Ini Penyebab Nelayan WNI Masih Sering Jadi Korban Penculikan Abu Sayyaf
Merdeka.com - Lima nelayan warga negara Indonesia kembali diculik oleh kelompok bersenjata Abu Sayyaf di perairan Malaysia pekan lalu. Padahal sebelumnya tiga nelayan WNI baru saja diculik Abu Sayyaf pada September dan mereka sudah berhasil dibebaskan Desember lalu.
Hingga saat ini, sejak tahun 2016, 44 WNI telah menjadi korban sanderaan.
Lalu mengapa masih saja ada nelayan WNI yang diculik Abu Sayyaf?
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan ketegasannya kepada pihak Malaysia untuk terus melakukan penjagaan dan pengawasan ketat di wilayah perairannya, terutama Sabah. Terlebih hal itu seharusnya dilakukan sejak perjanjian trilateral antara Indonesia, Malaysia dan Filipina telah disepakati.
Menlu Harapkan Kerja Sama dari Pemilik Kapal dan Malaysia
Namun selain itu, dia juga secara tegas menyampaikan kepada para pemilik kapal untuk juga bertanggung jawab apabila anak buah kapalnya mengalami hal apapun, termasuk penyanderaan.
"Saya juga mintakan kepada para pemilik kapal untuk ikut menjaga keselamatan para nelayan Indonesia yang bekerja pada kapal-kapal tersebut," tegas Menlu Retno.
"Jadi para pemilik kapal juga harus mengindahkan aturan-aturan yang diberikan oleh otoritas Malaysia. Maka kalau tidak, korban akan terus terjadi, dan ini tidak bisa kita biarkan terus menerus," tambahnya.
Walaupun sudah menjadi tugas dari Kementerian Luar Negeri untuk terus menjaga keselamatan warga negara ketika berada di luar negeri, namun Menlu Retno tetap mengharapkan adanya kerja sama dari para pemilik kapal dan juga negara tetangga yaitu Malaysia.
Segala upaya ini dilakukan semata-mata agar kejadian serupa tidak lagi terjadi.
Aturan Jam Malam
Sejatinya, pihak pemerintah Malaysia telah menetapkan adanya curfew atau aturan jam malam di wilayah Perairan Sabah. Namun, dalam pelaksanaannya banyak yang melanggar aturan tersebut. Walaupun aturannya sudah ada, masih banyak pemilik kapal yang melaut di daerah tersebut.
"Makanya, seperti disampaikan ibu tadi, pemilik kapal juga bertanggung jawab untuk menjaga keamanan karena awak kapalnya yang mayoritas merupakan WNI," ujar Yudha Nugraha selaku Direktur PWNI BHI Kemlu.
Ia menambahkan bahwa ada harapan dari Indonesia agar pemerintah Malaysia dapat mengintensifkan patroli. Tak hanya itu, ia menyampaikan pemerintah Malaysia dapat bertindak tegas, misalnya jika ada kapal yang melanggar aturan, bisa dikenakan enforcement atau tindakan hukum yang lebih tegas lagi.
Bentuk intensif patroli yang diharapkan adalah penjagaan pada malam hari karena aksi penyanderaan selama ini sering terjadi pada malam hari.
Nelayan WNI juga Butuh Penghidupan
Yudha memperkirakan ada 1.000 hingga 1.500 warga Indonesia yang berprofesi sebagai ABK. Oleh karenanya, ia juga masih mempertimbangkan solusi yang juga harus mempertimbangkan sisi ekonomi dari para nelayan tersebut.
"Tentunya harus ada alternatif ekonomi bagi mereka. Masih kita pikirkan. Tentunya kita juga paham dari sisi keamanan, tidak aman bagi mereka untuk melaut saat ini karena situasinya. Tapi di sisi lain tentunya mereka perlu juga penghidupan," tambahnya lagi.
Menanggapi banyaknya kasus WNI yang menjadi korban sanderaan di wilayah perairan tersebut, Yudha Nugraha mengatakan bahwa para awak kapal yang bekerja di kapal Malaysia dan beroperasi di wilayah perairan Sabah memang mayoritas merupakan WNI.
Reporter: Benedikta Miranti Tri Verdiana
Sumber: Liputan6.com
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Korban terluka akibat terkena sabetan senjata tajam yang diayunkan oleh pelaku
Baca SelengkapnyaKetiganya meninggal pada 31 Maret 2024 lalu usai diterjang luapan sungai saat mencari ikan
Baca SelengkapnyaSetelah korban bekerja sebulan, ia menerima upah yang tak sesuai dengan kesepakatan awal.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pengacara mengatakan kepada majelis hakim pemohon telah menyatakan insaf dan bertobat, dan hanya sekali mengajukan banding ke Mahkamah Tinggi.
Baca SelengkapnyaDua anggota kru ditemukan tidak sadarkan diri di dalam kapal dan telah dibawa ke rumah sakit. Sementara itu, operasi pencarian anggota lainnya masih dilakukan.
Baca SelengkapnyaTim SAR gabungan mengevakuasi satu korban meninggal dunia akibat tenggelamnya KM Yuiee Jaya II di Pulau Kayuadi, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sabtu (16/3).
Baca SelengkapnyaMayjen TNI Kunto Arief Wibowo tak sengaja berjumpa dengan sosok tak terduga saat tengah berjalan santai.
Baca SelengkapnyaMelihat kondisi korban, diyakini keempatnya sudah tewas lebih dari tiga hari.
Baca SelengkapnyaPangdam mengatakan kejadian itu harusnya tidak perlu terjadi di tengah upaya menyelesaikan konflik di Papua.
Baca Selengkapnya