Perjuangan Ibu-Ibu Desa di Sleman Rintis Usaha, Berawal dari Kepepet

Selasa, 24 Januari 2023 08:00 Reporter : Shani Rasyid
Perjuangan Ibu-Ibu Desa di Sleman Rintis Usaha, Berawal dari Kepepet Forkom UMKM Hargobinangun. ©Merdeka.com/Shani Rasyid

Merdeka.com - Sebuah keluarga dituntut untuk mandiri dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Terkadang suami yang berkewajiban mencari nafkah masih belum mampu mencukupi kebutuhan. Di saat itulah para istri yang sebelumnya menjadi ibu rumah tangga harus ikut berjuang untuk membantu perekonomian.

Dalam kesempatan ini, Merdeka.com mewawancarai beberapa ibu-ibu desa yang berjuang memenuhi kebutuhan keluarga dengan membuka usaha mandiri. Dalam satu wadah bernama FORKOM (Forum Komunikasi) Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, mereka saling membantu satu sama lain demi kemajuan usaha masing-masing. Di antara mereka ada yang usahanya sudah sangat maju, ada pula yang baru merintis.

Berikut kisah mereka:

2 dari 4 halaman

Berawal dari Kepepet hingga Peluang Go International

forkom umkm hargobinangun

Produk UMKM Desa Hargobinangun

©Merdeka.com/Shani Rasyid

Siti Fatimah (49), sudah empat tahun lebih menjalankan usaha makanan olahan dari daun kelor. Dalam waktu singkat, usahanya kini telah dikenal se-Kabupaten Sleman. Bahkan kini ia sedang sibuk mengurus revisi desain pengemasan agar produknya bisa dipasarkan di Amerika Serikat.

Awalnya tidak pernah terpikir untuk membuka usaha UMKM. Ia mengaku usaha yang ia jalani saat ini berawal dari kepepet.

Sebelumnya pada tahun 1998 ia bekerja di sebuah perusahaan maskapai penerbangan di Jakarta. Di perusahaan itulah ia bertemu jodoh dan akhirnya menikah. Namun tak lama kemudian krisis moneter melanda perekonomian Indonesia dan suaminya ikut jadi korban PHK perusahaan. Tak lama kemudian Fatimah juga keluar dari perusahaan itu dan ikut suami pulang ke kampung halaman di Sleman.

Memulai hidup baru di desa bukanlah hal mudah bagi keluarga kecil itu. Saat itu suaminya bekerja di pom bensin. Fatimah membantu menambah penghasilan dengan bekerja apapun yang bisa ia lakukan, di antaranya membuat makanan seperti peyek, nasi goreng, capcay, dan bakmi. Makanan itu ia bungkus lalu dititipkan di kantin sekolah-sekolah.

“Ya Allah, mati-matian benar. Gimana menciptakan sesuatu bisa jadi uang. Alhamdulillah bisa menyekolahkan anak sampai S2,” ungkap Fatimah.

Tak cukup sampai di situ, Fatimah juga belajar kemampuan baru yaitu latihan mengolah pupuk. Dalam pelatihan itu ia bahkan menjadi peserta perempuan satu-satunya.

Usaha pupuknya maju dan pengolahannya diserahkan ke suami. Saat itulah ia mencoba memulai usaha pengolahan daun kelor. Ilmu tentang manfaat kelor ia peroleh saat mengikuti pelatihan dari Dinas Pertanian.

Setelah pelatihan itu, Fatimah semakin tergila-gila dengan daun kelor. Setiap kali melihat pohon kelor di pinggir jalan, matanya seakan berubah jadi hijau seperti melihat uang. Ia pun berburu bibit pohon kelor ke berbagai tempat. Lahan sawah tanaman padi seluas 3.000 meter persegi milik suaminya ia ingin ganti semuanya dengan tanaman kelor.

“Izin ke suami butuh pendekatan. Nggak serta merta suami mengiyakan. Saya memberi jaminan ke suami hasilnya lebih baik dari tanaman padi,” ujarnya.

Tapi tantangannya adalah, saat itu belum banyak orang tahu tentang manfaat kelor. Alih-alih, masih banyak orang di kampungnya yang mengaitkan daun kelor dengan hal-hal mistis.

Tak heran saat Fatimah membabat habis padi-padi di lahan suaminya dengan tanaman kelor, banyak tetangga yang menganggapnya aneh.

“Banyak yang bilang, eman-eman banget sawah bagus-bagus ditanami kelor. Tapi saya nggak patah semangat karena saya sudah fokus untuk mengembangkan kelor. Karena saya sudah tahu manfaatnya,” kata Fatimah.

Di samping menggarap kebun kelornya, Fatimah mulai melakukan edukasi ke orang-orang tentang manfaat kelor. Ia mendatangi para pelaku usaha yang ingin mengembangkan kelor dan membantu menjual produknya. Selain itu ia juga menciptakan produk sendiri yaitu cao kelor.

Untuk mengenalkan produknya, Fatimah rajin mengikuti berbagai pameran dan kurasi. Pelan-pelan produknya makin dikenal luas. Apalagi masyarakat mulai mengenal kelor kaya khasiat. Setiap ada kurasi produk untuk pameran, produknya selalu lolos. Kini, ia tengah memperjuangkan produknya untuk Go International.

“Saat ini saya juga concern untuk membangkitkan UMKM di Desa Hargobinangun ini. Waktu orang-orang melihat saya berproses pertama kali, banyak yang memandang sebelah mata. Tapi usaha ini nyatanya bisa menghasilkan. Saya itu kalau ingin mencapai sesuatu, mboh piye carane harus sampai. Semangat inilah yang coba saya tularkan ke teman-teman di FORKOM UMKM ini,” ujar Fatimah.

3 dari 4 halaman

Resep Menolak Tua

forkom umkm hargobinangun

Sri Suharti, tetap semangat jualan jamu walau sudah kepala tujuh

©Merdeka.com/Shani Rasyid

Sri Suharti (77) merupakan anggota tertua di FORKOM UMKM Hargobinangun. Walau begitu saat Merdeka.com menemuinya pada Minggu (15/1) lalu, raut letih tak terlihat dari wajahnya. Ia terlihat bersemangat menjajakan jamu ramuannya yang dikemas dalam sebuah botol.

Dalam kesehariannya, Suharti tinggal sendiri di rumah. Keempat anaknya tak ada satupun tinggal bersamanya, hanya beberapa anak yang suka berkunjung ke rumah saat akhir pekan. Untuk mengusir sepi, sehari-hari ia sebisa mungkin melakukan berbagai aktivitas mulai dari bercocok tanam, merajut kain, memelihara ayam, dan meracik jamu.

Sebelum pensiun, Suharti adalah seorang guru. Dia menekuni profesi tersebut sejak tahun 1968. Puluhan tahun jadi guru, ia pernah bertugas di luar kota seperti Pemalang dan Grobogan, hingga akhirnya ia kembali mengajar di Hargobinangun menjelang masa pensiunnya.

Setelah pensiun, Suharti mencoba untuk berbisnis. Ide untuk berbisnis dimulai saat ia mengikuti pelatihan ibu-ibu Pembina Kesejahteraan Keluarga (PKK) pada tahun 2018. Saat itu tercetus ide untuk meracik jamu. Ia mengaku sudah akrab dengan jamu sejak kecil.

“Ibu saya dulu minum jamu. Saya suka dipaksa walau rasanya pahit. Saya nggak pernah minum obat-obatan (dari apotek). Kalau sakit saya minum jamu. Saya tanam bibit tanaman jamu di rumah. Kalau sakit tinggal ambil lalu diminum,” ujarnya.

Belajar dari pengalamannya merasakan khasiat jamu, Suharti mencoba membagikan resep sehatnya ke orang-orang. Hal ini pula yang melatarbelakanginya bergabung dengan FORKOM. Selama di sana, ia mengaku mendapat teman baru dan juga pengalaman baru. Selain itu, ia tak berharap banyak. Sepanjang kondisinya masih sehat dan bisa beraktivitas, ia sudah merasa senang. Ia pun berharap usahanya bisa diteruskan oleh anaknya kelak.

“Usaha ini sebenarnya hanya untuk hiburan. Tapi saya sudah bilang sama anak, ibu ngurus macam-macam kalau besok ibu ora ono kamu yang lanjutkan. Saya sudah kepala tujuh, tinggal nunggu giliran,” tuturnya.

4 dari 4 halaman

Pentingnya Membangun Relasi

forkom umkm hargobinangun

Menuk Sayekti, Ketua FORKOM UMKM Hargobinangun

©Merdeka.com/Shani Rasyid

Sebanyak 90 persen anggota FORKOM UMKM Hargobinangun adalah perempuan dengan mayoritas usianya di atas 40 tahun. Para anggotanya terdiri dari 155 orang perwakilan UMKM dengan berbagai jenis produk seperti kuliner, batik, dan juga kerajinan tangan. Rata-rata dari mereka mulai merintis usaha dilatar belakangi karena semakin banyaknya kebutuhan keluarga. Namun dalam mendirikan UMKM tak hanya asal mendirikan. Perlu ada rambu-rambu yang harus mereka patuhi agar usaha mereka dianggap legal.

Ketua FORKOM UMKM Hargobinangun, Menuk Sayekti (58), mengatakan bahwa forum komunikasi UMKM tingkat desa yang ia pimpin sebenarnya baru terbentuk pada November 2021. Terbentuknya forum itu tak lepas dari Peraturan Bupati Sleman Nomor 26 Tahun 2020 tentang Pembentukan FORKOM UMKM. Dalam peraturan itu dijelaskan bahwa susunan FORKOM UMKM terendah berada di tingkah kelurahan, baru kemudian kecamatan dan kemudian kabupaten.

Karena peraturan inilah Menuk mengajak beberapa temannya sesama pelaku UMKM untuk membentuk FORKOM. Dengan adanya FORKOM, ia berharap bisa lebih mudah mendapat fasilitas dari pemerintah seperti pelatihan, bantuan dana, dan bantuan lainnya.

Sejak dibentuk pada November 2021, Menuk dan kawan-kawan di FORKOM UMKM Hargobinangun rutin mengadakan pertemuan dua bulan sekali. Pertemuan itu diisi dengan arisan, pelatihan, dan juga ada kelas motivasi. Berbagai narasumber didatangkan untuk mengisi acara tersebut. Dana untuk membiayai pertemuan itu diambil dari iuran rutin anggota. Beberapa kali mereka mendapat bantuan dari pemerintah kalurahan dalam hal konsumsi.

Selama setahun lebih jadi ketua, Menuk memiliki tantangan besar dalam menyatukan visi dan misi para anggotanya. Terlebih tiap anggota punya tujuan berbeda dalam menjalankan usaha mereka.

“Kami masih dalam tahap memotivasi teman-teman untuk memberi pemahaman bahwa legalitas itu sangat penting dalam mengembangkan usaha masing-masing. Ini masih banyak teman-teman yang belum penuh kesadarannya. Mereka hanya berpikir yang penting saya buat, dijual, laris, sudah,” kata Menuk.

Ia mengatakan, ada banyak hal yang harus diperhatikan pelaku UMKM dalam mengembangkan produk. Setiap dari mereka dituntut untuk kreatif berinovasi baik dalam hal produk maupun desain kemasannya, serta perlu pula memperhatikan legalitas usaha.

“Kalau mau masuk ke toko modern itu kan harus melalui kurasi. Kalau mau lolos kurasi yang paling diperhatikan adalah legalitasnya. Apalagi nanti katanya ada peraturan kalau tahun 2024 produk yang tidak bersertifikasi halal tidak boleh beredar,” ujar perempuan yang bergerak di bidang usaha batik dan kuliner jadah tempe itu.

Dalam perjalanannya menjadi ketua FORKOM UMKM Hargobinangun, Menuk beberapa harus menghadapi berbagai tantangan. Apalagi setiap anggota punya keperluan masing-masing dalam menjalankan usaha.

“Kami itu berjualan bareng-bareng, tapi ada anggota yang jualannya laris luar biasa dan ada juga yang jualannya nggak laku. Kita sebagai pengurus harus bisa menjadi penengah, memberi pemahaman kalau rejeki itu sudah ada yang mengatur. Ini juga bisa jadi evaluasi bersama, kenapa kok si A laris si B nggak. Menjadi bahan teman-teman untuk selalu berpikir positif,” jelasnya.

[shr]
Komentar Pembaca

Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami

Be Smart, Read More

Indeks Berita Hari Ini

Opini