Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

5 cara Lee Kuan Yew sulap kemiskinan Singapura jadi negara maju

5 cara Lee Kuan Yew sulap kemiskinan Singapura jadi negara maju Mendiang Perdana Menteri Pertama Singapura Lee Kuan Yew. ©REUTERS/Reuters TV/Files

Merdeka.com - Kisah hidup Lee Kuan Yew dipenuhi oleh usaha keras mengatasi hal-hal nyaris mustahil. Bapak bangsa Singapura yang belajar ilmu hukum di Inggris ini tidak menyangka impiannya memajukan kota perdagangan itu membuatnya jadi salah satu politikus paling sukses menggenjot perekonomian sepanjang abad 20.

Selepas Perang Dunia ke-2, impian warga Singapura tidak muluk-muluk. Mereka ingin otonomi lebih besar dari Inggris. Selanjutnya, kota dengan luas hanya separuh DKI Jakarta itu hendak bergabung dengan Federasi Malaya yang lebih dulu memperoleh kemerdekaan pada 1947.

Kota yang pada era kerajaan nusantara terkenal disebut Temasek itu jauh dari makmur pada saat memperoleh kemerdekaan pada 1959. Lee yang belum lama pulang dari Inggris menang pemilu, tapi tidak ada kegembiraan. Dia sadar tugas mahaberat menanti.

Kehancuran infrastruktur masih membayangi akibat ulah tentara pendudukan Jepang selama 1942-1945. Ekspatriat menyebut Singapura saat itu sebagai 'limbah kemelaratan'.

Nyaris 70 persen penduduk miskin, warga peranakan Tionghoa, India, dan etnis lain tidur berjubel di pemukiman kumuh, malaria menjangkit di mana-mana. Belum lagi kondisi Singapura yang tidak memiliki sumber daya alam dan akses air bersih. Bagi Lee selaku Sekjen Partai Aksi Rakyat (PAP) yang menguasai parlemen, menginduk pada Malaysia adalah jalan satu-satunya.

"Pilihan untuk bergabung dengan Malaysia yang masih bernaung di bawah Persemakmuran Inggris paling masuk akal saat itu," kata Lee Kuan Yew, sang perdana menteri pertama Singapura saat merdeka pada 1959, dikutip dari Guardian.

Hilangnya markas Angkatan Laut Inggris juga merontokkan ekonomi Singapura selama 1960-an. Selama ini, kebutuhan militer Negeri Ratu Elizabeth membuka banyak lapangan kerja di Negeri Singa.

Nahas, sepanjang awal 1960 etnis Melayu banyak menyerang penduduk Tionghoa. Warga Singapura merasa terdiskriminasi, sehingga akhirnya Lee dan partainya memberanikan diri berpisah dari Federasi Malaya pada 9 Agustus 1965.

'Kemerdekaan' mendadak itu membuatnya frustrasi. Lee tidak keluar kamar selama empat hari memikirkan nasib warga Singapura.

"Saat kami merdeka, Singapura merupakan kota yang cukup bobrok. Banyak kerusakan sehabis perang, namun kami mulai membangun kembali," cerita Lee Kuan Yew setelah merenung beberapa lama, seperti dilansir Channel News Asia.

Tak mau berlarat-larat pada kesedihan, dia lalu merumuskan lima kebijakan yang sangat terkenal. Hasilnya Singapura di abad 21 adalah negara maju, pendapatan per kapita tertinggi di Asia, disokong kualitas pendidikan dan kesehatan tinggi, serta angka kriminalitas terendah sejagat.

Apa saja jurus ajaib Lee Kuan Yew selama 30 tahun memerintah, yang sukses mengubah nasib Singapura sebagai negara terancam miskin? Berikut rangkumannya:

Wajibkan asuransi dan subsidi rumah warga

Perdana menteri berhaluan sosialis demokrat itu fokus menggenjot produktivitas warga. Caranya, mereka harus mendapat subsidi rumah dan jaminan hari tua agar tidak dibebani urusan selain kerja. 

Kini, 90 persen dari 5,5 juta warga Singapura memiliki rumah berkat skema subsidi negara. Selain itu, seluruh pekerja masuk dalam skema Central Provident Fund (CPF). 

