Merdeka.com - Belanda akan meminta maaf secara langsung atas perbudakan dan penjajahan yang dilakukan di masa lalu. Perdana Menteri (PM) Belanda Mark Rutte akan menyampaikan permintaan maaf pada Senin hari ini dan kunjungan tingkat menteri ke Karibia dan Suriname.
Namun tanggal yang dipilih dan cara pengumuman yang ditentukan itu menuai kritik. Menurut para pengkritik, cara seperti itu masih ada "perasaan kolonial".
Enam yayasan Suriname menuntut pengadilan agar mendorong permintaan maaf disampaikan pada 1 Juli 2023, bertepatan dengan peringatan 150 tahun perbudakan yang secara resmi berakhir di koloni Belanda.
"Jika ada permintaan maaf, itu harus pada 1 Juli, yang merupakan tanggal emansipasi kami, ketika mereka melepas belenggu kami," kata DJ Etienne Wix dari radio komunitas mArt, dikutip dari BBC, Senin (19/12).
Lebih dari 600.000 orang dari Afrika dan Asia diperdagangkan para pedagang Belanda antara abad ke-17 dan ke-19.
Laki-laki, perempuan, dan anak-anak yang diperbudak dipaksa bekerja di perkebunan gula, kopi dan tembakau, di tambang dan sebagai budak rumah tangga di "Dunia Baru", tanah jajahan di Amerika dan Karibia. Mereka mengalami kekerasan fisik, mental dan seksual yang ekstrem.
Hasil dari kerja brutal ini memperkaya Kerajaan Belanda dan berkontribusi pada "Zaman Keemasan", periode kemakmuran ekonomi di abad ke-17 yang membuat Belanda menyaksikan kemajuan besar dalam ilmu pengetahuan dan budaya.
Di provinsi barat Belanda saja, sebuah penelitian Dewan Riset Belanda menemukan 40 persen pertumbuhan ekonomi antara tahun 1738 dan 1780 dapat dikaitkan dengan perbudakan.
"Belanda adalah salah satu masyarakat Eropa yang berkaitan paling langsung dan luas dengan perbudakan," kata Pepijn Brandon, profesor Sejarah Ekonomi dan Sosial Global di Free University of Amsterdam yang menerbitkan penelitian tersebut.
Brandon meyakini terjadi pergeseran persepsi publik terkait warisan perbudakan Belanda selama dekade terakhir dengan pengakuan bahwa kolonialisme dan perbudakan menjadi penyebab utama Belanda menjadi negara perdagangan terkemuka dunia.
Rencana permintaan maaf muncul sepekan setelah adanya laporan orang-orang di dalam kementerian luar negeri Belanda mendapat komentar rasis, dan beberapa bahkan tidak bisa naik jabatan warna kulit atau asal etnis mereka.
Di kementerian tersebut, negara-negara Afrika disebut sebagai "negara monyet" dalam komunikasi internal.
Menteri luar negeri lalu meminta maaf. Wakil PM, Wopke Hoekstra mengakui laporan tersebut dapat merusak reputasi Belanda di luar negeri.
Belanda dituduh melanggengkan dan melembagakan rasisme.
Menurut laporan statistik Belanda, orang keturunan migran rata-rata memiliki rumah yang lebih kecil, prestasi pendidikan dan pendapatan yang lebih rendah, dan kesehatan yang lebih buruk, menurut laporan Statistik Belanda.
"Migran diperlakukan sebagai warga negara kelas dua sejak awal," jelas Profesor Brandon.
"Ini diterjemahkan sebagai posisi awal yang tidak setara. Dan kemudian rasisme sebagai pembenaran perbudakan, yang terlihat hari ini."
Bersamaan dengan permintaan maaf resmi, pemerintah Belanda berjanji mengalokasikan 200 juta Euro untuk proyek kesadaran dan berjanji mengalokasikan 27 juta Euro untuk museum perbudakan.
Sekitar 70 persen masyarakat Afrika-Karibia di Belanda, yang sebagian besar terdiri dari keturunan budak, percaya bahwa permintaan maaf itu penting. Namun dalam populasi yang lebih luas, hampir separuh orang Belanda tidak mendukung permintaan maaf, sementara 38 persen mendukungnya, menurut jajak pendapat I&O Research.
Ada yang berpendapat bukan mereka atau nenek moyang mereka yang memperbudak atau mengambil keuntungan dari kolonialisme sehingga menolak konsep permintaan maaf kolektif.
Direktur Lembaga Nasional Pengkajian Perbudakan Belanda dan warisannya, Linda Nooitmeer mengatakan permintaan maaf memungkinkan orang untuk melihat ke masa depan dan mempertimbangkan langkah selanjutnya.
"Fokusnya harus pada bagaimana kita dapat memperbaiki, bagaimana kita mengembalikan semua yang telah rusak, tidak hanya di koloni tetapi juga di sini di Belanda," jelasnya.
Seperti banyak negara Barat, partai-partai sayap kanan juga menentang permintaan maaf tersebut.
Thierry Baudet, pemimpin Forum untuk Partai Demokrasi, mengatakan kelompoknya "tidak melihat sikap seperti itu ada gunanya".
