Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Menengok sisa-sisa masa keemasan lukisan Sokaraja

Menengok sisa-sisa masa keemasan lukisan Sokaraja

Karya Seni

merdeka.com
Geser ke atas untuk membaca
Maverick tracker for readpage-cover
Menengok sisa-sisa masa keemasan lukisan Sokaraja

Sebutan galeri lukisan terpanjang se-Asia Tenggara pernah melekat bagi Jalan Raya Sokaraja, sepanjang Jalan Jendral Sudirman, Banyumas. Sebutan itu mengingatkan pada kejayaan lukisan Sokaraja. Tetapi kini keberadaan lukisan Sokaraja nyaris sekadar jadi bagian dari nostalgia. Dari puluhan galeri lukisan, saat ini tinggal dua galeri saja, yaitu Galeri Keluarga dan HF Galery. Sejak 1980-an, satu demi satu galeri tumbang seiring menyusutnya pembeli.

Menengok sisa-sisa masa keemasan lukisan Sokaraja

Syarif (73) pemilik Galeri Keluarga menjual lukisan Sokaraja sejak tahun 1950-an. Bangunan galerinya menjadi sisa-sisa masa keemasan lukisan Sokaraja yang telah berlalu.

Menengok sisa-sisa masa keemasan lukisan Sokaraja

Lukisan panorama alam bergaya naturalis jadi kekhasan lukisan Sokarja. Berpakem jejer wayang, lukisan umumnya dibagi 3 bidang dengan bagian atas merupakan bagian paling jauh tapi menonjol yakni Gunung Slamet.

Menengok sisa-sisa masa keemasan lukisan Sokaraja

Abdul Basyir (88) menjadi salah satu pelukis Sokaraja masa awal yang dikaruniai umur panjang. Dia pernah menikmati masa ketika lukisan Sokaraja banyak dibeli warga Malaysia dan Singapura untuk dijual kembali di negerinya.

Menengok sisa-sisa masa keemasan lukisan Sokaraja

Di senja kala usianya, Abdul Basyir terkadang masih melukis. Kesaksiannya, di tahun 1970-an, di kampung Pejagalan, Sokaraja banyak warga menggantungkan hidup menjadi seniman, pembuat kanvas sampai pigura.

Menengok sisa-sisa masa keemasan lukisan Sokaraja

Kini lukisan Sokaraja nyaris tanpa penerus. Salah satu golongan muda yang masih menekuni lukisan Sokaraja yakni Alex Andiwijaya (39) cucu dari Ahmad Sarbini Biis, pelukis populer di Sokaraja.

Menengok sisa-sisa masa keemasan lukisan Sokaraja

Tempat Alex melukis menjadi satu dengan warung kelontong. Di sore hari, ia juga menjadi tukang parkir di Jalan Raya Sokaraja.

Menengok sisa-sisa masa keemasan lukisan Sokaraja

Bermedia kanvas dengan cat minyak, Alex menggunakan alat pisau palet, bukan kuas seperti lazimnya pelukis di Sokaraja. Pendekatan ini diturunkan oleh ayahnya, Sugeng Wibowo.

Menengok sisa-sisa masa keemasan lukisan Sokaraja

Meninggalkan lukisan, banyak warga di Sokaraja beralih membuat backdrop. Membuat latar belakang studio bagi mereka lebih menguntungkan dibanding melukis.

Menengok sisa-sisa masa keemasan lukisan Sokaraja

Kepopuleran lukisan Sokaraja justru jadi inspirasi bagi sejumlah pelukis di Purwokerto dan Cilacap. Pelukis Pardoli dari Cilacap, dan Setyo Kusmanto di Purwokerto salah satu yang mengembangkan lukisan Sokaraja dan jadi koleksi kolektor.

Menengok sisa-sisa masa keemasan lukisan Sokaraja

Keberadaan lukisan Sokaraja yang nyaris punah menjadi kegelisahan sendiri bagi Hadiwijaya, pelukis asal Banyumas. Kegelisahan itu diekspresikan dalam lukisan berjudul "Kota Lama Sokaraja".

Menengok sisa-sisa masa keemasan lukisan Sokaraja

Lukisan "Kota Lama Sokaraja" dengan suasana Jalan Raya Sokaraja yang sepi dan murung. Lukisan tersebut dia simpan di kediamannya sebagai pemantik yang mengingatkan agar tak berhenti berkarya.