Mengenal Jatnika Nanggamkharja, "Bapak Bambu Indonesia" yang Punya Cita-Cita Mulia
Merdeka.com - Bambu memiliki nama latin Bambuseae. Dilansir dari situs forestfact.com, bambu merupakan jenis tanaman rerumputan yang memiliki ruas dan berbatang rongga. Tumbuhan ini tumbuh subur di kawasan pedesaan dan tersebar luas di Indonesia. Bambu banyak dimanfaatkan oleh masyarakat di perkampungan sebagai alat untuk mempermudah sistem pengairan di irigasi setempat (penyalur air).
Di kawasan Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat lahir seorang pejuang bambu bernama Jatnika Naggamiharga. Usianya sudah 50 tahun, dan selama itu ia berkecimpung bersama tanaman yang tinggi menjulang.
Abah Jatnika membuka jalan untuk memperbaiki lingkungan melalui bambu. Ia juga berupaya memanfaatkan bambu agar bisa berguna bagi orang lain melalui edukasi di rumah yayasan bambu miliknya yang berada di Cibinong Bogor.
Aktif Menanam Bambu Keliling Indonesia
sahabatbambu.com ©2020 Merdeka.com
Dilansir dari greeners.co, sosok Bapak Bambu Indonesia ini juga kerap berkeliling Indonesia untuk melakukan penanaman bambu. Tak sendiri, Abah Jatnika dibantu kementerian setempat dan beberapa komunitas lingkungan di masyarakat, wilayah tersebut antara lain, Jabodetabek, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Bali, NTB, Jatim, Jateng, dan Jabar.
“Saya mengenal bambu ini sudah 50 tahun lebih. Masa kecil saya di daerah Sukabumi sudah belajar membuat perkakas dari bambu, seperti bilik, bedek, alat rumah tangga, permainan seperti enggrang, dan layang-layang. Menurut saya, orang yang lahir sampai meninggal masih membutuhkan bambu di hidupnya karena bambu bagian dari kehidupan,” kata Abah.
Mendirikan Yayasan Bambu
Instagram Rumah Bambu Abah Jatnika ©2020 Merdeka.com
Menurut pria yang juga dikenal sebagai Abah Jatnika itu, keinginan besarnya untuk terus melakukan kegiatan advokasi terkait konservasi. Kegiatan itu dilakukan dengan melestarikan bambu dilakukan dengan mendirikan Yayasan Bambu di kediamannya di kawasan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Abah mengungkapkan, ingin berbagi informasi kepada masyarakat terkait kemanfaatan bambu bagi sistem ekologi. Bambu, ternyata cocok untuk memperbaiki lingkungan yang rusak. Yayasan Bambu miliknya juga kerap dijadikan pusat penelitian mahasiswa dan kalangan akademisi.
Melakukan Pemberdayaan
Instagram Rumah Bambu Abah Jatnika ©2020 Merdeka.com
Pada tahun 1990an Abah berinovasi dengan mengembangkan sistem konstruksi untuk rumah dengan memadukan gaya klasik (tradisional Sunda) dengan modern minimalis khas bangunan di perkotaan.
Dari situ Abah mulai mengerjakan banyak pesanan rumah bambu, bahkan hingga 7000an. Hebatnya lagi, pesanan Abah sampai diekspor dan memberdayakan hampir 1220 pengrajin.
“Untuk menurunkan kecintaan bambu supaya tidak punah, saya dengan rumah bambu memiliki pengrajin di mana mereka ada yang belajar dari awal sekali untuk menganyam bambu, menanam bibit dan akhirnya menjadi sumber penghasilan untuk mereka,” papar Abah.
Menjadi Tempat Berkonsultasi Seputar Bambu
Instagram Rumah Bambu Abah Jatnika ©2020 Merdeka.com
Dalam berita yang diterbitkan situs mongabay Indonesia, Abah Jatnika mengungkapkan jika selama ini banyak dari kalangan praktisi dan akademisi arsitektural yang berkonsultasi. Mereka tetap berkonsultasi terkait pola pondasi yang ia rancang, padahal ia Abah tidak pernah mengenyam pendidikan arsitektur.
“Saya tidak belajar arsitektur tapi hampir 20 arsitek belajar arsitektur bambu ke saya. Arsitektur bambu berbeda dengan arsitektur umumnya. Mulai dari mengenali jenis bambu, memilih dan membangun pondasi kalau tak paham, malah tak bisa digunakan nanti rumahnya,” katanya.
Membawa Misi Perbaikan Lingkungan
Selain itu, Abah Jatnika juga ikut membawa misi perbaikan ekologi melalui yayasan bambu yang ia dirikan. Menurutnya, satu rumpun bambu (300an batang) bisa membantu hingga 600 orang untuk bernafas.
Bambu juga mampu meredam panas matahari yang berlebihan dan mampu menyimpan cadangan air. Kelebihan ini mampu meminimalisir bencana alam, seperti banjir dan tanah longsor di kawasan yang banyak memiliki pohon bambu.
“Bambu juga tempat menyimpan air yang baik. Begitu hujan turun airnya bisa disimpan di batang bambu sebanyak 90% dan begitu musim kemarau bambu tersebut bisa mengeluarkan air, salah satunya sebagai oksigen. Serabut bambu juga berguna untuk menjernihkan air karena akarnya bisa menjalar hingga 50 meter,” terangnya.
(mdk/nrd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Keberhasilan Bulog menyalurkan Bantuan Pangan Beras pada tahun 2023 kembali dilanjutkan dengan penyaluran program yang sama untuk tahun 2024.
Baca SelengkapnyaUsai purna tugasnya di tubuh militer tanah air, Mbah Wo memilih tak berdiam diri.
Baca SelengkapnyaKejaksaan Negeri Jakarta Timur pun menerima pelimpahan tersangka dan barang bukti dari Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, kembali melaksanakan program Bupati Ngantor di Desa (Bunga Desa).
Baca SelengkapnyaAyu, salah seorang penerima bantuan, mengaku bersyukur atas bantuan pangan yang diberikan pemerintah.
Baca SelengkapnyaMembaca kata-kata Jawa singkat memiliki keunikan tersendiri dan dapat memberikan nilai tambah dalam pemahaman budaya serta kebijaksanaan lokal.
Baca SelengkapnyaBagja juga menyinggung saat Presiden Jokowi bertemu Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang juga capres nomor urut 02.
Baca SelengkapnyaNegara diminta mengakomodasikan peningkatan sumber daya manusia bagi anak-anak Suku Dayak.
Baca SelengkapnyaKasus dugaan gratifikasi tersebut bakal berlanjut di meja hijau setelah tim jaksa KPK menilai unsur pidana telah lengkap.
Baca Selengkapnya