Merdeka.com - Harmoko tidak saja pandai merangkai kata dalam setiap tulisannya. Dia juga memiliki bakat membuat karikatur. Bahkan dia berani menggoreskan pena untuk menghasilkan karikatur yang menyerang Partai Komunis Indonesia PKI.
Ceritanya pada tahun 1960-an, terjadi polarisasi dalam politik dalam negeri. Terpecah ke dalam dua kutub besar. Situasi ini juga memengaruhi arah media massa.
Sulit bagi media massa bersifat netral. Media massa seolah dipaksa memilih antara pendukung Partai Komunis Indonesia (PKI) atau anti-PKI. Saling serang antara media cetak dari kedua kutub besar menjadi sangat intens.
Saat rapat redaksi, pimpinan Harian Merdeka B.M Diah bertanya mengenai siapa yang bisa membuat karikatur. Tidak ada yang menjawab atau bereaksi. Bisa jadi karena bingung atau tidak memiliki kemampuan menggambar. Tiba-tiba Harmoko mengajukan diri.
"Beruntung, saya bisa mendayung di antara dua pulau: sebagai wartawan politik dan karikaturis politik. Saya diberi bakat lebih dari satu. Bukan hanya bisa menulis, juga melukis. Bakat yang mulai tampak sejak sekolah di Solo, lalu tersalurkan di Merdeka sebagai karikaturis," ungkap Harmoko dalam buku Autobiografi H. Harmoko: Bersama Rakyat ke Gerbang Reformasi.
Harmoko akhirnya ditunjuk menjadi karikaturis. Dia juga merangkap sebagai wartawan. Harmoko memanfaatkan karikatur sebagai pisau tajam dalam melawan propaganda ideologi komunis.
"Saya dipercaya Pak Diah untuk membuat karikatur. Selain menyalurkan bakat melukis, karikatur juga bisa saya pakai sebagai 'pisau tajam' untuk melawan misi politik PKI," ungkap Harmoko.
Harmoko meyakini, karikatur adalah senjata ampuh melawan aksi propaganda ideologi PKI. Dalam peperangan media cetak, karikatur lebih menarik dibandingkan tulisan.
karikatur hanya mengandalkan gambar dan minim kata. Tetapi tetap komunikatif. Para pembaca dapat menumbuhkan imajinasi dalam melakukan interpretasi mengenai maksud dari karikatur yang dimuat dalam media cetak.
Advertisement
Setelah dipercaya mengisi ruang karikatur di Harian Merdeka, Harmoko langsung ditugaskan merancang karikatur untuk menyerang ideologi PKI. Karikatur yang akan dimuat dalam edisi Rabu, 17 Juni 1964.
Karikatur pertama Harmoko menampilkan gambar seseorang memegang palu di tangan kanan dan arit di tangan kiri. Tubuhnya bertuliskan Aksi Sepihak. Selain itu juga terdapat tali kekang yang melilit tubuh bertuliskan rebelli.
Melalui karikatur ini, Harmoko ingin memperlihatkan bahwa Aksi Sepihak PKI merupakan kontra revolusi. Aksi yang didalangi tokoh besar di belakangnya. Karya pertamanya ini mendapatkan banyak pujian.
"Karikatur itu tepat mengenai sasaran. Sejumlah kalangan yang antipati terhadap PKI, melayangkan pujian terhadap karya pertama saya di Merdeka itu. Alasannya karena saat itu menyerang PKI merupakan perbuatan berani," kata Harmoko bangga.
Karikatur itu muncul lantaran Harian Merdeka merasa pers di bawah naungan PKI yakni koran Harian Rakyat kian gencar. Kondisi ini yang menggugah Harian Merdeka tidak tinggal diam. Bendera dikibarkan dan genderang perang ditabuh. Kondisi yang membuat Harmoko semakin berani mendesain karikatur sebagai misi penyerang balik ideologi PKI.
Harmoko membuat karikatur dengan menggambarkan Harian Rakjat sebagai 'anjing' PKI yang menggonggong setiap saat. Anjing tersebut digambarkan dengan lidah menjulur keluar dengan ekor bertuliskan 'Keseleo'. Maksud keseleo di sini adalah penjaga 'Pojok' Bintang Timur.
Terdapat gramafon di sisi kanan anjing dengan teks bertuliskan His (PKI) Master Voice dengan maksud ingin menggambarkan bahwa Harian Rakjat adalah 'piaraan' PKI.
Dalam menggambar karikatur, Harmoko memanfaatkan wawasannya saat menjadi wartawan politik. Sehingga dengan mudah dia bisa menuangkan wawasannya tentang politik ke dalam bentuk karikatur.
Advertisement
Perang pena dan karikatur antara Merdeka dengan Harian Rakjat berjalan sengit dan intens hingga Juli 1964. Harmoko terus memutar otak. Mencari ide untuk membuat karikatur sebagai serangan sekaligus balasan terhadap Harian Rakjat.
Melihat intensnya perang pena antara Merdeka dan Harian Rakjat, Kejaksaan Agung meminta PWI turun tangan meredakan ketegangan. Kedua media cetak yang bertindak menyambut baik imbuan tersebut, meski semangat secara tersirat tetap tidak mau berhenti.
"Saking gencarnya polemik kedua media, sampai-sampai Kejaksaan Agung RI mengimbau Merdeka dan Harian Rakjat agar menghentikannya."
