Analis asing bongkar klaim Jokowi ekonomi RI ketiga terbaik dunia
Merdeka.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini dalam beberapa waktu terakhir masuk tiga tertinggi di dunia.
"Kita termasuk ketiga tertinggi dunia setelah China, India, dan kita," kata Jokowi, bulan November 2016 lalu, seperti dikutip dari Antara.
Pernyataan itu membuat jurnalis sekaligus analis ekonomi Jake van der Kamp penasaran untuk mencari tahu. Dari hasil penelitiannya, ternyata pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak sebaik seperti yang digembar gemborkan oleh Jokowi.
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia justru kalah jauh dari India, bahkan masih kalah dengan Mongolia, Timor Leste dan Papua Nugini untuk kawasan Asia.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia merupakan yang ketiga di dunia, setelah India dan China," kata Presiden RI Joko Widodo. Ketiga di dunia, benarkah itu? Dunia yang mana?" kata Van der Kamp.
Khusus untuk wilayah Asia dia menghitung 13 negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi dibandingkan Indonesia yang hanya 5,02 persen.
Antara lain India (7,5), Laos (7,4), Myanmar (7,3), Kamboja (7,2), Bangladesh (7,1), Filipina (6,9), China (6,7) Vietnam (6,2), Pakistan (5,7), Mongolia (5,5), Palau (5,5), Timor Leste (5,5) dan Papua Nugini (5,4).
"Tentunya Indonesia merupakan negara padat dengan 261 juta rakyatnya. Kami tidak bisa benar-benar membandingkannya dengan seperti Timor atau Palau. Jadi mari kita tarik garis di angka 200 juta orang atau lebih," lanjutnya.
Dengan begitu hanya ada enam negara di dunia, khususnya untuk pertumbuhan ekonomi, Indonesia berada di posisi paling bawah dari keenamnya jauh di belakang India, China dan Pakistan. Coba potong lagi jadi 100 juta orang atau lebih maka anda tidak akan menemukannya. Terbawah lagi.
Van Der Kamp meminta Jokowi tak mengumbar fakta yang salah. Dia menemukan, layaknya banyak politikus seluruh dunia, angka produk domestik bruto atau GDP selalu dipakai untuk mengungkap pencapaian terbaik mereka, padahal belum tentu.
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi tidak bisa dibandingkan dengan GDP dan tidak tepat untuk menjadikannya sejajar.
"Analogi terbaik adalah dengan sebuah mobil dengan transmisi manual tiga kecepatan. Dalam istilah pertumbuhan GDP, terdapat tiga tujuan praktis (1) nol sampai 4 persen, (2) 4 sampai 8 persen dan (3) kemungkinan omong kosong. Jangan tanya jika berjalan mundur."
GDP selama ini dijadikan usaha atau alat untuk menandingi perusahaan dunia dan melihat perputaran uang dalam suatu kinerja. Namun, fokus pada GDP menyebabkan beberapa hal tidak teraudit, GDP tidak menunjukkan neraca perusahaan berimbang atau keuntungan dan kerugian serta tidak ada catatan atas itu, yang didapat adalah sebagian pernyataan arus kas.
"Jika perusahaan membeli mobil yang diharapkan dapat terpakai selama lima tahun, itu akan mengurangi seperlima biaya mobil dari keuntungan dan kekayaan bersihnya setiap tahun. Dengan GDP, anda bisa berpura-pura kendaraan itu terus baru selamanya."
GDP selama ini juga menjadi trik yang dipakai akuntan perusahaan. Di mana angka GDP dipisahkan dari setiap komponen lalu disesuaikan dengan inflasi, sehingga bisa menunjukkan kadar pertumbuhan ekonomi.
"Bekerja setiap waktu. Anda tahu itu. Cukup cek angka GDP terakhir dan anda akan melihat mereka memiliki kadar pertumbuhan sebenarnya dalam dua angka desimal; 5,02 persen untuk Indonesia."
(mdk/tyo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2022 yang mencapai 5,31 persen (yoy).
Baca SelengkapnyaDalam menghadapi ketidakpastian global, Jokowi menekankan pentingnya menjaga stabilitas ekonomi Indonesia.
Baca SelengkapnyaJokowi bakal menggelontorkan anggaran agar populasi produktif S2 dan S3 di Indonesia bisa meningkat drastis.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Tantangan berat ketiga berasal dari disrupsi teknologi yang memberikan tekanan besar di sektor ketenagakerjaan.
Baca SelengkapnyaJokowi menekankan pentingnya persatuan dan kerukunan antar masyarakat agar Indonesia menjadi negara maju.
Baca SelengkapnyaKetum Golkar Airlangga Hartarto menyebut Jokowi dan Soeharto menjadi dua presiden terbaik Indonesia.
Baca SelengkapnyaMeskipun Rupiah anjlok sejak awal tahun, Menko Airlangga tetap optimis pertumbuhan ekonomi kuartal I-2024 di angka 5 persen.
Baca SelengkapnyaDia melihat masyarakat riang gembira berbondong-bondong ke TPS.
Baca SelengkapnyaJokowi bersyukur karena pelaksanaan pemilihan umum 2024 berjalan lancar. Jokowi menargetkan arus modal masuk dan investasi kembali masuk ke Indonesia.
Baca Selengkapnya