Merdeka.com - Sebuah video berdurasi 20 menit menampilkan belasan fasilitas penahanan Uighur di Xinjiang, China, memberikan bukti baru seputar tindakan keras China terhadap etnis minoritas di wilayah tersebut.
Video itu direkam pria China bernama Guanguan, yang pergi ke Xinjiang setelah membaca serangkaian artikel dari BuzzFeed News, yang mengindikasikan lokasi beberapa pusat tahanan di wilayah itu.
Video tersebut, yang awalnya diunggah di YouTube pada Oktober, telah menarik perhatian para peneliti dan akademisi yang fokus memantau tindakan keras skala besar China terhadap etnis minoritas di Xinjiang. Alison Killing, seorang arsitek yang bekerja sama dengan BuzzFeed News yang membuat peta citra satelit kamp tersebut, mengatakan informasi baru dari video itu membenarkan apa yang mereka yakini terjadi di Xinjiang.
“Ketika Anda bekerja dengan citra satelit, Anda selalu bergantung pada sumber informasi lain untuk memperkuat apa yang sedang Anda cari,” jelasnya kepada Deutsche Welle, dikutip Selasa (23/11).
“Bisa jadi video-video di lapangan, seperti apa yang kita lihat di sini (citra satelit).”
Hal lain yang memperkuat perkiraan para peneliti juga termasuk wawancara para mantan tahanan dan informasi dari jurnalis yang mengunjungi kamp penahanan tersebut. Killing menambahkan, video Guanguan membantu mengonfirmasi apakah fasilitas tersebut merupakan penjara atau pusat penahanan.
Pengacara HAM Uighur, Rayhan Asat mengatakan, tayangan video mentah itu menambah dokumentasi terkait tindakan keras China yang berlangsung di Xinjiang dan “mementahkan propaganda dan disinformasi negara terkait ‘Happy Uighur’”.
“Saya berharap lebih banyak orang China seperti pemuda pemberani ini akan mendukung sesama warga negaranya,” jelas Asat kepada DW.
“Saya pernah mengunjungi Xinjiang di 2019 menggunakan sepeda, tapi tujuan kunjungan saya kali ini benar-benar berbeda,” jelas Guanguan dalam videonya.
“Saya membaca sebuah kisah di BuzzFeed News, yang mana para wartawan mengidentifikasi lokasi banyak pusat tahanan di Xinjiang melalui perbandingan citra satelit."
Dia mengikuti peta satelit Mapbox yang dibuat BuzzFeed, bersama citra satelit dari Peta Baidu China untuk merekam 18 fasilitas penahanan di delapan kota di Xinjiang. Ketika video itu diunggah di akun YouTubenya bulan lalu, diyakini Guanguan pergi ke Xinjiang dan merekam kamp tahanan itu pada 2020, berdasarkan kicauannya di Twitter.
“Karena regulasi pemerintah China, sekarang sangat sulit bagi jurnalis asing mendapatkan akses ke Xinjiang untuk melakukan wawancara. Saya berpikir, walaupun jurnalis asing tidak bisa pergi ke Xinjiang, saya masih bisa ke sana,” jelasnya di video.
Guanguan memulai perjalananya di kota Hami, di wilayah timur, di mana dia menuju Pusat Rehabilitasi Narkoba Wajib Isolasi Hami. Gedung ini tidak muncul di Peta Baidu, dan palang besi di jendela juga pagar kawat berduri membuatnya curiga bangunan tersebut bisa jadi sebuah kamp penahanan.
Selanjutnya, dia pergi ke Kabupaten Otonomi Mori Kazakh di Xinjiang, di mana dia merekam pusat penahanan dengan menara pengawas dan dikelilingi kamera pemantau atau CCTV. Dia kemudian berkendara menuju Pusat Penahanan Kabupaten Mori. Tidak ada dari fasilitas-fasilitas tersebut yang muncul di Baidu.
Ketika dia tiba di Urumqi, ibu kota Xinjiang, dia melewati beberapa fasilitas dengan menara pengawas dan pagar kawat berduri tinggi, yang semuanya merupakan ciri khas fasilitas penahanan di Xinjiang. Slogan seperti "reformasi melalui tenaga kerja dan transformasi budaya" juga tertulis di dinding beberapa bangunan.
Advertisement
Pada Juli, Associated Press (AP) mengunjungi sebuah sel di Pusat Penahanan Urumqi No. 3 di Dabancheng, Xinjiang, menggambarkan fasilitas tersebut sebagai “yang terbesar di negara tersebut dan mungkin di dunia, dengan sebuah kompleks yang membentang di atas area seluas 220 hektar.”
AP memperkirakan bahwa pusat penahanan tersebut bisa menampung sekitar 10.000 orang dan jauh lebih banyak lagi jika penuh, berdasarkan citra satelit dan sel serta bangku-bangku terlihat selama kunjungan tersebut.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah China menggambarkan penahanan massal sekitar 1 juta atau lebih etnis minoritas di Xinjiang sebagai “perang terhadap teror”. Warga Uighur dilaporkan dibawa ke kamp penahanan di seluruh Xinjiang dan penyintas perempuan yang telah keluar dari kamp itu menuding pemerintah China memperkosa atau melakukan pelecehan seksual secara sistematis terhadap perempuan Uighur di kamp-kamp tersebut.
Guanguan juga menyebut dalam video selama kunjungan pertamanya ke Xinjiang, beberapa warga China Han setempat mengatakan kepadanya, sejumlah besar orang Uighur telah dipindah ke wilayah lain sebagai buruh berupah murah.
Karena Guanguan memamerkan wajahnya di video itu, banyak orang mengkhawatirkan keselamatannya. Dalam sebuah video yang diunggah di saluran YouTubenya pada Jumat, Guanguan mengatakan dia berharap tayangan fasilitas penahanan itu bisa diteruskan sebagai bukti.
