Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

'Ramadan-ku tak seindah di negerimu'

'Ramadan-ku tak seindah di negerimu' Uighur . REUTERS/Stringer

Merdeka.com - Provinsi Xinjiang terletak di barat laut China. Di sana bermukim etnis Uighur memeluk Islam. Namun, berada di bawah pemerintahan komunis hingga kini membikin hidup mereka sulit, bahkan di saat Ramadan.

Berbeda jauh dari saudara muslim mereka di Indonesia yang bisa menunaikan puasa dengan nyaman, warga Uighur tidak demikian. Tekanan negara berhaluan komunis sangat terasa bagi setiap muslim di sana. Mungkin saja rasanya sama seperti saat kaum kulit hitam dianggap seperti 'manusia rendahan' di Amerika Serikat. Di luar Ramadan juga tak ada yang beda. Mereka selalu dibikin repot. Harus begini, begitu, semua mesti taat kepada perintah negara.

Ada-ada saja aturan dibuat pemerintah Otonomi Uighur di Xinjiang. Seperti dilansir dari laman Radio Free Asia, Jumat (2/6), mereka meminta sejumlah rumah makan di daerah itu tetap buka selama Ramadan, di mana umat Islam wajib menunaikan ibadah puasa sejak Subuh hingga matahari terbenam. Alasan pemerintah, aturan itu diterapkan demi menjaga "ketentraman dan ketertiban warga'. Bahkan, aparat keamanan juga akan mendirikan pos pemeriksaan pada malam hari, buat memeriksa setiap kendaraan, orang, dan benda-benda mencurigakan.

Di wilayah Hetian dan Prefektur Qaraqash (Moyu) lebih ngeri lagi. Para pelajarnya diwajibkan menjalani belajar kelompok, menyaksikan film propaganda komunis, dan berolahraga saban hari saat Ramadan. Termasuk bagi mereka yang muslim. Tentu hal ini menyulitkan karena saat puasa tak banyak energi tersisa buat melakukan kegiatan melelahkan. Aparat di Qaraqash menyatakan aturan itu tak boleh dibantah.

"Jika ada yang tidak menaati, mereka akan dihukum. Pokoknya semua restoran harus buka, tidak peduli apa yang terjadi," kata aparat enggan ditulis namanya itu.

Malah, tambah dia, guru, pegawai negeri, dan para pekerja dilarang berpuasa selama Ramadan. Dia mengatakan perintah itu datang dari Komite Politik dan Hukum Partai Komunis China setempat.

"Itu (puasa) sangat dilarang. Kalau ada yang ketahuan maka siap-siap saja," ujar pegawai itu.

Aturan diberlakukan pemerintah setempat sudah berjalan bertahun-tahun. Warga muslim Uighur sebenarnya merasa keberatan. Namun, mereka tak bisa apa-apa. Bahkan pemilik restoran harus membuka usahanya 12 jam saban hari dalam sepekan.

"Kami diperintahkan tetap membuka restoran. Setiap tahun selalu sama. Semua harus tetap buka, bahkan di akhir pekan," kata seorang pegawai restoran di Prefektur Kashgar.

Akan tetapi, tidak semua wilayah memberlakukan aturan itu. Di wilayah Ningxia restoran dibolehkan tutup selama Ramadan sebulan penuh. Namun, kenyataannya tidak selamanya seindah itu. Pada Juni tahun lalu kabernya beberapa lembaga pemerintah hingga sekolah di Xinjiang melarang mereka yang muslim berpuasa saat Ramadan. Alasannya mereka harus tunduk 'karena menerima upah dari negara'.

Pemerintah China memang sangat menekan kebebasan beragama bagi warga Uighur. Larangan berpuasa juga diterapkan hingga taman kanak-kanak. Malah menurut pengakuan seorang pelajar Uighur, saban hari saat Ramadan ada saja guru berkeliling kelas di sekolah dan memaksa mereka yang muslim makan dan minum apapun yang diberikan.

Alquran dan nama 'terlarang'

Cerita tentang tertekannya etnis Uighur di Xinjiang dari penindasan pemerintah komunis China belum usai. Setiap warga muslim diharuskan menyerahkan Alquran mereka terbitan lima tahun lalu buat dimusnahkan. Alasannya negara yang tak bertuhan menganggap kitab itu penuh dengan 'ajaran ekstrem'.

Di Xinjiang, Alquran digolongkan sebagai 'benda-benda ilegal'. Warga muslim setempat juga dilarang menggelar ceramah agama di tempat umum, melakukan pengajian bersama, memperlihatkan simbol-simbol Islam, hingga belajar agama. Menurut pemerintah, hal itu adalah sarana menularkan bibit terorisme. Alquran yang merupakan kitab suci dianggap sama berbahayanya dengan pisau, bahan peledak, atau mainan dengan pengendali jarak jauh.

"Warga bisa menyimpan Alquran terbitan setelah 2012. Versi sebelumnya ditarik karena ada 'masalah' dan diduga isinya 'terkait dengan ekstremisme'," kata Sekretaris Daerah Kota Barin, Prefektur Peyziwat, Emet Imin.

Tulisan berlafaz 'Allah' dan 'Muhammad' di setiap rumah warga muslim Uighur juga bisa mendatangkan masalah. Maka dari itu, ketimbang urusannya menjadi panjang, para penduduk muslim memilih menurunkannya dengan berat hati.

"Apa kesalahan diperbuat muslim Uighur hingga mesti diperlakukan seperti itu?"

Pertanyaan itu selalu terngiang di benak mereka. Warga muslim selalu dituding lekat dengan terorisme. Sedangkan pemerintah China dianggap ingin 'menjinakkan' mereka. Namun sebenarnya seperti berusaha mencerabut mereka dari akar Islam.

"China hanya ingin membenarkan sikap mereka menindas rakyat Uighur dengan memutar balik isi Alquran, Hadits, dan teologi Islam yang diturunkan oleh leluhur kami," kata anggota Komisi Keagamaan Kongres Uighur Dunia (WUC), Turghunjan Alawudin.

Alawudin dan organisasinya berada di pengasingan. Dia menjalankan kegiatan dari Munich, Jerman. Menurut dia, China cuma mau warga Uighur memahami 'Alquran versi negara'. Padahal isinya diputar balik. Dia curiga hal itu supaya membingungkan umat Islam dan mencapai tujuan politik komunis.

"Di dalam Islam, kami harus mengikuti Allah S.W.T., dan ajaran Nabi Muhammad S.A.W.," ujar Alawudin.

Sejawat Alawudin, Dilxat Raxit, menyatakan yang boleh menerjemahkan Alquran cuma ulama. "Bukan pemerintah China yang tidak bertuhan," kata Dilxat.

Dilxat mengatakan, kebijakan anti-Islam pemerintah China sudah uzur dan warga Uighur jangan lagi dilihat sebagai sumber radikalisme.

Bahkan hingga memilih nama pun warga Uighur tak bisa sembarangan. Partai Komunis China sampai-sampai menerbitkan aturan khusus tentang 'Penamaan Bagi Kaum Minoritas'. Mereka dilarang menamai bayi hingga remaja berusia 16 tahun dengan yang berbau Islam. Seperti Imam, Jihad, Saddam, dan lainnya. Khawatir kalau dewasa menjadi teroris kata mereka. Kalau ngotot menggunakan nama itu, maka hukuman menanti. Malah mereka bisa kesulitan mengurus administrasi kependudukan sampai tidak bisa punya rumah hanya gara-gara nama mereka berbau Islam.

"Hal ini menunjukkan bagaimana pemerintah China melanggar hak asasi etnis Uighur dan merusak kehidupan pribadi mereka," kata Sekretaris Jenderal WUC, Dolkun Isa.

Begitulah potret sekelumit kehidupan muslim Uighur. Pemerintah China sudah sering bertindak keras terhadap mereka. Mereka juga menyalahkan warga muslim adalah biang teroris. Namun, para pengamat justru menganggap kebijakan China menindas etnis minoritas itu yang membikin mereka melawan. Tercatat sudah ratusan orang tewas dalam konflik sejak 2009. Semoga tak selamanya mereka harus hidup seperti itu.

(mdk/ary)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Diwariskan Pada Anak Cucu, Warga Negara China Kelahiran Kebumen Ini Buka Usaha Makanan Indonesia di Negeri Rantau
Diwariskan Pada Anak Cucu, Warga Negara China Kelahiran Kebumen Ini Buka Usaha Makanan Indonesia di Negeri Rantau

Walaupun sudah lama meninggalkan tanah air, Ibu Bunga terdengar lancar berbahasa Indonesia.

Baca Selengkapnya
FOTO: Potret Ketabahan Warga Muslim China yang Jadi Korban Gempa Bumi di Gansu Menghadapi Tantangan Suhu Ekstrem di Tenda Darurat
FOTO: Potret Ketabahan Warga Muslim China yang Jadi Korban Gempa Bumi di Gansu Menghadapi Tantangan Suhu Ekstrem di Tenda Darurat

Para korban sedang menghadapi tantangan suhu yang dingin ekstrem pada malam hari di bawah nol derajat celcius.

Baca Selengkapnya
Menag: Jaga Toleransi dalam Menyikapi Potensi Perbedaan 1 Ramadan
Menag: Jaga Toleransi dalam Menyikapi Potensi Perbedaan 1 Ramadan

"Umat Islam diimbau untuk tetap menjaga ukhuwah Islamiyah dan toleransi dalam menyikapi potensi perbedaan penetapan 1 Ramadan," kata Menag

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Ribuan Umat Muslim di Perbatasan Timor Leste Pawai Obor Bawa Pesan Toleransi
Ribuan Umat Muslim di Perbatasan Timor Leste Pawai Obor Bawa Pesan Toleransi

Ribuan Umat Muslim di Perbatasan Timor Leste Pawai Obor Bawa Pesan Toleransi

Baca Selengkapnya
Menengok Tradisi Mudik di Turki dan Malaysia, Beda dengan Indonesia?
Menengok Tradisi Mudik di Turki dan Malaysia, Beda dengan Indonesia?

Turki merupakan salah satu negara yang masyarakatnya mayoritas muslim. Tradisi mudik di Turki untuk merayakan Idul Fitri yang biasa disebut 'Seker Bayram'.

Baca Selengkapnya
Menjunjung Tinggi Toleransi di Bulan Ramadan
Menjunjung Tinggi Toleransi di Bulan Ramadan

Toleransi saat Ramadan, salah satunya pengurangan jam kerja dengan maksud menghormati mereka yang berpuasa.

Baca Selengkapnya
Warga Negara Inggris ini Bersepeda Sendirian dari China ke Australia, Begini Keseruannya saat Tiba di Semarang
Warga Negara Inggris ini Bersepeda Sendirian dari China ke Australia, Begini Keseruannya saat Tiba di Semarang

Ia mempelajari budaya dan mencicipi kuliner baru pada setiap negara yang disinggahi

Baca Selengkapnya
Kisah Arek Suroboyo Sang Juragan Nasi Pecel di Amerika, Pernah Jadi Tukang Cuci Piring hingga Diludahi Orang
Kisah Arek Suroboyo Sang Juragan Nasi Pecel di Amerika, Pernah Jadi Tukang Cuci Piring hingga Diludahi Orang

Pasutri ini merasakan kehidupan berat sebagai kaum minoritas. Sang istri pernah diludahi orang karena memakai jilbab

Baca Selengkapnya