Myanmar Laporkan Dua Kasus Pertama Virus Corona

Merdeka.com - Myanmar melaporkan kasus pertama virus corona yang menginfeksi dua pria yang baru saja bepergian ke Amerika Serikat (AS) dan Inggris.

Awalnya negara ini mengklaim tak ada temuan kasus Covid-19, kendati berbatasan langsung dengan China, yang merupakan pusat pandemi.

Kementerian Kesehatan Myanmar mengatakan, seorang pria 36 tahun berkunjung ke AS dan pria 26 tahun baru saja kembali dari Inggris dites positif virus corona. Kedua pasien adalah warga negara Myanmar.

"Investigasi berlangsung terkait riwayat orang yang pernah terlibat kontak dengan dua pasien ini," jelas kementerian tersebut dalam sebuah pernyataan pada Senin, dikutip dari Reuters, Rabu (25/3).

Berita kasus terkonfirmasi ini memicu kepanikan dan warga menyerbu supermarket untuk berbelanja di ibu kota perdagangan Yangon.

Pekan lalu, Myanmar menutup perbatasan daratnya dan melarang perkumpulan massa, termasuk Tahun Baru Buddha. Bioskop juga telah ditutup, sementara bar dan restoran tetap buka.

Juru bicara pemerintah, Zaw Htay mengatakan dalam konferensi pers sebelumnya, "gaya hidup dan pola makan penduduk Myanmar" melindungi negaranya dari virus.

Para dokter mengungkapkan kekhawatirannya terjadi wabah besar mengingat sistem kesehatan yang buruk di negara itu. Sistem kesehatan Myanmar masuk peringkat terburuk di dunia. Banyak pelayanan kesehatan dijalankan sukarelawan dan bantuan kelompok.

Juru bicara Kementerian Kesehatan, Khin Khin Gyi mengatakan pada Senin malam, pemerintah melakukan sekitar 300 tes. Populasi Myanmar saat ini sebanyak 51 juta.

"WHO mengatakan, 'tes, tes, tes'. Tapi siapa yang harus kami tes? Katanya secara khusus kami harus tes kasus suspect. Kami tidak tes sembarang orang," kata dia.

Khin Khin Gyi mengatakan, sampai baru-baru ini, setiap tes harus disetujui oleh komite pusat yang berbasis di ibukota Naypyitaw.

Ribuan pekerja migran telah kembali ke desa-desa di seluruh negara itu dalam beberapa hari terakhir dari Thailand, yang telah mengkonfirmasi ratusan kasus, meningkatkan kekhawatiran penyebaran virus lebih luas.