“Saya tidak punya kemampuan untuk secara langsung menantang pemerintah China, tetapi inilah yang dapat saya lakukan dalam batas-batas kemampuan saya,” ujarnya.
Rabu lalu, juru bicara pemerintah regional Xinjiang, Xu Guixiang, mengatakan pihaknya telah mengambil tindakan kuat, tegas, dan efektif untuk melawan terorisme dan berhasil.
Seperti dikutip koran pemerintah China, Global Times, Xu mengatakan walaupun ada perbedaan suara-suara soal kebijakan di Xinjiang untuk melawan terorisme dan radikalisasi, sejarah akan membenarkannya.
Dia menambahkan, bagi mereka yang ingin memanfaatkan topik Xinjiang untuk mencampuri urusan dalam negeri China, upaya tersebut bakal gagal.
Kementerian Luar Negeri China juga menerbitkan pernyataan pada hari itu.
“Saya ingin menekankan bahwa isu berkaitan dengan Xinjiang intinya soal melawan terorisme, radikalisasi, dan separatisme, bukan soal HAM atau agama,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian.
“Dalam menghadapi situasi kontraterorisme yang rumit dan berat, Xinjiang telah mengambil sejumlah langkah deradikalisasi yang tegas, kuat, dan efektif. Akibatnya, Xinjiang tidak melihat kasus teroris kekerasan selama lima tahun berturut-turut." [pan]
Baca juga:
Tak Masuk Daftar 43 Negara Kecam China Atas Isu Uighur, Indonesia Pilih Jalan Lain
Masuk Daftar Orang Paling Dicari Interpol, Aktivis Uighur Ditangkap di Maroko
Senat AS Sahkan UU Larangan Impor dari Xinjiang China
AS Jatuhkan Sanksi ke Lima Perusahaan China karena Terlibat Pelanggaran HAM Uighur
Laporan: Kebijakan China Sebabkan Angka Kelahiran Etnis Uighur Anjlok
Orang-Orang Uighur yang Dideportasi dan Menghilang dari Negara Muslim
Temuan Tinja di Situs Stonehange Ungkap Makanan yang Dikonsumsi Manusia Purba
Sekitar 11 Jam yang laluDokter di Sri Lanka Dihantui Kecemasan Karena Habisnya Stok Obat-Obatan
Sekitar 13 Jam yang laluPresiden Iran Akan Balas Dendam Atas Pembunuhan Kolonel Garda Revolusi
Sekitar 14 Jam yang laluKorea Utara Abaikan Tawaran Bantuan dan Vaksin Covid dari AS
Sekitar 16 Jam yang laluVolodymyr Zelenskiy: Hanya Diplomasi Bisa Akhiri Perang Rusia-Ukraina
Sekitar 17 Jam yang laluAS Impor 35 Ton Susu Formula dari Jerman untuk Atasi Kelangkaan
Sekitar 18 Jam yang laluJoe Biden: Semua Orang Harus Khawatir dengan Wabah Cacar Monyet
Sekitar 19 Jam yang laluPetinggi Garda Revolusi Iran Dibunuh Orang Tak Dikenal
Sekitar 20 Jam yang laluJokowi Utus Luhut Bereskan Masalah Minyak Goreng
Sekitar 7 Jam yang laluPedagang Warteg Belum Temukan Minyak Goreng Curah Harga Rp14.000 per Liter
Sekitar 17 Jam yang laluLarangan Sudah Dicabut, Pengusaha Akui Masih Sulit Ekspor CPO dan Minyak Goreng
Sekitar 1 Hari yang laluMinyak Goreng Curah di Cirebon Melimpah, Harga per Liter Rp14.500
Sekitar 2 Hari yang laluJokowi Soal Harga BBM: Subsidi APBN Gede Sekali, Tahan Sampai Kapan?
Sekitar 2 Hari yang laluDemo di Patung Kuda, Buruh dan Mahasiswa Bawa Empat Tuntutan Ini
Sekitar 2 Hari yang laluAlternatif Cara Tahan Kenaikan Harga Pertalite dkk Tanpa Tambah Utang
Sekitar 2 Hari yang laluLangkah Pemerintah Batalkan Rencana Kenaikan Harga BBM Hingga Tarif Listrik Tepat
Sekitar 2 Hari yang laluAda Perang Rusia-Ukraina, Airlangga Harap Ekonomi RI Tetap Terjaga
Sekitar 10 Jam yang laluSri Mulyani: Ekonomi RI di Kuartal I Cukup Baik Dibanding Negara Lain
Sekitar 12 Jam yang laluKondisi Hancur Universitas di Bakhmut Diserang Roket Rusia
Sekitar 13 Jam yang laluKasus Covid-19 Tidak Naik, Wamenkes Sebut 99,6% Masyarakat Sudah Punya Antibodi
Sekitar 9 Jam yang laluWamenkes: Covid-19 di Indonesia Ada di Fase Terkendali
Sekitar 13 Jam yang laluKorea Utara Abaikan Tawaran Bantuan dan Vaksin Covid dari AS
Sekitar 16 Jam yang laluPerkembangan Transportasi dan Infrastruktur Dukung Suksesnya Mudik 2022
Sekitar 15 Jam yang laluMenhub Budi: Pembayaran Santunan Kecelakaan Turun 50 Persen saat Mudik 2022
Sekitar 17 Jam yang laluPer 10 Mei, KAI Tolak Berangkatkan 707 Penumpang Terkait Covid-19
Sekitar 1 Minggu yang laluFrekuensi Belanja Masyarakat Meningkat Tajam di Ramadan 2022
Sekitar 2 Minggu yang laluAdvertisement
Advertisement
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami