
Ditarik dengan Tenaga Kuda, Ini Sejarah Jalur Kereta Api Solo-Boyolali
Kini peninggalan jalur kereta api bersejarah itu hampir hilang tanpa jejak
Kini peninggalan jalur kereta api bersejarah itu hampir hilang tanpa jejak
Pada tahun 1892, perusahaan Solosche Tramweg Maatschappij (SoTM) mulai membangun jalur trem dari Stasiun Jebres ke arah barat menuju Stasiun Purwosari dan berakhir di Stasiun Boyolali.
Operasional kereta yang melintas di jalur tersebut menggunakan satu gerbong trem yang ditarik empat kereta kuda.
Trem itu berkapasitas 20 penumpang. Setiap empat kilometer, kuda penariknya harus diganti mengingat beban yang ditarik cukup berat.
Pada masa itu, pelanggan trem SoTM didominasi oleh kaum-kaum priyayi maupun juragan perkebunan di Boyolali. Namun memasuki tahun 1905, SoTM mengalami keterpurukan. Banyak kuda-kuda penarik trem yang mati.
Hal inilah yang membuat perusahaan itu bekerja sama dengan NIS untuk melakukan modernisasi berupa pengadaan lokomotif uap.
Modernisasi itu selesai pada 1 Mei 1908.
Namun hal ini membuat SoTM semakin terpuruk sehingga pada 1 Januari 1911 SoTM resmi diakuisisi oleh NIS.
Di tangan perusahaan NIS, jalur tersebut mengalami revitalisasi dan pembaharuan. Untuk angkutan penumpang, NIS meluncurkan layanan trem uap yang ditarik lokomotif.
Tujuan NIS mengakuisisi jalur kereta api Solo-Boyolali adalah karena daerah tersebut dianggap penting oleh Belanda. Selain daerah yang subur, Boyolali juga memiliki beberapa sumber air bersih dan beberapa pabrik gula.
Jalur itu kemudian digunakan untuk meningkatkan pelayanan angkutan dari Pabrik Gula Colomadu, Pabrik Gula Gembongan, Pabrik Gula Cokrotulung, dan Pabrik Gula Bangak. Di sisi lain jalur ini juga digunakan untuk layanan kereta api penumpang.
Selain diperpanjang, jalur kereta api ini juga mengalami perubahan rute.
Pada awalnya rute yang dilewati jalur kereta api hanya berhenti sampai Benteng Vastenberg.
Setelah trem kereta api uap mulai digunakan, jalur tersebut kemudian dilanjutkan menuju Stasiun Jebres dengan melintasi Pasar Gede.
Perubahan rute ini dibuat agar penumpang yang ingin melanjutkan perjalanan dari Kota Solo menuju Wonogiri maupun Boyolali dapat langsung berpindah menggunakan kereta api NIS.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Pemerintah Indonesia kembali memasang rel jalur kereta api Solo-Boyolali. Pada tanggal 17 Juni 1946 jalur kereta api Solo-Boyolali kembali dibuka.
Pada tanggal 1 Agustus 1973, Perusahaan Jawatan Kereta Api menutup jalur tersebut sebagai jalur kereta api umum. Layanan lori tebu diteruskan hingga tahun 1980-an, yang kali itu terjadi pemutusan kontrak pengangkutan dari Pabrik Gula Colomadu.
Dilansir dari kanal YouTube KRONIK RONS, meskipun masih tersisa sedikit jalur kereta api namun secara keseluruhan jalur tersebut sudah tidak berbekas karena selama bertahun-tahun tertumpuk trotoar.
Saat ini bekas bangunan Stasiun Kartasura masih berdiri tegak. Namun sudah beralih jadi warung sate milik Pak Bagong.
Sementara itu bangunan Stasiun Boyolali sudah hilang tak bersisa. Perkiraan lokasi Stasiun Boyolali terletak setelah Kantor Kelurahan Siswodipuran hingga depan Panti Marhaen. Di sana terdapat penanda aset tanah milik PT KAI tepat di depan bangunan tersebut.
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hilangnya Desa Legetang menjadi cerita rakyat yang menarik untuk disimak.
Baca SelengkapnyaTerkenal dengan perjalanan yang cepat sampai tujuan, kisah di balik berdirinya PO Medan Jaya ini tak lepas dari sosok Kim Tarigan.
Baca SelengkapnyaGantikan Laksamana Yudo Margono sebagai Panglima TNI, Jenderal Agus Subiyanto tercatat sebagai Kasad terpendek sepanjang sejarah.
Baca Selengkapnyapenjelasan ilmiah kenapa kereta api tidak bisa berhenti mendadak.
Baca SelengkapnyaKebun teh ini telah berganti kepemilikan berkali-kali seiring zaman.
Baca SelengkapnyaJika terjadi kecelakaan pada pelintasan, hal itu bukan kecelakaan perkeretaapian, melainkan kecelakaan lalu lintas jalan.
Baca SelengkapnyaKetua RT setempat, Iyung (65) mengatakan korban sudah tinggal bersama pacarnya selama kurang lebih empat bulan lamanya.
Baca Selengkapnya