Wanita Paruh Baya Ini Tinggal Sendirian di Pinggir Jalur Tengkorak, Begini Kisahnya

Merdeka.com - Ruas jalur Rembang-Blora, tepatnya dari Desa Mantingan, Kecamatan Bulu, sampai dengan perbatasan Kabupaten Blora di sekelilingnya masih ditumbuhi hutan yang lebat. Di sanalah tinggal seorang wanita paruh baya bernama Sri Haryati, usianya 68 tahun.

Dikutip dari kanal YouTube Musyafa Musa, Sri Haryati tinggal di sebuah rumah yang berada persis di pinggir tikungan jalan yang terkenal dengan jalur tengkorak-nya. Disebut jalur tengkorak karena di sana kerap terjadi kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan korban jiwa.

Pada awalnya, tanah tempat berdirinya rumah itu sebenarnya milik kakek dan nenek Sri Haryati. Namun tanah itu dijual kepada orang lain dan didirikanlah rumah untuk tempat tinggal penjaga tandon air di sebelah rumah.

Namun sayangnya banyak orang yang tidak mau menempati rumah itu. Hingga pada akhirnya Sri Haryati ditawari tinggal di rumah tersebut. Di sana ia tinggal seorang diri mengingat suaminya yang telah meninggal dunia.

Lalu bagaimana kisah Sri Haryati tinggal di rumah yang konon terkenal angker itu? Berikut selengkapnya:

Sudah Tinggal 10 Tahun

©YouTube/Musyafa Musa

Di rumah itu, Sri Haryati sudah menetap selama 10 tahun. Walaupun tempat itu dianggap angker oleh warga setempat, namun Sri Haryati mengaku tak pernah sekalipun melihat penampakan makhluk halus di sana.

Walau begitu, dia selalu merasa diikuti dua sosok anak kecil yang mengikutinya apabila dia terlalu lama pergi meninggalkan rumah itu.

Tak hanya itu, saat malam hari beberapa kali pintu rumahnya diketuk. Namun saat ia buka tak ada seorang pun yang berada di depan rumahnya. Bagi Sri, hal-hal semacam itu sudah dianggapnya sesuatu yang biasa.

Terkenal Angker

©YouTube/Musyafa Musa

Walaupun tak pernah merasa diganggu, Sri Haryati bercerita pernah pada suatu malam seorang kernet supir truk memarkirkan truk di halaman rumahnya dan beristirahat di sana. Malam itu, sang kernet berteriak meminta tolong dan menggedor kaca jendela kamarnya. Mengetahui hal itu, Sri hanya menenangkan kernet supir itu agar tidak terlalu larut dalam ketakutan.

“Saya bilang, ’ada apa?’. Orang itu bilang kalau ada orang besar matanya merah mencorong. Saya bilang ‘Di sini itu nggak ada apa-apa’. Tapi kata orang-orang di sini itu ada macam-macam hantunya. Aku ya nggak tahu, nggak pernah lihat apa-apa,” kata Sri dikutip dari kanal YouTube Musyafa Musa.

Suka Duka Hidup Sendiri

©YouTube/Musyafa Musa

Walaupun hidup sendiri di lokasi yang terpencil dari rumah lainnya, Sri mengatakan bahwa dia merasa lebih tenang dan nyaman. Apalagi, sejauh ini tidak pernah ada orang yang berbuat jahat di rumah itu. Namun sisi kekurangannya adalah ia sering kesulitan membeli bahan belanjaan untuk keperluan memasak.

Memasuki usia senja, Sri masih aktif bekerja sebagai penjual rempeyek. Makanan yang ia olah sendiri itu ia titipkan ke warung-warung dan dijual ke pasar terdekat. Ia pun merasa lebih bahagia tinggal dengan kondisi seperti itu dari pada tinggal di rumah anak-anaknya dan merepotkan mereka.

“Gusti Allah itu nggak tidur, pasti kasih saya makan,” kata Sri.