Serang PKI Lewat Karikatur, Harmoko Dipuji: Perbuatan Berani

Kamis, 16 Maret 2023 07:05 Reporter : Merdeka
Serang PKI Lewat Karikatur, Harmoko Dipuji: Perbuatan Berani Karikatur buatan Harmoko. Harian Merdeka, Skripsi Mahasiswa UI©2023 Merdeka.com

Merdeka.com - Harmoko tidak saja pandai merangkai kata dalam setiap tulisannya. Dia juga memiliki bakat membuat karikatur. Bahkan dia berani menggoreskan pena untuk menghasilkan karikatur yang menyerang Partai Komunis Indonesia PKI.

Ceritanya pada tahun 1960-an, terjadi polarisasi dalam politik dalam negeri. Terpecah ke dalam dua kutub besar. Situasi ini juga memengaruhi arah media massa.

Sulit bagi media massa bersifat netral. Media massa seolah dipaksa memilih antara pendukung Partai Komunis Indonesia (PKI) atau anti-PKI. Saling serang antara media cetak dari kedua kutub besar menjadi sangat intens.

Saat rapat redaksi, pimpinan Harian Merdeka B.M Diah bertanya mengenai siapa yang bisa membuat karikatur. Tidak ada yang menjawab atau bereaksi. Bisa jadi karena bingung atau tidak memiliki kemampuan menggambar. Tiba-tiba Harmoko mengajukan diri.

"Beruntung, saya bisa mendayung di antara dua pulau: sebagai wartawan politik dan karikaturis politik. Saya diberi bakat lebih dari satu. Bukan hanya bisa menulis, juga melukis. Bakat yang mulai tampak sejak sekolah di Solo, lalu tersalurkan di Merdeka sebagai karikaturis," ungkap Harmoko dalam buku Autobiografi H. Harmoko: Bersama Rakyat ke Gerbang Reformasi.

2 dari 5 halaman

Alasan Harmoko Serang PKI

Harmoko akhirnya ditunjuk menjadi karikaturis. Dia juga merangkap sebagai wartawan. Harmoko memanfaatkan karikatur sebagai pisau tajam dalam melawan propaganda ideologi komunis.

"Saya dipercaya Pak Diah untuk membuat karikatur. Selain menyalurkan bakat melukis, karikatur juga bisa saya pakai sebagai 'pisau tajam' untuk melawan misi politik PKI," ungkap Harmoko.

Harmoko meyakini, karikatur adalah senjata ampuh melawan aksi propaganda ideologi PKI. Dalam peperangan media cetak, karikatur lebih menarik dibandingkan tulisan.

karikatur hanya mengandalkan gambar dan minim kata. Tetapi tetap komunikatif. Para pembaca dapat menumbuhkan imajinasi dalam melakukan interpretasi mengenai maksud dari karikatur yang dimuat dalam media cetak.

3 dari 5 halaman

Karikatur Serang PKI Dipuji

karikatur buatan harmoko
Harian Merdeka, Skripsi Mahasiswa UI©2023 Merdeka.com

Setelah dipercaya mengisi ruang karikatur di Harian Merdeka, Harmoko langsung ditugaskan merancang karikatur untuk menyerang ideologi PKI. Karikatur yang akan dimuat dalam edisi Rabu, 17 Juni 1964.

Karikatur pertama Harmoko menampilkan gambar seseorang memegang palu di tangan kanan dan arit di tangan kiri. Tubuhnya bertuliskan Aksi Sepihak. Selain itu juga terdapat tali kekang yang melilit tubuh bertuliskan rebelli.

Melalui karikatur ini, Harmoko ingin memperlihatkan bahwa Aksi Sepihak PKI merupakan kontra revolusi. Aksi yang didalangi tokoh besar di belakangnya. Karya pertamanya ini mendapatkan banyak pujian.

"Karikatur itu tepat mengenai sasaran. Sejumlah kalangan yang antipati terhadap PKI, melayangkan pujian terhadap karya pertama saya di Merdeka itu. Alasannya karena saat itu menyerang PKI merupakan perbuatan berani," kata Harmoko bangga.

4 dari 5 halaman

Gambar Anjing Peliharaan PKI

Karikatur itu muncul lantaran Harian Merdeka merasa pers di bawah naungan PKI yakni koran Harian Rakyat kian gencar. Kondisi ini yang menggugah Harian Merdeka tidak tinggal diam. Bendera dikibarkan dan genderang perang ditabuh. Kondisi yang membuat Harmoko semakin berani mendesain karikatur sebagai misi penyerang balik ideologi PKI.

Harmoko membuat karikatur dengan menggambarkan Harian Rakjat sebagai 'anjing' PKI yang menggonggong setiap saat. Anjing tersebut digambarkan dengan lidah menjulur keluar dengan ekor bertuliskan 'Keseleo'. Maksud keseleo di sini adalah penjaga 'Pojok' Bintang Timur.

Terdapat gramafon di sisi kanan anjing dengan teks bertuliskan His (PKI) Master Voice dengan maksud ingin menggambarkan bahwa Harian Rakjat adalah 'piaraan' PKI.

Dalam menggambar karikatur, Harmoko memanfaatkan wawasannya saat menjadi wartawan politik. Sehingga dengan mudah dia bisa menuangkan wawasannya tentang politik ke dalam bentuk karikatur.

5 dari 5 halaman

PWI Tengahi Merdeka dan Harian Rakyat

Perang pena dan karikatur antara Merdeka dengan Harian Rakjat berjalan sengit dan intens hingga Juli 1964. Harmoko terus memutar otak. Mencari ide untuk membuat karikatur sebagai serangan sekaligus balasan terhadap Harian Rakjat.

Melihat intensnya perang pena antara Merdeka dan Harian Rakjat, Kejaksaan Agung meminta PWI turun tangan meredakan ketegangan. Kedua media cetak yang bertindak menyambut baik imbuan tersebut, meski semangat secara tersirat tetap tidak mau berhenti.

"Saking gencarnya polemik kedua media, sampai-sampai Kejaksaan Agung RI mengimbau Merdeka dan Harian Rakjat agar menghentikannya."

Reporter Magang: Muhamad Fachri Rifki

[noe]
Komentar Pembaca

Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami

Be Smart, Read More

Indeks Berita Hari Ini

Opini