Pulang Tugas dari Kongo, Pasukan TNI Borong Rolex & Jam Swiss 10 Koper

Selasa, 23 Mei 2023 07:08 Reporter : Ramadhian Fadillah
Pulang Tugas dari Kongo, Pasukan TNI Borong Rolex & Jam Swiss 10 Koper Yon Garuda II di Kongo. ©2023 Merdeka.com

Merdeka.com - Rolex dikenal sebagai jam tangan bergengsi. Bagaimana kisahnya pasukan TNI bisa membeli jam tangan ini dan merek lainnya hingga 10 koper?

Pada tahun 1960an, Kongo dilanda perang saudara. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), meminta Indonesia mengirimkan pasukan perdamaian ke sana.

TNI kemudian mengirim Batalyon Garuda II. Inti pasukannya berasal dari Yonif 330 Kujang Siliwangi ditambah Detasemen KKO TNI AL (Kini Marinir) dan satu pasukan polisi militer.

Selama penugasan di Kongo, nama pasukan Indonesia cukup harum. Kompi C Yon Garuda II sampai mendapat kepercayaan untuk menjaga markas besar pasukan PBB di Leopoldville.

Satu peleton Polisi Militer TNI pun dipercaya mengawal Panglima Pasukan PBB, Letjen Van Horn dari Swedia.

2 dari 4 halaman

Uang Saku Ditahan Komandan

Ada hal yang tidak bisa dilupakan oleh Letnan Kolonel (Purn) Achjar Darwis saat penugasannya di Kongo. Uang saku para prajurit ditahan oleh Komandan Batalyon Garuda II Letnan Kolonel Solichin GP.

Hal ini dikisahkan Achjar dalam buku Jenderal Tanpa Angkatan, Memoar Eddie M Nalapraya. Saat itu Achjar sama-sama bertugas di Kongo bersama Eddie.

Sebagai kontingen pasukan perdamaian, mereka mendapat uang saku yang cukup besar dalam mata uang Dollar Amerika Serikat.

Niat Letkol Solichin GP baik. Dia menjaga agar anak buahnya tidak menghambur-hamburkan uang saat masih bertugas. Namanya anak muda, khawatir nanti mereka malah berfoya-foya di Kongo dan tidak membawa apa-apa saat kembali ke Indonesia.

"Daripada saya menyiksa keluarga, lebih baik saya menyiksa kalian semua. Uang saku saya simpan, belum diberikan," tegas Letkol Solichin.

Anak buahnya pun pasrah menurut perintah komandan.

3 dari 4 halaman

Beli Jam di Swiss

Kontingen Garuda bertugas sekitar delapan bulan di Kongo. Menjelang akhir penugasan, uang saku mereka tetap utuh.

Uang inilah yang kemudian digunakan mereka untuk membeli jam tangan dan skuter. 

"Semua anggota boleh memilih merek jam tangan yang disukai seperti Rolex, Omega atau yang lainnya. Jam tangannya sub marine, tahan air," kenang Achjar.

Mereka pun mengundi siapa perwira yang akan berangkat ke Swiss untuk belanja. Jumlah jam dan skuter yang dibeli cukup banyak. Maklum saja, anggota Yon Garuda II yang bertugas di Kongo lebih dari 1.000 orang.

"Jam tangan yang dibeli di Swiss itu sekitar 10 koper,' jelas mantan perwira seksi I Intel Yonif 330 Kujang Siliwangi itu.

4 dari 4 halaman

Skuter Kongo

Tak cuma jam, mereka juga membeli skuter di Eropa. Skuter-skuter inilah yang di kalangan kolektor di tanah air dikenal sebagai 'Skuter Kongo'. Nama ini rupanya didapat karena dulu Yon Garuda II bertugas di Kongo. 

"Selain itu, kita diperbolehkan juga memesan mesin jahit atau barang elektronik lain," kata Achjar.

Barang-barang tersebut pada saat itu tergolong barang mewah dan sulit dicari di pasaran Indonesia. Sebuah kegembiraan bagi para prajurit itu pulang dengan membawa aneka barang tersebut. 

Apalagi uang saku mereka masih sisa dan seluruhnya dikembalikan saat tiba di Indonesia.

"Jam tangan Rolex, skuter dan mesin jahit Singer milik saya masih saya simpan untuk kenang-kenangan. Malahan skuter dan mesin jahitnya masih bagus. Masih bisa digunakan," ujar Achjar mengenang pengalamannya puluhan tahun lalu.

[ian]
Komentar Pembaca

Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami

Be Smart, Read More

Indeks Berita Hari Ini

Opini