Sudah Dikenal sampai Australia, Begini Kisah Bisnis Kelorida dari Bantul yang Mendunia
Selain dijual di Indonesia, ternyata produk Kelorida sudah laku terjual sampai Australia bahkan Dubai.
Selain dijual di Indonesia, ternyata produk Kelorida sudah laku terjual sampai Australia bahkan Dubai.
Rumah Produksi Kelorida didirikan oleh Siti Haida Hutagaol (59). Wanita yang akrab disapa Ida ini memulai usaha Kelorida pada tahun 2016 dan launching pada tahun 2017. Di tahun itu, Ida sukses mengubah daun kelor menjadi berbagai produk olahan yang bermanfaat bagi tubuh. Ida belajar mengolah daun kelor secara autodidak.
cerita Ida saat ditemui merdeka.com di Rumah Produksi Kelorida pada Senin (18/3).
Wanita asal Pekanbaru, Riau ini terus belajar secara autodidak untuk mengetahui tentang daun kelor. Ida mengaku sering gagal saat mengolah daun kelor karena mengalami kesalahan dalam proses produksi seperti penjemuran. Beda dengan daun lainnya, kelor perlu penanganan yang berbeda seperti dijemur di tempat khusus atau dilapisi kain. Daun kelor juga tidak boleh terkena sinar matahari langsung.
lanjut Ida.
Belum banyak yang mampu mengolah daun kelor. Namun desa di Bantul tepatnya di Trirenggo, ada Rumah Produksi Kelorida yang sukses mengolah daun kelor. Selain digunakan untuk produksi, Ida juga menanam daun kelor sendiri di rumahnya. Selain mengambil daun dari rumah sendiri, Ida juga mendapat pasokan kelor dari anggota Kelompok Tani (KWT) Ngudi Rejeki.
Ida membeli langsung daun kelor tersebut. Kini terhitung ada 20 orang yang mengantarkan daun kelor ke rumah Ida. Namun, anggota yang aktif mengantarkan daun kelor ke Rumah Produksi Kelorida hanya sekitar 5-6 orang setiap harinya.
“Di KWT (Kelompok Wanita Tani) ini memproduksi berbagai olahan lain, sedangkan untuk produksi kelor saya sendiri. Namun, anggota-anggota KWT lainnya juga menanam daun kelor lalu dijual ke saya. Untuk 1 kilogram daun kelor harganya Rp3 ribu. Setiap anggota ada yang menghasilkan 10 kg daun kelor, sehingga dapat membantu ekonomi anggota lainnya,” kata Ida.
Kehadiran Kelorida ini perlahan-lahan mengubah dan membantu perekonomian keluarga dan masyarakat sekitar. Selain memberdayakan warga setempat untuk megirimkan daun kelor ke rumah produksi, Ida kini sudah memiliki lima karyawan yang selalu membantunya di Rumah Produksi Kelorida.
Selain memproduksi daun kelor sendiri di rumahnya, Ida kerap mengadakan workshop di rumah produksinya. Ia memiliki ruangan khusus untuk mengadakan workshop. Hingga saat ini sudah banyak tamu yang berkunjung ke Rumah Produksi Kelorida untuk melakukan workshop.
cerita Ida.
Walaupun hanya diproduksi sendiri di rumah, namun Kelorida sudah berhasil memproduksi beraneka ragam produk yang bermanfaat untuk tubuh. Beberapa produk yang diproduksi Kelorida seperti teh tubruk, kapsul, masker, bedak dingin, tepung hingga cokelat kelor. Di antara produk-produknya itu, kini Ida sedang mengembangkan cokelat kelor.
Hal itu dilakukan karena Ida merasa anak-anak susah diajak untuk makan sayur. Dari permasalahan itu, Ida ingin mengkreasikan cokelat yang dikombinasikan dengan daun kelor. Dengan mengonsumsi cokelat kelor, diharapkan kebutuhan nutrisi anak-anak tetap seimbang.
“Produknya ada puluhan, mulai dari kecantikan seperti bedak dingin, masker, kapsul, beras daun kelor, peyek kelor, cokelat kelor, teh celup, dan banyak lainnya,” jelas Ida.
Selain membuat dan memasarkan sendiri produk-produk Kelorida, kesuksesannya juga tak lepas dan bantuan dari Bank BRI. Ya, Ida kerap diajak Bank BRI untuk mengikuti berbagai pameran. Berkat ajakan pameran dari Bank BRI, Kelorida bisa berkembang pesat hingga mengikuti pameran tingkat nasional. Hal ini membuat produk Kelorida semakin banyak dikenal dan disukai.
“Omzet paling besar di pameran bisa Rp18 juta sampai Rp30 juta per bulan,” kata Ida.
Selain mengikuti pameran, produk Kelorida bisa dikenal bahkan laku di pasaran karena Ida aktif berjualan via online maupun offline. Untuk penjualan online, peminatnya tidak begitu banyak. Namun, untuk penjualan offline banyak orang dewasa bahkan orang tua yang membelinya.
Banyak pembeli di usia tersebut karena mereka peduli terhadap kesehatan diri sendiri dan anak-anaknya. Nah, bagi Anda yang ingin membeli langsung produk daun kelor dari Kelorida, bisa langsung mengunjungi Rumah Produksi Kelorida di Bantul, Yogyakarta International Airport (YIA) Kulon Progo, Bandara Adisucipto dan beberapa koperasi lainnya.
Selain dijual di Indonesia, ternyata produk Kelorida sudah laku terjual sampai Australia bahkan Dubai. Berkat pelanggan setia, olahan Kelorida bisa dikenal dan dinikmati hingga luar negeri.
“Kelorida bisa ditemui di bandara, koperasi Provinsi Tugu Point, Indomaret khusus di wilayah Kabupaten Bantul. Untuk penjualaan pada dasarnya kita berada di level nasional, namun pelanggan-pelanggan kerap mengirim ke luar negeri. Salah satu produknya adalah masker kelor yang biasa dikirim ke Australia. Ada juga kapsul kelor yang dikirim ke Dubai melalui pelanggan-pelanggan,” kata Ida.
Daging sapi di pasaran langka hingga sebabkan kenaikan harga, hal ini jadi biang keladinya.
Baca SelengkapnyaMemperluas jejaring dan perbanyak sedekah menjadi kunci yang Adibayu yakini menjadi perantara kesuksesannya saat ini.
Baca SelengkapnyaBerkat kerja kerasnya membangun usaha di masa pandemi Covid-19, omzetnya kini mencapai Rp150 juta dan terjual sampai Dubai.
Baca SelengkapnyaJamur ini mahal, langka dan harus menunggu sambaran petir untuk dipanen.
Baca SelengkapnyaBerikut pantun teka teki dan jawabannya lucu yang bisa dilontarkan saat kumpul bareng.
Baca SelengkapnyaBuah yang tumbuh subur di daratan Pulau Kalimantan ini bukan hanya unik, melainkan juga memiliki khasiat bagi siapapun yang menyantapnya.
Baca SelengkapnyaPak Alam berjualan tisu keliling dari Cikarang ke Jakarta. Ia naik kereta bersama putranya Sultan.
Baca SelengkapnyaPak Sukandar sudah lima tahun menjadi agen BRILink di tengah Pasar Induk Kramat Jati.
Baca SelengkapnyaLuhut tak banyak berbicara soal isu bahwa impor 3 KRL China ini merupakan jebakan utang dari pengadaan Kereta Cepat Whoosh.
Baca Selengkapnya