Sejumlah Wilayah di Sleman Ini Masuk Zona Merah Gempa Bumi, Begini Potensi Ancaman di Baliknya
Sesar Opak membujur dari selatan ke utara melewati sejumlah daerah di DIY. Kawasan yang berada di dekat sesar ini masuk zona merah gempa bumi
Badan Penanggulangan bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengimbau masyarakat yang bermukim di kawasan jalur Sesar Opak memeriksa kembali kekuatan konstruksi bangunan terkait terjadinya gempa bumi Megathrust.
Kepala Pelaksana BPBD Sleman, Makwan, mengatakan bahwa beberapa wilayah Sleman berada di jalur Sesar Opak di antaranya Kecamatan Berbah, Prambanan, Kalasan, serta wilayah di sekitarnya.
-
Di mana ancaman Megathrust paling serius? 'Artinya kalau kita mempertemukan bahaya megathrust yang besar dengan penduduk yang paling padat maka risikonya menjadi lebih tinggi di Pulau Jawa ini,' terang Nuraini.
-
Dimana zona bahaya bencana di Sumut? Identifikasi dan penentuan zona-zona bahaya bencana seperti gempa bumi, banjir, atau letusan gunung berapi. Ini membantu dalam perencanaan perkotaan dan pengembangan yang meminimalkan risiko terhadap bencana.
-
Dimana negara rawan gempa berada? Statista mengumpulkan data antara tahun 1990 hingga 2022, untuk menilai bagian dunia mana yang paling rawan gempa.
-
Apa saja bencana yang mungkin terjadi? Adapun kejadian itu berdampak pada munculnya longsor, guguran bebatuan atau erosi tanah dalam skala menengah, lalu peningkatan volume air sungai dan timbulnya banjir.
-
Mengapa Megathrust berbahaya? Ia akan menjadi sebuah bencana jika muncul banyak korban jiwa. Menurutnya, risiko bencana itu bisa dikurangi apabila masyarakat sudah siap dengan mitigasi bencana.
-
Apa dampak Gempa Bantul? Gempa M 6,4 Bantul berdampak pada sejumlah kerusakan.
“Dalam pendataan yang kami lakukan, wilayah-wilayah itu mengalami kerusakan cukup parah pada gempa Bantul tahun 2006. Dalam pemetaan kami wilayah-wilayah itu masuk zona merah Amplifikasi,” kata Makwan dikutip dari ANTARA pada Selasa (10/9).
Berikut selengkapnya:
Periksa Konstruksi Bangunan
Makwan mengatakan bahwa masyarakat yang berada di zona merah itu harus memeriksa kembali konstruksi bangunan, baik itu rumah tinggal, perkantoran, fasilitas umum, serta sarana prasarana. Kalau dirasa ragu dengan kekuatan konstruksinya, ia mengimbau agar penguatan dilakukan dengan segera.
“Di samping itu untuk upaya mitigasi pastikan ada jalur evakuasi, titik kumpul, dan lainnya. Jika perlu disiapkan tas atau sejenisnya untuk menyimpan dokumen dan barang berharga serta logistik secukupnya untuk antisipasi jika terjadi pengungsian,” kata Makwan.
Makwan mengakui kapan terjadinya gempa tidak dapat diprediksi. Namun ia meminta agar masyarakat tidak panik berlebihan.
Masih Normal
Pada Agustus 2023 lalu, BMKG Yogyakarta mengatakan bahwa peningkatan intensitas kegempaan akibat aktivitas Sesar Opak masih dalam kategori normal. Kepala Stasiun Geofisika Kelas 1 Sleman, Setyo Aji Prayudi mengatakan, berdasarkan analisis rekaman gempa yang tertangkap sensor milik BMKG, intensitas kegempaan dari Sesar Opak cenderung mengalami peningkatan dalam lima tahun terakhir.
Gempa tersebut rata-rata berkekuatan kecil di bawah magnitudo 5,0 dan tidak bisa dirasakan manusia. Berdasarkan catatan BMKG Yogyakarta, pada tahun 2018 terjadi 136 gempa, pada tahun 2019 terjadi 144 gempa, tahun 2020 terjadi 160 kali gempa, tahun 2021 terjadi 282 kali gempa, dan tahun 2022 terjadi 902 kali gempa.
Tak hanya dari Sesar Opak, gempa itu juga bersumber dari subduksi Lempeng Indo-Australia dan Eurasia atau sekarang lebih dikenal dengan nama Zona Megathrust.
Sangat Aktif
Aji mengatakan, semakin meningkatnya intensitas gempa di Sesar Opak justru lebih baik karena mengurangi potensi gempa berkekuatan besar. Ia menjelaskan, secara teoretis saat gempa terjadi, ada energi yang dilepaskan. Hal ini lebih baik ketimbang energi-energi itu tersimpan dan terakumulasi sehingga saat dilepaskan menyebabkan gempa berkekuatan besar.
Sebelumnya pada tahun 2022, BMKG sempat menyisir jalur Sesar Opak dan mengambil lokasi di enam titik yaitu Kalidadap, Goa Cerme, Lenteng Satu, Kedungrejo, Kedung Tolok, dan Sungai Kaliurang. Survey itu dipimpin langsung oleh Ketua BMKG Dwikorita Karnawati. Ia mengatakan bahwa survey itu dilakukan untuk mengidentifikasi struktur geologi yang tampak dalam zona patahan itu.
“Hasil survei ini menjadi pijakan untuk mengenali lebih detil Sesar Opak dan mengantisipasi dampak dan kemungkinan yang timbul dari sesar ini mengingat sesar ini berkategori sangat aktif,” terang Dwikorita dikutip dari ANTARA.