Pakar UGM Bicara tentang Dahsyatnya Banjir Bandang NTT, Ternyata Ini Penyebabnya
Merdeka.com - Banjir Bandang yang menerjang beberapa daerah di Nusa Tenggara Timur (NTT) telah memakan ratusan korban jiwa. Banjir itupun menjadi bencana alam paling besar dalam 10 tahun terakhir di provinsi tersebut.
Pakar kebencanaan Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Suratman mengatakan bahwa banjir NTT disebabkan oleh curah hujan akibat anomali iklim siklon tropis seroja. Namun di samping itu, banjir tersebut juga disebabkan oleh ketahanan bentang alam, kondisi hutan, dan lereng di sekitar aliran sungai.
Menurutnya, apabila daya dukung hutan dan lereng dalam menyerap hujan semakin minim maka ketangguhan sungai dalam menahan jumlah curah hujan yang tinggi di hulu sungai akan menurun. Berikut selengkapnya:
Peringatan untuk Bangsa
©2021 Merdeka.com
Suratman menjelaskan, karena terdiri dari pulau-pulau kecil, jarak sungai dari hulu sampai hilir cukup pendek yakni hanya empat kilometer. Tak hanya itu, dari data yang diperoleh terjadi pengurangan hutan di daerah tersebut.
Menurut Suratman, banjir bandang yang terjadi di Lembata, Alor, dan Flores Timur menandakan bahwa ketahanan bentang alam dan Daerah Aliran Sungai (DAS) di pulau kecil terdegradasi akibat deforestasi dan alih fungsi lahan. Karena hal tersebut, ia meminta pemerintah untuk memperhatikan pengelolaan kondisi dan daya dukung DAS terhadap program pembangunan sebaran pemukiman.
“Ini peringatan untuk bangsa kita. Jadi, banjir tidak hanya terjadi pada DAS besar, namun juga DAS kecil di pulau kecil, apalagi anomali iklim seperti sekarang ini bisa mengerikan,” jelas Suratman dikutip dari Liputan6.com pada Sabtu (10/4).
Solusi Jangka Panjang
Menurut Suratman, kejadian banjir bandang pada umumnya sangat mendadak. Selain itu, lintasan sungai yang pendek membuat waktu evakuasi menjadi sangat singkat meski sudah ada peringatan dini. Apalagi, peristiwa itu terjadi malam hari.
Oleh karena itu, sebagai langkah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengantisipasi banjir bandang dan luapan air di sekitar sungai, ia mengusulkan perlu diadakan edukasi, salah satunya melalui pembentukan srikandi sungai atau sekolah sungai.
Iapun berharap ada dukungan dari pemerintah pusat agar program pembentukan relawan sungai bisa tersebar di seluruh daerah.
Tugas Srikandi Sungai
Suratman menjelaskan, selama ini program srikandi sungai hanya difokuskan pada Daerah Aliran Sungai(DAS) yang panjang di pulau-pulau besar. Dengan bencana banjir bandang di pulau-pulau kecil di wilayah NTT, srikandi sungai bisa diterapkan dan bisa menggandeng universitas lokal untuk bekerja sama.
“Lewat srikandi sungai dan sekolah sungai kita akan membentuk relawan rakyat untuk pencegahan bencana banjir melalui kegiatan edukasi dan penyadaran, aksi konservasi, serta kegiatan ekonomi kreatif di sekitar sungai,” kata Suratman dikutip dari Liputan6.com.
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Banjir di Kudus karena hujan lebat yang mengguyur sejak Sabtu (10/3) lalu.
Baca SelengkapnyaSebelumnya sejumlah perjalanan kereta api mengalamai keterlambatan dan pengalihan akibat banjir tersebut.
Baca SelengkapnyaBanjir disebabkan hujan deras yang mengguyur Bandung pada Kamis (11/1) lalu.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Sebanyak 57 RT yang juga sempat teredam banjir kini air sudah surut dan mereka mulai membersihkan rumah.
Baca SelengkapnyaBanjir lahar dingin Gunung Semeru menerjang Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Kamis (18/4) malam.
Baca SelengkapnyaBanjir besar menerjang kawasan Braga, Kecamatan Sumurbandung, Bandung
Baca SelengkapnyaJokowi menuturkan penebangan pohon di hulu sungai membuat bencana banjir terjadi.
Baca SelengkapnyaKepala Pusat Meteorologi Publik Andri Ramdhani mengatakan dalam sepekan ke depan cuaca ekstrem tersebut dapat terjadi di sebagian besar Sumatera.
Baca SelengkapnyaAkibat banjir, masyarakat beraktivitas menggunakan paruh karena akses jalan tidak bisa dilalui.
Baca Selengkapnya