Selain permintaan maaf pemerintah, Raja Willlem-Alexander telah menugaskan penyelidikan independen terhadap peran keluarga kerajaan Belanda di masa kolonial dan masa pascakolonial. [pan]
Baca juga:
Perjalanan Hidup Djainem Moeridjan, Dukun Jawa yang Tinggal di Belanda
Bertemu PM Belanda, Jokowi Dorong Kerja Sama Penanggulangan Kejahatan Lintas Batas
Bule Cantik Asal Belanda Jualan Mi Ayam & Bakso di Yogyakarta, Warungnya Sederhana
Tak Tahu Dirinya Hamil, Seorang Perempuan Tiba-Tiba Melahirkan di Pesawat
Panas, Ini Selebrasi Provokatif Messi di Depan Louis van Gaal
Penyanyi Belanda Ini Sangat Rindu Indonesia, Pernah Ciptakan Lagu 'Nasi Goreng'
Advertisement
Awalnya Bukan untuk Ibadah, Sejak Kapan Manusia Mulai Berpuasa? Begini Sejarahnya
Sekitar 58 Menit yang laluPM Thailand Bubarkan Parlemen, akan Gelar Pemilu pada Mei
Sekitar 13 Jam yang laluSatu Set Alat Tulis Berusia 1.600 Tahun Ditemukan Saat Penggalian, Ini Lokasinya
Sekitar 14 Jam yang laluPekerja Proyek Temukan Patung Marmer Kaisar Romawi Terkubur Ribuan Tahun di Selokan
Sekitar 15 Jam yang laluArkeolog Terkejut Saat Temukan Kutukan Orang Yahudi Berusia 1.500 Tahun, Ini Wujudnya
Sekitar 15 Jam yang laluTemuan 6 Mata Kapak Prasejarah di Inggris Merombak Catatan Sejarah Peradaban Manusia
Sekitar 17 Jam yang laluCari Cincin Kawin Kakek yang Hilang, Bocah Ini Malah Temukan Perhiasan 1.500 Tahun
Sekitar 18 Jam yang lalu"Tangan Hercules" Zaman Romawi Ditemukan di Yordania, Ukurannya Terbesar di Dunia
Sekitar 19 Jam yang laluAda Istana Misterius di Dasar Danau Turkiye, Usianya Diduga 3.000 Tahun
Sekitar 19 Jam yang laluSidik Jari Misterius Berusia 3000 Tahun Ungkap Cara Orang Zaman Besi Bangun Rumah
Sekitar 21 Jam yang lalu10 Lelucon Tertua di Dunia dari Soal Seks Sampai Kentut, Mana yang Paling Lucu?
Sekitar 1 Hari yang laluKeakraban Kombes Bhirawa dengan Perwira Tinggi, Ada Jenderal Berpengaruh di KPK
Sekitar 3 Menit yang laluPolisi Tangkap 379 Pelaku Kejahatan dalam Waktu 15 Hari
Sekitar 9 Jam yang laluPolisi RW Bongkar Prostitusi di Tambora Jakbar
Sekitar 11 Jam yang laluMenguak Modus 'Menembak di Atas Kuda' Lima Polisi Calo Bintara Polda Jateng
Sekitar 15 Jam yang laluVIDEO: Mahfud Duga Sambo Tak Akan Dieksekusi Mati, Hukuman Jadi Seumur Hidup
Sekitar 21 Jam yang laluTeddy Minahasa 'Boyong' Ahli Forensik Pernah Bela Eliezer Sebagai Saksi Meringankan
Sekitar 4 Hari yang lalu10 Tas Mewah Istri Para Pejabat Indonesia, Mulai Sambo sampai Rafael Alun
Sekitar 5 Hari yang laluCEK FAKTA: Ferdy Sambo Berlutut dan Mengemis Minta Ampun ke Bharada E?
Sekitar 6 Hari yang laluLPSK Cabut Perlindungan Richard Eliezer Buntut Wawancara TV, Ini Kata Pengacara
Sekitar 1 Minggu yang laluAlasan LPSK Cabut Perlindungan Bharada Richard Eliezer
Sekitar 1 Minggu yang laluLPSK Cabut Perlindungan Terhadap Bharada Richard Eliezer
Sekitar 1 Minggu yang laluCEK FAKTA: Hoaks Permintaan Terakhir Sambo Satu Sel dengan Putri Sebelum Dihukum Mati
Sekitar 1 Minggu yang laluTOP NEWS: Harta Miliaran Rafael Terbongkar | LPSK Kecewa Berat Eliezer Langgar Aturan
Sekitar 6 Hari yang laluLPSK Cabut Perlindungan, Bharada E akan Diperlakukan Seperti Ini oleh Polisi
Sekitar 1 Minggu yang laluVIDEO: Duduk Perkara Hingga LPSK Cabut Perlindungan Buntut Eliezer Wawancara di TV
Sekitar 1 Minggu yang laluVaksin IndoVac Sudah Bisa Digunakan Sebagai Booster Kedua Masyarakat 18 Tahun ke Atas
Sekitar 1 Minggu yang laluHoaks, Kemenkes Terbitkan Artikel Pria Tak Vaksinasi Berefek pada Kualitas Sperma
Sekitar 3 Minggu yang laluBRI Liga 1: Barito Putera Moncer di Tangan RD, Persis Siapkan Dua Modal untuk Amankan Poin Penuh
Sekitar 34 Menit yang laluAdvertisement
Advertisement
AM Hendropriyono
Guru Besar Sekolah Tinggi Intelijen Negara
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami