Berjasa Majukan Lembaga Sandi Negara, Mayjen TNI Asal Ciamis Ini Punya Motto Hidup Berani Tidak Dikenal
Ia punya jam terbang tinggi sebagai dokter sekaligus ahli sandi negara sejak sebelum kemerdekaan Indonesia
Ia punya jam terbang tinggi sebagai dokter sekaligus ahli sandi negara sejak sebelum kemerdekaan Indonesia
Lahir dari keluarga ningrat membuat Mayjen TNI (Purn.) Roebiono Kertopati punya privilese. Apalagi pria kelahiran Ciamis, 11 Maret 1914 ini juga merupakan sosok yang cerdas sejak kecil. Kedua modal ini jadi bekal dirinya jadi tokoh besar di kemudian hari.
Roebiono tak kesulitan masuk sekolah Europseech Lagere School (ELS) pada 1921. Padahal tidak semua anak usia sekolah dapat dengan mudah masuk sekolah pada zaman kolonial. Setiap hari, Roebiono kecil naik kereta api dari Cicalengka, tempat kediaman orang tuanya, ke Bandung untuk bersekolah. Pada tahun 1927, ia menyelesaikan pendidikannya di ELS. Berbekal ijazah ELS, Roebiono mendaftar sekolah di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO).
Mengutip situs resmi BSSN RI, saat Roebiono masuk Meer Uitgebreid Lager Onderwijs, terjadi peristiwa bersejarah di Indonesia, yakni berlangsungnya Kongres Pemuda. Gagasannya meleburkan gedung sekolah Europseech Lagere School Bandung 1921-1928, organisasi Jong Java, Jong Sumatera, Jong Ambon, Jong Selebes, dan lainnya menjadi satu organisasi nasional yang tidak berdasarkan suku, daerah, atau agama tertentu. Kongres ini melahirkan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.
Sumpah Pemuda membakar jiwa nasionalisme Roebiono. Ia sadar, meskipun dididik di sekolah Belanda, dibiayai Pemerintah Hindia Belanda, semangat nasionalismenya terus membara.
Roebiono sangat menyukai bidang teknik, meski demikian ia akhirnya memilih sekolah kedokteran atas permintaan sang ayah. Roebiono bersama Ibnu Sutowo termasuk dalam daftar 64 nama yang diterima sebagai mahasiswa kedokteran Nederlandsch Indische Artsen School. Bahkan, keduanya mendapatkan beasiswa.
Setelah resmi jadi dokter, Roebiono pernah ditugaskan ke berbagai daerah. Mulai Surabaya, Nederlands Nieuw Guinea, Merauke, Kaimana, hingga wilayah selatan Papua Barat. Bahkan ditugasi hingga luar negeri seperti Australia.
Pengalaman bekerja menjadi dokter di GOW Indisch Arts di Surabaya, di Irian Barat, berlanjut berpindah tugas di Sidney, dengan tugas sebagai tenaga medis pada Allied Intelligence Bureau, membuat Roebiono bersentuhan dengan dunia intelijen. Ditopang kemampuan menguasai empat bahasa asing, membuatnya leluasa berkomunikasi menyerap banyak pengalaman termasuk di bidang operasi dan intelijen. Potensi ini kemudian diketahui oleh Menteri Pertahanan, Mr. Amir Syarifoeddin.
Pada 4 April 1946, Menteri Pertahanan menugaskan dr. Roebiono Kertopati mendirikan badan pemberitaan rahasia bagi kepentingan pemerintah, sekaligus merangkap sebagai pimpinannya. Saat itu, dr. Roebiono sudah bekerja sebagai dokter di Kementerian Pertahanan Bagian-B (intelijen). Keberhasilannya di bidang persandian dan memperbaiki jaring komunikasi masa revolusi, membuatnya diangkat menjadi “Bapak Persandian Nasional.” Mengutip Instagram @diskominfomagetan, kini, Roebiono tengah diusulkan menjadi Pahlawan Nasional.
Semasa hidup, Roebiono punya motto unik, yakni "berani tidak dikenal". Ia melakukan kegiatan persandian secara diam-diam, selalu menjaga rahasia, serta tidak mencari pujian dan popularitas,
IDI mengungkapkan tidak seimbangnya rasio dokter umum dan spesialis di Indonesia sangat berdampak terhadap kualitas kesehatan di setiap daerah.
Baca SelengkapnyaBudi menyebut kesehatan dan pendidikan berkualitas merupakan dua kunci penting agar Indonesia bisa menjadi negara maju pada 2030.
Baca SelengkapnyaDiungkap sang istri, dokter tersebut kedapatan tetap melayani kendati tengah berlibur.
Baca SelengkapnyaPesan Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) di hadapan ratusan prajuritnya
Baca SelengkapnyaMarsdya TNI Andyawan Martono P yang sebelumnya menjabat Pangkogabwilhan II akan menjadi Wakasau.
Baca SelengkapnyaTiga perwira TNI AD bergelar doktor dan cumlaude itu ialah Mayjen TNI Heri Wiranto, Kolonel Inf Dwi Tjahjo Harsono dan Letnan Kolonel Arh Syarief Syah Banjar.
Baca SelengkapnyaMayjen Totok Imam Santoso mengunggah foto dirinya saat menjadi ketua sidang disertasi di Universitas Pertahanan RI.
Baca SelengkapnyaKisah sedih para tahanan wanita asal Belanda usai tentara Jepang berhasil menguasai Nusantara.
Baca SelengkapnyaBerikut sosok Jenderal TNI yang menjabat sebagai Panglima sebanyak lima kali.
Baca Selengkapnya