Reporter Magang: Muhamad Fachri Rifki
[noe]Bom Belanda Jatuh 3 Meter dari Lokasi Prajurit TNI Salat, Ajaib Tak Meledak
Sekitar 4 Jam yang laluToeti Amir Kartabrata, Pejuang Perempuan di Garis Depan Front Bandung Selatan
Sekitar 5 Jam yang laluDipecat Pasukan Elite, Algojo Belanda Paling Kejam Banting Setir Jadi Tukang Sayur
Sekitar 6 Jam yang laluKapolri Singgung Pengakuan Israel Sangat Berharga dan Sikap Dingin Wapres
Sekitar 1 Hari yang laluKisah Kedekatan Panglima Besar Soedirman dengan Anak Buah
Sekitar 1 Hari yang laluSukarno Ceritakan Detik-Detik Proklamasi Dramatis, Bung Hatta Bilang 'Biasa Saja'
Sekitar 1 Hari yang laluKisah Ajudan Presiden, Incar Gadis Austria Malah Ketemu Noni Belanda Kelahiran Klaten
Sekitar 2 Hari yang laluDikira Serdadu Jepang, Seorang Kadet Akademi Militer Gugur dengan Kepala Terpenggal
Sekitar 2 Hari yang laluTolak Tawaran Hidup Enak Setelah Disiksa Jepang, K'Tut Tantri: Aku Merasa Menang!
Sekitar 3 Hari yang laluSepasang Suami Istri yang Membuat Jenderal Soedirman Terharu dan Menitikkan Air Mata
Sekitar 3 Hari yang laluDiserang Mendadak saat Subuh, Pasukan Akademi Militer Kocar-Kacir
Sekitar 3 Hari yang laluSosok Tentara & Isi Surat yang Berhasil Rayu Panglima Besar Soedirman Turun Gunung
Sekitar 4 Hari yang laluMoestopo: Pejuang Nyentrik dengan Deretan Gelar Terpanjang, Pencetus Tentara Rahasia
Sekitar 4 Hari yang laluKisah Tragis Pejuang Perempuan Indonesia Berhadapan dengan Serdadu Belanda
Sekitar 5 Hari yang laluKeluh Kesah Pengemudi soal Strobo Polisi Terlalu Silau Dibarengi Sirine Melengking
Sekitar 7 Menit yang laluVIDEO: Kapolri Koreksi Pengawalan Pakai Strobo & Sirine "Suaranya Bising Mengganggu!"
Sekitar 48 Menit yang laluMomen 2 Jenderal Polisi Latihan Menembak Bareng, Dua-duanya Angkatan Kapolri di Akpol
Sekitar 1 Jam yang laluPolisi Pukul Seniornya Gara-Gara Antrean ATM, Ini Penjelasan Polda Sumut
Sekitar 1 Jam yang laluVIDEO: Mahfud Duga Sambo Tak Akan Dieksekusi Mati, Hukuman Jadi Seumur Hidup
Sekitar 3 Hari yang laluTeddy Minahasa 'Boyong' Ahli Forensik Pernah Bela Eliezer Sebagai Saksi Meringankan
Sekitar 6 Hari yang lalu10 Tas Mewah Istri Para Pejabat Indonesia, Mulai Sambo sampai Rafael Alun
Sekitar 1 Minggu yang laluCEK FAKTA: Ferdy Sambo Berlutut dan Mengemis Minta Ampun ke Bharada E?
Sekitar 1 Minggu yang laluLPSK Cabut Perlindungan Richard Eliezer Buntut Wawancara TV, Ini Kata Pengacara
Sekitar 1 Minggu yang laluAlasan LPSK Cabut Perlindungan Bharada Richard Eliezer
Sekitar 1 Minggu yang laluLPSK Cabut Perlindungan Terhadap Bharada Richard Eliezer
Sekitar 1 Minggu yang laluCEK FAKTA: Hoaks Permintaan Terakhir Sambo Satu Sel dengan Putri Sebelum Dihukum Mati
Sekitar 1 Minggu yang laluTOP NEWS: Harta Miliaran Rafael Terbongkar | LPSK Kecewa Berat Eliezer Langgar Aturan
Sekitar 1 Minggu yang laluLPSK Cabut Perlindungan, Bharada E akan Diperlakukan Seperti Ini oleh Polisi
Sekitar 1 Minggu yang laluVIDEO: Duduk Perkara Hingga LPSK Cabut Perlindungan Buntut Eliezer Wawancara di TV
Sekitar 1 Minggu yang laluVaksin IndoVac Sudah Bisa Digunakan Sebagai Booster Kedua Masyarakat 18 Tahun ke Atas
Sekitar 2 Minggu yang laluHoaks, Kemenkes Terbitkan Artikel Pria Tak Vaksinasi Berefek pada Kualitas Sperma
Sekitar 3 Minggu yang laluBRI Liga 1: Ramadan Datang, Aidil Sharin Pastikan Aktivitas Persikabo 1973 Berjalan Normal
Sekitar 1 Jam yang laluBRI Liga 1: Arema FC Hadapi Borneo FC Modal Kekompakan Tim
Sekitar 2 Jam yang laluAdvertisement
Advertisement
AM Hendropriyono
Guru Besar Sekolah Tinggi Intelijen Negara
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami