Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Bom Belanda Jatuh 3 Meter dari Lokasi Prajurit TNI Salat, Ajaib Tak Meledak

Bom Belanda Jatuh 3 Meter dari Lokasi Prajurit TNI Salat, Ajaib Tak Meledak Pertempuran 5 hari 5 malam di Palembang. ©2023 Merdeka.com

Merdeka.com - Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang dikenang sebagai salah satu pertempuran tersengit dalam perang kemerdekaan RI. Diawali dari pelanggaran garis demarkasi oleh Belanda, seluruh kota kemudian mengangkat senjata melawan musuh.

Dalam pertempuran itu yang dimulai 1 Januari 1947, Belanda mengerahkan seluruh kekuatannya. Batalion Infanteri, tank, pesawat pemburu hingga kapal-kapal patroli yang menembaki posisi pejuang dari sungai Musi.

Sementara kekuatan TRI (Tentara Republik Indonesia, kini TNI) di Palembang antara lain terdiri atas Batalyon 32 dan batalyon 34 dari Resimen XV. Lalu ada pasukan Angkatan Laut RI serta berbagai kesatuan laskar rakyat.

Letnan Jenderal (Pur) H Alamsjah Ratu Perwiranegara yang ikut bertempur, menyebut persenjataan TRI di Palembang cukup lengkap. Walau tentu saja masih kalau jauh dibanding tentara Belanda.

"Selain rampasan dari Jepang, senjata juga dibeli dengan cara barter lewat Selat Malaka," kata Alamsjah.

Kisah Perempuran Lima Hari Lima Malam ini ditulis dalam buku biografi H.ARPN, Perjalanan Hidup Seorang Anak Yatim Piatu. Diterbitkan oleh Pustaka Sinar Harapan tahun 1995.

Namun yang menjadi masalah adalah persoalan logistik seperti beras dan makanan. Jumlahnya sangat kurang, karena Belanda telah memblokade Palembang.

Diserang Tiga Matra

Posisi terkuat Belanda ada di RS Charitas. Rumah Sakit itu diubah oleh Belanda menjadi markas sekaligus tempat pertahanan yang kuat. Ini menjadi salah satu target utama serangan TRI dalam pertempuran.

"Posisi RS Charitas memang strategis karena berada di atas bukit. Dari sana mereka menembakkan senjata-senjata otomatisnya dari tempat yang tinggi," kata Alamsjah yang saat itu berpangkat kapten.

Belanda memanfaatkan keunggulan komunikasi dan alutsista. Jika ada satu kubu pertahanan yang diserang, mereka akan segera memanggil bantuan. Tak lama pasti lokasi TRI akan dibombardir oleh mortir dan howitzer.

Meriam kapal korvet De Ruiter di Sungai Musi menembaki posisi TRI dengan membabi buta. Sementara pesawat-pesawat pemburu Belanda menukik melepaskan bom dari atas.

Gencarnya serangan Belanda membuat pertempuran berjalan sengit. TRI dan Laskar tak gentar menghadapi pasukan musuh. Rakyat Palembang bersatu, memberikan dukungan dapur umum dan pengobatan untuk pasukan RI.

Bom Tidak Meledak

Di tengah pertempuran, lokasi Markas Besar Pertempuran atau Markas Komando Resimen harus beberapa kali dipindahkan.

Di hari kedua, Belanda menyerang posisi markas TRI di Duku. Mereka pun mengerahkan pesawat tempur untuk melakukan pengeboman.

Saat serangan terjadi, beberapa prajurit TRI sedang Salat Ashar di dalam markas. Karena terus ditembaki dari luar, mereka bertayamum sebagai ganti wudhu.

"Saat rakaat kedua, saya mendengar pesawat terbang musuh mendekat kembali ke markas kami," kata Kapten Alamsjah.

Muncul kekhawatiran di hati mereka. Jika pesawat itu menjatuhkan bom, maka habislah mereka semua. Namun para prajurit itu memutuskan untuk pasrah dan terus melanjutkan ibadah. Berdoa agar Allah SWT menolong mereka.

"Benar saja, tepat di rakaat ketiga Belanda menjatuhkan bom yang jaraknya sekitar tiga meter dari kami salat," kenang Alamsjah.

Ajaibnya, bom tersebut tidak meledak. Mungkin Belanda lupa memeriksa bom tersebut sebelum serangan. Atau bom sebenarnya sudah rusak.

"Tapi saya berpikir, mungkin atas kekuasaan Tuhan, bom tidak meledak. Di tempat lain, bom-bom yang dijatuhkan Belanda selalu meledak dan menghancurkan daerah sekitarnya."

Gencatan Senjata & Perundingan

Demi keamanan pasukan, Alamsjah segera memindahkan markas pertempuran ke daerah Kenten. Mereka kemudian menempati lokasi pertahanan bekas Jepang.

Pertempuran masih terus berlanjut. Nyaris seluruh kota Palembang hancur. Baru di hari kelima, kedua belah pihak sepakat untuk melakukan perundingan.

TRI berpendapat, perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan akan membutuhkan waktu bertahun-tahun. Karena itu seluruh kekuatan sangat dibutuhkan, bukan hanya untuk kali ini saja.

Alasan lain, untuk mencegah jatuhnya makin banyak korban. Selain itu perundingan menjadi alat untuk menunjukkan sikap Indonesia dalam diplomasi ke dunia internasional.

(mdk/noe)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sosok Nyi Mas Gamparan, Panglima Muslimah Asal Serang yang Tolak Keberadaan Belanda di Banten
Sosok Nyi Mas Gamparan, Panglima Muslimah Asal Serang yang Tolak Keberadaan Belanda di Banten

Wanita ini memimpin 30 perempuan dalam pertempuran melawan Belanda.

Baca Selengkapnya
Anggota TNI Bersimbah Darah di Bekasi Ternyata Dibunuh, Pelaku Berhasil Ditangkap
Anggota TNI Bersimbah Darah di Bekasi Ternyata Dibunuh, Pelaku Berhasil Ditangkap

Kapendam Jaya Kolonel Inf Deki Rayusyah Putra mengatakan terduga pelaku pembunuhan berhasil diamankan

Baca Selengkapnya
Momen Para TNI Berangkat Tugas Salaman ke Komandan, Satu Prajurit Tak Pakai Baret Malah Peci jadi Sorotan
Momen Para TNI Berangkat Tugas Salaman ke Komandan, Satu Prajurit Tak Pakai Baret Malah Peci jadi Sorotan

Berikut momen para TNI salaman ke Komandan saat hendak berangkat tugas.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
4 Fakta Carok Madura, Pertama Kali Terjadi pada Masa Penjajahan Belanda Kini Sering Disalahpahami
4 Fakta Carok Madura, Pertama Kali Terjadi pada Masa Penjajahan Belanda Kini Sering Disalahpahami

Saat itu, carok jadi strategi penjajah mengadu domba pribumi dengan jagoan kaki tangan mereka.

Baca Selengkapnya
Di Tengah Guyuran Hujan Deras dan Basah Kuyup, Momen Komandan Brimob Beri Pesan Penting Kepada Tamtama dan Bintara
Di Tengah Guyuran Hujan Deras dan Basah Kuyup, Momen Komandan Brimob Beri Pesan Penting Kepada Tamtama dan Bintara

Kendati diguyur hujan deras, komandan hingga deretan anggota Brimob tak bergeming dan tetap berdiri tegak.

Baca Selengkapnya
Heboh Pohon Beringin Tua di Alun-Alun Kota Blitar Tumbang, Puluhan Orang Luka-Luka
Heboh Pohon Beringin Tua di Alun-Alun Kota Blitar Tumbang, Puluhan Orang Luka-Luka

Kejadian itu bertepatan dengan hujan disertai angin kencang yang melanda Blitar.

Baca Selengkapnya
Nasib Buruk Para Noni Belanda di Indonesia Zaman Jepang, Sungguh Mengenaskan Banyak Dijadikan Wanita Penghibur
Nasib Buruk Para Noni Belanda di Indonesia Zaman Jepang, Sungguh Mengenaskan Banyak Dijadikan Wanita Penghibur

Kisah sedih para tahanan wanita asal Belanda usai tentara Jepang berhasil menguasai Nusantara.

Baca Selengkapnya
Tiba-Tiba Jatuh, Anggota TNI Meninggal saat Jaga Rapat Pleno Pemilu
Tiba-Tiba Jatuh, Anggota TNI Meninggal saat Jaga Rapat Pleno Pemilu

Tim medis yang melakukan pertolongan menyatakan korban Serma Fedi telah meninggal dunia.

Baca Selengkapnya
Momen Langka Tentara Belanda Berbaur dengan Warga Sukabumi Nonton Layar Tancap Tahun 1948, Rukun Walau Situasi Politik Tegang
Momen Langka Tentara Belanda Berbaur dengan Warga Sukabumi Nonton Layar Tancap Tahun 1948, Rukun Walau Situasi Politik Tegang

Momen ini jadi yang langka di msasa penjajahan Belanda. Terlebih saat itu situasi politik tengah memanas

Baca Selengkapnya