Lima Penyumbang Gas Rumah Kaca Penyebab Pemanasan Global di DKI, Transportasi Teratas
Merdeka.com - Pakar Energi, Retno Gumilang Dewi mengatakan, emisi gas rumah kaca (GRK) belum menurun secara signifikan meski kendaraan-kendaraan listrik di DKI Jakarta mulai banyak digunakan. Menurut Retno, hal ini disebabkan oleh pasokan listrik yang masih mengandalkan biofuel atau bahan bakar dari biomassa.
"Mitigasi sampai 2030, masih implementasi biofuel yang paling besar di mana mobil listrik belum bisa mengurangi secara signifikan emisi GRK di DKI," kata Retno pada acara Publik Ekspose Inventarisasi Profil Emisi dan Pelaporan Penurunan Emisi GRK tahun 2022 di Balai Kota DKI Jakarta, Jakarta Pusat, Rabu (2/11).
Menurut Retno, emisi GRK bisa menurun signifikan jika energi baru terbarukan dimanfaatkan dengan baik.
"Kalau sumber listriknya dari PLN sampai 2030, emisi GRK itu masih maksimal. Jadi sampai 2035 mungkin akan turun menuju nol (zero emission) itu pada tahun 2060," ucap Kepala Pusat Kebijakan Keenergian ITB itu.
Sebelumnya, Retno juga mengungkapkan, terdapat lima sektor penyumbang gas rumah kaca di DKI Jakarta.
"Ada lima kontributor utama penghasil emisi GRK di DKI Jakarta, pertama transportasi sebesar 46 persen, kemudian sektor pembangkit listrik 31 persen, industri manufaktur 8 persen, emisi residensial atau limbah rumah tangga 6 persen, dan limbah padat TPA (tempat pemrosesan akhir)," kata Retno.
Mengatasi hal ini, pemerintah provinsi (Pemprov) DKI Jakarta bekerja sama dengan ITB melaksanakan inventarisasi emisi GRK.
"Profil emisi GRK diharapkan dapat dijadikan acuan dalam menentukan langkah serta peran Pemprov DKI Jakarta terhadap kegiatan pencegahan perubahan iklim di tingkat nasional," kata Kepala Bidang Tata Lingkungan dan Kebersihan Dinas LH DKI Jakarta Erni Pelita.
Lebih lanjut, Erni mengatakan bahwa hal tersebut sesuai dengan Perpres Nomor 98 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Nilai Karbon untuk Pencapaian Target Kontribusi yang Ditetapkan secara Nasional dan Pengendalian Emisi Gas Rumah Kaca dalam Pembangunan Nasional.
"Kota Jakarta ini ditargetkan menjadi kota berketahanan iklim pada 2030 mendatang," kata Erni.
Untuk menjadi daerah berketahanan iklim, Pemprov DKI memiliki target untuk menurunkan emisi GRK sebesar 50 persen pada 2030 dan mencapai zero emission pada 2050.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pertama, ada faktor dari sisi hulu di mana rencana-rencana produksi mengalami kendala operasional.
Baca SelengkapnyaPGN memperketat pengamanan dan meningkatkan kewaspadaan untuk mencegah insiden keamanan yang dapat mengganggu ataupun merugikan lingkungan.
Baca SelengkapnyaIndonesia butuh dana antara Rp69-75 triliun untuk membeli sejumlah komoditas energi.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
PGN terbuka dan mendorong bagi semua sektor usaha untuk menggunakan gas bumi agar manfaatnya dapat dirasakan secara nyata bersama.
Baca SelengkapnyaPHE hingga Juni 2023 mencatatkan produksi minyak sebesar 570 ribu barel per hari (MBOPD) dan produksi gas 2757 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).
Baca SelengkapnyaAkibat kebakaran itu, dapur rumah korban hangus. Jasad korban ditemukan tergeletak di meja dapur
Baca SelengkapnyaSumber-sumber energi terbarukan membutuhkan pendanaan besar.
Baca SelengkapnyaPertamina menjamin ketersediaan stok LPG di pangkalan-pangkalan resmi.
Baca SelengkapnyaPolisi masih menyelidiki kasus dugaan kebocoran gas amonia dari pabrik es tersebut.
Baca Selengkapnya