Merdeka.com - Dikenal tegas dan pemberani, Alex Evert Kawilarang tak segan-segan menghadapi siapapun. Seorang kolonel dan letnan Belanda pun pernah disemprotnya.
Penulis: Hendi Jo
Pada suatu hari di tahun 1947. Fotografer Alex Mendoer dari IPPHOS (Indonesia Press Photo Service) ditugaskan meliput perundingan mengenai rencana gencatan senjata antara militer Belanda yang diwakili oleh Kolonel A.A.J.J. Thomson dengan Letnan Kolonel Alex Evert Kawilarang dari TRI (Tentara Republik Indonesia) di Cianjur.
Karena saat itu tidak ada kendaraan yang menuju arah kota tersebut, maka Alex Mendoer meminta tumpangan kepada Kapten Dhoste, anggota Komisi Jasa-Jasa Baik asal Prancis, yang juga akan menghadiri perundingan itu.
Sepanjang jalan, Dhoste menyampaikan kekagumannya terhadap beberapa perwira TRI. Terutama Komandan Brigade II Suryakancana yang tak lain adalah Letnan Kolonel Alex Kawilarang. Menurutnya, Kawilarang mencerminkan seorang tentara yang tegas, disiplin dan berani.
"Dia betul-betul seorang prajurit tulen…" kata Dhoste seperti termaktub dalam buku Alexius Impurung Mendoer karya Wiwi Kuswiah
Bisa jadi pendapat Kapten Dhoste itu memang tidak berlebihan. Alex Kawilarang memang tidak segan untuk berlaku tegas dan berani tanpa pandang bulu. Bahkan kepada para perwira Belanda sekali pun.
Seperti dicatat dalam sebuah dokumen Kementerian Pertahanan Belanda yang mencatat notulensi pertemuan yang digagas oleh Komisi Jasa-Jasa Baik, antara Letnan Kolonel Kawilarang dengan Kolonel Thomson di Maseng (Bogor Selatan) pada 18 Februari 1947.
Awalnya, Thomson memperingatkan Kawilarang agar dalam pertemuan selanjutnya dia bisa datang tepat waktu. Kepada komandan TRI yang bertanggungjawab di wilayah Bogor, Sukabumi dan Cianjur itu, Thomson juga menyatakan protes terhadap perwira-perwira TRI yang kerap membawa senjata dalam setiap perundingan. Termasuk hari itu.
"Bukankah di pertemuan-pertemuan sebelumnya kita masing-masing membawa senjata?" ujar Kawilarang.
"Ya, tapi kita tidak bisa melihat hal-hal yang sudah terjadi. Tatap saja hal-hal yang akan terjadi…" jawab Thomson.
"Ya tidak bisa begitu. Kita juga harus melihat apa yang sudah terjadi…" tegas Kawilarang.
Thomson pun langsung terdiam.
Advertisement
Pada kesempatan lain, yakni saat memimpin brigade-nya turun gunung untuk melakukan hijrah ke Jawa Tengah dan Yogyakarta, Kawilarang juga terlibat perdebatan panas dengan seorang perwira KST (Korps Pasukan Khusus) bernama Letnan H.J.C. Ulrichi.
Ceritanya, sebelum bertolak ke Cirebon, pasukan Kawilarang harus menunggu terlebih dahulu di Purabaya (suatu kawasan dekat Cimahi). Selama di sana, mereka dikawal secara ketat oleh satu kompi baret hijau dari KST (Korps Pasukan Khusus) yang dipimpin Letnan Henk Ulrici.
Ulrici yang merupakan tangan kanan Kapten R.P.P. Westerling merupakan perwira yang sombong dan dikenal kejam jika berhadapan dengan TNI dan gerilyawan Republik. Terhadap musuh-musuhnya itu dia memiliki pendirian: kami tidak pernah memelihara tawanan, kami mencari mereka memang untuk dibunuh.
Singkat cerita, karena merasa berlarut-larut dan tidak pasti, pada suatu kesempatan Kawilarang mendatangi Ulrichi. Secara baik-baik dia bertanya. Kapan kira-kira pasukannya akan dibawa ke Cirebon? Alih-alih dijawab baik-baik juga, Ulrici malah berkata dengan ketus.
"Ya spoedig. Maar die gekke Kapitein Soegih Arto heft zich nog niet over gegeven en wij weten niet waar hij is ( Ya, secepatnya, tetapi Si Gila Kapten Soegih Arto--Komandan Batalyon 22--itu belum menyerah dan kami tidak tahu di mana dia sekarang)," jawabnya.
Mendengar jawaban itu, Kawilarang berang. Dihampirinya Ulrici lebih dekat. Dengan suara perlahan namun tegas, Kawilarang membentak balik komandan Baret Hijau Belanda itu.
"Heh! Kepergian Siliwangi tidak ada hubungannya dengan kata 'menyerah'! Ini adalah atas dasar perjanjian Indonesia dengan Belanda! Letnan, kalau bicara harus hati-hati dan jangan berteriak-teriak kepada saya!" kata Kawilarang seperti dikisahkan Soegih Arto dalam otobiografinya, Sanul Daca: Pengalaman Pribadi Letjen (Purn) Soegih Arto.
Belum habis emosi Kawilarang memarahi Ulrici, tiba-tiba seorang sersan Baret Hijau berteriak bahwa satu pasukan TNI lagi telah masuk asrama. Tetapi yang membuat Kawilarang bertambah berang, Si Sersan yang orang Minahasa itu (satu etnis dengan Kawilarang) menyebut para prajurit TNI itu sebagai para perampok atau (rampokers).
"Kawilarang mendatangi sersan itu dan langsung mencaci makinya," kenang Soegih Arto.
[noe]Siasat Inggris Bikin Jakarta Mencekam: Siang dan Malam Terdengar Suara Tembakan
Sekitar 1 Jam yang laluGuntur Tak Berani Cium Pacarnya, Sukarno Tertawa Terbahak-bahak
Sekitar 2 Jam yang laluSantri Lawan Ribuan DI/TII: Baku Tembak Sepanjang Malam, Berhenti Jelang Salat Subuh
Sekitar 3 Jam yang laluSosok Ulama yang Melindungi Prajurit Siliwangi Ketika Diburu Anak Buah Kartosoewirjo
Sekitar 1 Hari yang laluYusuf Tauziri, Ulama Garut yang Loyal pada RI dan Beda Jalan dengan Kartosoewirjo
Sekitar 1 Hari yang laluCerita Presiden RI Pakai Sepatu Bolong saat Terima Tamu Kenegaraan
Sekitar 1 Hari yang laluGeng Pentholans: Pelopor Kuliah Pakai Celana Jeans di UI dan Disebut Koboi Wedhok
Sekitar 2 Hari yang laluPengkhianatan 7 Perwira Polisi di Balik Pemberhentian Kapolri Soekanto
Sekitar 2 Hari yang laluPresiden Sukarno Pernah Marah Besar di Gedung Putih, ini Penyebabnya
Sekitar 2 Hari yang laluTerhalang Cerita Hoaks Belanda saat Tugas di AS, Kapolri Tunjukkan Foto Jenazah Muso
Sekitar 3 Hari yang laluLetjen TNI Tiba-Tiba Tertawa Saat Minum Teh dengan Ratu Belanda, Teringat 2 Hal ini
Sekitar 3 Hari yang laluTentara Inggris dapat Informasi Keliru dari Intelijen, Berujung Teror di Jakarta
Sekitar 3 Hari yang laluBom Belanda Jatuh 3 Meter dari Lokasi Prajurit TNI Salat, Ajaib Tak Meledak
Sekitar 4 Hari yang laluSurvei: Publik Dukung Polri Usut Kasus KSP Indosurya dan Investasi Bodong
Sekitar 10 Jam yang laluVIDEO: Bikin Geger, Briptu RF Ajudan Kapolda Gorontalo Tewas dengan Luka Tembak
Sekitar 12 Jam yang laluSpripim Polda Gorontalo Ditemukan Tewas Dalam Mobil Dinas, Diduga Bunuh Diri
Sekitar 14 Jam yang laluKematian Bripka Arfan Dinilai Janggal, Polda Sumut Bentuk Timsus Lakukan Pengusutan
Sekitar 22 Jam yang laluVIDEO: "Papa Kangen" Isi Surat Sambo & Putri Candrawathi ke Anak Tercinta
Sekitar 2 Hari yang laluSepucuk Surat Ferdy Sambo & Putri untuk Si Bungsu yang Ultah, Ada Pesan Haru
Sekitar 2 Hari yang laluPutra Bungsunya Ulang Tahun, Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi Tulis Pesan Haru
Sekitar 3 Hari yang laluVIDEO: Mahfud Duga Sambo Tak Akan Dieksekusi Mati, Hukuman Jadi Seumur Hidup
Sekitar 6 Hari yang laluLPSK Cabut Perlindungan Richard Eliezer Buntut Wawancara TV, Ini Kata Pengacara
Sekitar 2 Minggu yang laluAlasan LPSK Cabut Perlindungan Bharada Richard Eliezer
Sekitar 2 Minggu yang laluLPSK Cabut Perlindungan Terhadap Bharada Richard Eliezer
Sekitar 2 Minggu yang laluCEK FAKTA: Hoaks Permintaan Terakhir Sambo Satu Sel dengan Putri Sebelum Dihukum Mati
Sekitar 2 Minggu yang laluTOP NEWS: Harta Miliaran Rafael Terbongkar | LPSK Kecewa Berat Eliezer Langgar Aturan
Sekitar 1 Minggu yang laluLPSK Cabut Perlindungan, Bharada E akan Diperlakukan Seperti Ini oleh Polisi
Sekitar 1 Minggu yang laluVIDEO: Duduk Perkara Hingga LPSK Cabut Perlindungan Buntut Eliezer Wawancara di TV
Sekitar 1 Minggu yang laluVaksin IndoVac Sudah Bisa Digunakan Sebagai Booster Kedua Masyarakat 18 Tahun ke Atas
Sekitar 2 Minggu yang laluHoaks, Kemenkes Terbitkan Artikel Pria Tak Vaksinasi Berefek pada Kualitas Sperma
Sekitar 3 Minggu yang laluPrediksi Arema FC Vs Bali United di BRI Liga 1: Batu Loncatan Menuju 5 Besar
Sekitar 1 Jam yang laluAdvertisement
Advertisement
AM Hendropriyono
Guru Besar Sekolah Tinggi Intelijen Negara
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami