Para Pahlawan Tanpa Tanda Jasa yang Bernasib di Ujung Tanduk karena Menolak Takluk
Merdeka.com - Menteri Pendidikan Hong Kong mengungkapkan lembaganya sedang memproses keluhan yang relatif serius terhadap para guru setelah lembaga itu melarang salah seorang yang dituduh menyebarkan separatisme di ruang kelas seumur hidup.
Tetapi Menteri Pendidikan Kevin Yeung Yun-hung pada Sabtu mengatakan, pihaknya belum mengambil keputusan tentang “satu atau dua” kasus luar biasa, dan apakah lembaganya juga akan mencabut registrasi guru atau semacam NIK seumur hidup.
Biro Pendidikan awal pekan ini mengatakan telah mencabut nomor terdaftar seorang guru di Sekolah Dasar Alliance di Kowloon Tong dan melarang guru itu menginjakkan kaki di sekolah mana pun di kota itu.
“Apakah para guru akan menghadapi pencabutan registrasi tergantung pada apa tanggapan mereka,” kata Yeung pada sebuah program radio, dilakutip dari South China Morning Post, Senin (12/10).
Sebaliknya, lanjutnya, kasus tersebut mungkin menyangkut kemampuan dan sikap, karena ia menuduh beberapa guru tidak profesional dalam mengajar.
Kebebasan berpendapat
Yeung dan lembaganya berada di bawah pengawasan ketat sejak Senin, ketika mereka mengumumkan langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mencabut registrasi guru yang tidak disebutkan namanya atas dasar kesalahan profesional.
Mereka menuduhnya menyiapkan materi pelajaran untuk mata pelajaran pendidikan kehidupan untuk menyebarkan pesan pro-kemerdekaan kepada lima siswa SD.
Kekhawatiran badan ini termasuk lembar kerja yang meminta siswa menjawab pertanyaan tentang kebebasan berpendapat dan kemerdekaan Hong Kong, berdasarkan sebuah film dokumenter yang menampilkan cuplikan suara dari Andy Chan Ho-tin, pendiri Partai Nasional Hong Kong, sebuah kelompok yang dilarang.
Biro tersebut juga memberikan teguran dan peringatan atas "pengawasan yang lemah" kepada mantan kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan tiga guru lain yang mengajar mata pelajaran tersebut.
Guru yang dilarang mengunggah pesan online berterima kasih kepada para pendukungnya.
“Pesan dan sorak-sorai Anda membentuk pilar terpenting dari apa yang telah melindungi sektor pendidikan di Hong Kong,” tulisnya dalam unggahan di halaman Facebook Professional Teachers 'Union.
Menyebarkan separatisme
Yeung menghadapi tekanan dari kedua sisi perpecahan politik, dengan mantan pemimpin Hong Kong Leung Chun-ying menuduh biro tersebut gagal bersikap transparan.
Sebuah kelompok yang ia dirikan, 803 Funds Limited, sebelumnya mengajukan gugatan hukum ke Pengadilan Tinggi setelah Yeung menolak memberikan rincian tentang guru yang dikecam, serta nama sekolah mereka.
Menteri pendidikan menanggapi tuduhan Leung pada Sabtu, mengatakan "orang luar mungkin tidak sepenuhnya memahami kesulitan".
“Beberapa orang mungkin berpikir itu sederhana dan lugas. Apa gunanya memberitahu nama (guru itu)?" tambahnya.
Wakil Menteri Pendidikan Chan Siu Suk-fan, yang bergabung dengan Yeung di acara radio tersebut mengatakan jika para guru dicabut pendaftarannya, mereka tidak bisa lagi direkrut, jadi identitas mereka tidak lagi relevan.
Tetapi, lanjutnya, mereka yang diberi hukuman lebih ringan, seperti teguran atau peringatan, seringkali akan membaik. Para pejabat mendukung keputusan mereka tentang pelarangan tersebut, dengan mengatakan mereka yakin guru telah menggunakan topik kebebasan berekspresi sebagai sarana untuk menyebarkan separatisme selama sisa jam pelajaran.
Yeung menolak anggapan itu ada hubungannya dengan guru yang tidak cukup sensitif politik. Sebaliknya, ini adalah masalah faktual mengenai tatanan konstitusional Hong Kong.
Seorang penelepon menuduh Yeung gagal memberikan bukti rinci meski berulang kali mengatakan telah ada penyelidikan "menyeluruh dan komprehensif".
Dia juga mempermasalahkan Yeung karena mengklaim sebagian besar orang tua akan setuju dengannya, meskipun tidak memberikan bukti apapun.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Belasan Pelajar Pelaku Tawuran di Tangerang Ditangkap Polisi, Celurit hingga Pedang Disita
Baca SelengkapnyaPria panglima perang ini dianggap penjajah Belanda sangat berbahaya dan kuat dibandingkan dengan pemimpinnya sendiri.
Baca SelengkapnyaDemi menebus asa membangun sekolah, seorang polisi rela menyisihkan gaji untuk menabung.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Ada empat tersangka ditangkap di Jawa Tengah yang membawa barang bukti 51 kilogram sabu dengan modus kamuflase menjadi teh China.
Baca SelengkapnyaDirjen HAM menyebut tindakan merundung bisa mencederai martabat dan merugikan seseorang.
Baca SelengkapnyaSimak cerita di balik tempat bersejarah dan saksi bisu ditangkapnya Pangeran Diponegoro.
Baca SelengkapnyaNamanya dianggap terlalu Jawa hingga tidak diizinkan sekolah di institusi pendidikan milik Belanda
Baca SelengkapnyaTiga remaja sok jago di jalanan tak berkutik saat digelandang ke Polsek Cibinong hingga ibu mereka dipanggil
Baca Selengkapnya