Sosok KH Zainal Mustafa, Pemimpin Pergerakan Lawan Penjajah di Jawa Barat
Dalam setiap ceramah dan khotbahnya, ia selalu menentang kebijakan politik Belanda.
pahlawan nasional indonesia![Sosok KH Zainal Mustafa, Pemimpin Pergerakan Lawan Penjajah di Jawa Barat](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/1200x630/bg/newsCover/2024/2/21/1708509453888-2im0n.jpeg)
Dalam setiap ceramah dan khotbahnya, ia selalu menentang kebijakan politik Belanda.
![Sosok KH Zainal Mustafa, Pemimpin Pergerakan Lawan Penjajah di Jawa Barat<br>](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2024/2/21/1708509302760-qup6s.jpeg)
Sosok KH Zainal Mustafa, Pemimpin Pergerakan Lawan Penjajah di Jawa Barat
Selama masa penjajahan, seluruh lapisan masyarakat pribumi berupaya melawan dan memperjuangkan tanah airnya. Tak terkecuali dari kalangan pemuka agama Islam. Salah satu ulama besar yang ikut langsung melawan penjajah adalah KH Zainal Mustafa. Ia merupakan pahlawan nasional Indonesia yang memimpin sebuah pesantren di Tasikmalaya dan pejuang Islam pertama dari Jawa Barat. KH Zainal Mustafa melakukan pemberontakan terhadap Pemerintahan Jepang bersama dengan para santri-santrinya yang berada di Jawa Barat. Selain menentang pemerintah kolonial, ia juga mendeklarasikan semangat kebangsaan melalui ceramah dan khotbahnya.
Lantas, seperti apa sosok dari KH Zainal Mustafa? Simak rangkuman informasinya yang dirangkum merdeka.com dari beberapa sumber berikut ini.
Masa Kecil
Dirangkum dari beberapa sumber, KH Zainal Mustafa lahir di Bageur, Cimerah, Singaparna, Tasikmalaya pada tahun 1899. Ia dilahirkan dari pasangan Nawapi dan Ny. Ratmah yang bekerja sebagai petani.
Ia memiliki nama kecil Hudaemi. Namanya berubah menjadi KH Zainal Mustafa setelah menunaikan ibadah Haji pada tahun 1927.
Jenjang Pendidikan
KH Zainal Mustafa mengenyam pendidikan formal di Sekolah Rakyat. Sementara itu, pelajaran yang berkaitan dengan agama Islam ia dapatkan dari guru agama di kampungnya.
Kemudian, ia melanjutkan ilmu agama lebih banyak lagi di Pesantren Gunung Pari di bawah bimbingan Dimyati, atau kakak sepupunya, yang dikenal dengan nama KH Zainal Muhsin.
- Pj Kepala Daerah Dicopot karena Tak Netral Jelang Pemilu, BKN Beri Penjelasan Begini
- Sosok Dahlan Djambek, Letnan Kolonel yang Menjadi Mendagri Era Kabinet PRRI
- Mantan Sekjen Blak-blakan Suara PKB Naik tetapi AMIN Kalah, Sebut Ada Sejumlah Faktor
- Mengenal Sosok KH Saifudidn Zuhri, Pemimpin Laskar Hisbullah yang Menjadi Menteri Agama Era Presiden Soekarno
- Indonesia-Malaysia Sepakat Bentuk Joint Task Force Percepat Integrasi Sistem
- Dijadikan Tersangka Korupsi Dana Insentif ASN Sidoarjo, Gus Muhdlor Ajukan Praperadilan
Setelah mendapatkan pendidikan pesantren untuk pertama kalinya, KH Zainal Mustafa melanjutkan mondok di Pesantren Cilenga, Leuwisari, dan di Pesantren Sukamiskin, Bandung.
Ia sudah mempelajari dan memperdalam ilmu agama Islam selama 17 tahun. Tak heran jika dirinya fasih berbahasa Arab dan pengetahuan agama yang luas.
Melawan Pemerintah Kolonial
Dengan bekal pengetahuan agama yang mumpuni, pada tahun 1940 ia secara terang-terangan mengadakan kegiatan membangkitkan semangat kebangsaan dan sikap melawan terhadap pemerintah kolonial.
Dalam setiap ceramah dan khotbahnya, ia selalu menentang kebijakan politik Belanda. Hal ini membuat dirinya mendapatkan peringatan hingga diturunkan paksa dari mimbar oleh kiai yang pro Belanda.
Tepat pada Perang Dunia II, KH Zainal Mustafa bersama KH Ruhiat, Haji Syirod, dan Hambali Syafei ditangkap Belanda dengan tuduhan menghasut rakyat untuk memberontak terhadap pemerintahan Belanda.
Meski sudah tertangkap, perjuangannya masih terus menyala. Sampai pada akhirnya ia bersama Kiai Rukhiyat ditangkap lagi oleh Belanda atas tuduhan yang serupa.
Menolak Membantu Jepang
Ketika zaman penjajahan Jepang, KH Zae=inal Mustafa dibebaskan dari penjara dan diminta untuk membantu Jepang dalam mewujudkan ambisi fasisnya di Tanah Air. Ia menolak keras permintaan untuk membantu mereka.
Ketika berada di pesantren, ia berpidato untuk memperingatkan para santrinya dan pengikutnya untuk tetap percaya pada diri sendiri dan tidak mudah termakan dengan propaganda asing.
Dengan semangat juang yang tinggi, ia merencanakan akan melawan Jepang dengan menculik para tokoh pembesarnya dan melakukan sabotase. Selain itu, para santrinya dipersiapkan untuk senjata berupa bambu runcing dan golok serta berlatih pencak silat.
Ia wafat di Jakarta pada 28 Oktober 1944 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Tasikalaya.
Pada 6 November 1972, KH Zainal Mustafa diangkat sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 064/TK/Tahun 1972.