Momen Haru Rakyat Indonesia Iuran Sumbang Beras untuk India, dari Sawah Daerah Pedalaman Diantar Naik Kapal
Beras-beras dari persawahan daerah pedalaman diangkut dengan cikar
Beras-beras dari persawahan daerah pedalaman diangkut dengan cikar
Gerakan iuran beras yang dikenal dengan sebutan Diplomasi Beras terjadi saat Indonesia masih dalam bayang-bayang kolonial Belanda.
Agresi Militer Belanda I adalah operasi militer Belanda di Jawa dan
Sumatera yang dilaksanakan pada tahun 1946-1947. Belanda ingin menguasai daerah-daerah perkebunan yang kaya dan memiliki sumber daya alam, terutama minyak
dan perkebunan.
Agar upaya jahatnya tidak terendus dunia internasional, Belanda menamakan agresi militer sebagai Aksi Polisionil dan menyatakan
tindakan tersebut sebagai urusan dalam negeri Belanda. Pasalnya, saat itu Belanda menganggap Indonesia adalah wilayah kekuasaan mereka.
Pada saat itu jumlah tentara Belanda mencapai lebih dari 100.000 personel yang dilengkapi dengan persenjataan modern.
Serangan tentara Belanda difokuskan di tiga tempat, yaitu Sumatera Timur, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di Jawa Timur, mereka menyasar wilayah dengan perkebunan tebu dan pabrik-pabrik gula, khususnya di Javas Oosthoek yang merupakan bekas wilayah Kerajaan Balambangan, membentang dari Lumajang hingga Banyuwangi.
Di ujung timur Pulau Jawa, pada suatu hari menjelang matahari terbit, sejumlah kapal perang Belanda siap siaga di Selat Bali.
Para tentara memuntahkan tembakan artileri dan senjata berat lainnya ke arah pos-pos Pasukan-M (pihak pribumi) terutama di Pantai Sukowidi dan pos pasukan lainnya di sepanjang pantai.
Serangan yang dilakukan selama beberapa jam menjadi penanda dimulainya Agresi Militer I Belanda.
Pos-pos Pasukan-M di sepanjang pantai Banyuwangi meluncurkan tembakan balasan hingga terjadi duel seru. Tembakan balasan dari kaum pribumi itu membuat tentara Belanda dua kali gagal
mendarat di sekitar Sukowidi. Kegagalan tersebut tak membuat mereka menyerah begitu saja.
Para tentara Belanda akhirnya mendarat di Ketapang dan Watudodol (utara Banyuwangi) pada tanggal 21 Juli 1946. Dari sana mereka menuju ke kawasan Banyuwangi dengan menggelar konvoi tank-tank besar dan kendaraan lapis baja lainnya, seperti dikutip dari unggahan Instagram @historybanyuwangi.
Belanda membombardir pelabuhan Banyuwangi dari laut dan udara selama tiga hari berturut-turut. Pelabuhan itu menjadi sasaran amuk Belanda karena menjadi tempat penyimpanan beras ke India yang saat itu dilanda bencana kelaparan. Pelabuhan Banyuwangi juga menjadi titik keberangkatan kapal pengangkut beras dari Indonesia ke India.
Sebelumnya pada April 1946, Perdana Menteri Sutan Sjahrir, sebagai upaya diplomatik meraih dukungan menawarkan dunia internasional terkait bantuan beras kepada India sebanyak 500.000 ton. Bantuan itu disambut baik India.
Diplomasi beras Sjahrir
ini penting bagi Republik
Indonesia yang usianya belum genap setahun dan lautnya
tengah diblokade kolonialis Belanda.
Bupati Banyuwangi saat itu,
R. Oesman Soemodinoto, menjadi ketua komite yang mengurus pengumpulan beras dan proses pemberangkatan kapal ke India.
Belanda tidak tinggal diam. Mereka melakukan berbagai upaya menghalangi pengiriman beras
ke India karena tidak ingin Pemerintah India mengakui kedaulatan Republik Indonesia.
Pada 2 Juli 1946, koran Kedaulatan Rakjat yang terbit di Yogyakarta memberitakan bahwa di Banyuwangi sudah terkumpul sekitar 20.000 ton
beras untuk India. Beras ini hasil pengumpulan di bawah komando Banyuwangi dan Besuki.
Transportasi beras dari sawah-sawah di pedalaman Jawa menuju pelabuhan Banyuwangi bak sebuah parade. Beras diangkut dengan mobil bak terbuka, cikar dan kereta
api. Ratusan orang berpartisipasi membawa beras-beras ini. Pergerakan manusia dan barang
dalam skala cukup besar menarik
perhatian Belanda.
Meski melalui berbagai rintangan, sumbangan beras Indonesia tiba juga di India. Berkat bantuan tersebut, India menjadi negara pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia.
Pengakuan atas kemerdekaan dan disampaikan secara resmi pada 2 September 1946, oleh Perdana Menteri India saat itu, Jawaharlal Nehru.
Bea Cukai Ambon mengantarkan ekspor komoditas damar milik Parshu Indonesia dengan tujuan pasar India.
Baca SelengkapnyaRoket ini sukses meluncur dari Bumi dan akan menuju ke Bulan.
Baca SelengkapnyaDua tahun pascakemerdekaan Indonesia, Menteri Muda Penerangan AR Baswedan, Menteri Muda Luar Negeri H Agus Salim dan rombongan delegas berangkat ke sejumlah negara timur tengah untuk mencari dukungan dan pengakuan negara lain atas kemerdekaan Indonesia.
Baca SelengkapnyaKemerdekaan yang dirayakan bangsa Indonesia adalah untuk mengingat lepasnya Indonesia dari penjajahan negara asing.
Baca SelengkapnyaTentara bayaran seperti Wagner, sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Di Indonesia, pasukan ini pernah ikut perang.
Baca SelengkapnyaJejak kaki ini ditemukan di pulau Kreta, Mediterania.
Baca SelengkapnyaPria ini ditangkap saat mendarat di Tamil Nadu, India.
Baca SelengkapnyaBahkan untuk anak-anak, perayaan dan lomba dalam rangka HUT Ke-78 Republik Indonesia tahun ini adalah yang pertama kalinya.
Baca SelengkapnyaPria keturunan India ini telah memberikan dampak dan menorehkan sejarah di wilayah Sorkam, sebuah kecamatan di Tapanuli Utara.
Baca Selengkapnya