur Geni, tradisi turun-temurun pembersihan benda pusaka di Kabupaten Garut.
Baca SelengkapnyaDalam konteks budaya, pantun Bali lucu memainkan peran dalam melestarikan bahasa Bali dan seni sastra lisan tradisional.
Baca SelengkapnyaTradisi kuno dan unik dari Karo Sumut ini dilakukan dengan diam-diam dan bertujuan agar sebuah keluarga bisa segera memiliki anak laki-laki.
Baca SelengkapnyaTradisi ini biasa dilakukan oleh masyarakat Suku Serawai yang ada di Bengkulu yang dilaksanakan pada malam menjelang Idulfitri.
Baca Selengkapnya