Bila dibandingkan dengan Indonesia, program ini menyerupai Jamsostek atau Taspen. Para pensiunan itu menikmati jerih payah mereka setelah bertahun-tahun dipotong hingga 20 persen dari penghasilan bulanan

Program jaminan sosial ini mendekati pemaksaan. Bila ada warga negara kota itu tak mau ikut serta, siap-siap saja dikenakan pajak penghasilan hingga 60 persen.

Ketika pekerja pensiun, dana yang diperoleh besar. Beberapa mungkin mendadak kaya raya karena memiliki 1 miliar Dolar Singapura di rekening berkat CPF.

Obral zona bebas pajak buat perusahaan asing

Lee Kuan Yew dikenal sebagai politikus pragmatis. Walaupun meyakini nilai-nilai sosialisme semasa kuliah di Inggris, dia menilai Singapura tidak punya modal untuk pembangunan. Alhasil, dia pun gencar mengundang investor asing.

Insentif pengurangan pajak diberikan bagi perusahaan multinasional yang tertarik membangun basis produksi di negara kota itu. Devisa lantas mengalir deras.

Potensi Singapura sebagai kota pelabuhan di jalur maritim strategis dimaksimalkan. Banyak zona bebas pajak disediakan. Alhasil, negara ini sukses menjadi gudang logistik untuk produk ekspor-impor dunia. 

Dari sisi pencatatan ekspor, Singapura akhirnya diuntungkan, karena barang-barang yang dikirim ke pelbagai negara itu sebagian devisanya masuk ke kas negara. Pada 2014, nilai ekspor Negeri Singa mencapai USD 510,3 miliar, jauh di atas Indonesia yang 'hanya' USD 190,04 miliar. 

KB dan pajak jaga laju pertambahan penduduk

Pada 1960-an, Singapura dihantui kekurangan pangan karena jumlah penduduk meledak. Lee Kuan Yew lalu merumuskan bersama timnya cara mengurangi jumlah warga yang kala itu mencapai 2 juta orang.

Akhirnya pemerintah Singapura menjalankan program keluarga berencana. Sistem KB ini dikawinsilangkan dengan pajak. Jadi, bila ada orang tua memiliki lebih dari dua anak, dia akan dibebani pajak tinggi.

Namun, pada akhir 1980-an kebijakan itu ternyata merugikan. Angka kelahiran turun, mengancam angkatan kerja Singapura di masa depan. Akhirnya, dibikin kelonggaran bahwa perempuan lulusan universitas boleh punya anak lebih dari dua. Lee pun mencanangkan program perjodohan difasilitasi negara, ketika jumlah jomblo di Negeri Singa melonjak.

Sampai sekarang, Singapura terus mencari jalan menggenjot tingkat kelahiran Pada perayaan 50 tahun kemerdekaan tahun lalu, bayi yang beruntung mendapat beasiswa mencapai 10.000 Dolar Singapura (setara Rp 93 juta).

Atur gaya hidup warga agar tidak jorok

Menyadari kotanya harus menarik investor asing, Lee Kuan Yew sangat membenci kekumuhan. Citra Singapura harus diubah, bukan lagi negara khas dunia ketiga.

Pemerintahan di era Lee mengeluarkan bermacam aturan yang keras pada gaya hidup jorok. Singapura melarang warganya untuk buang ludah sembarangan dan juga makan permen karet. Bila nekat melanggar, denda ribuan dollar langsung diberikan.

Dia juga mengajarkan warganya untuk disiplin. Tidak boleh ada sampah berceceran di sana. Bahkan ada denda yang sangat tinggi yang diberikan kepada yang melanggar peraturan tersebut.

Lee juga menyuruh warganya untuk menyiram toilet setelah membuang air besar dan kecil. Di Singapura, toilet umum banyak dijumpai di sudut-sudut jalan, dan memang kebersihannya tidak diragukan lagi.

"Kami disebut negara pengasuh (karena mengurusi perilaku warga). Namun hasilnya adalah saat ini kami berperilaku lebih baik dan kami hidup di tempat yang lebih bisa diterima dibanding 30 tahun lalu," kata Lee saat diwawancara BBC.

Batasi kebebasan pers dan oposisi politik

Tak lama setelah berkuasa pada 1959, Lee Kuan Yew sudah memberangus oposisi politik. Dia menahan tanpa peradilan ratusan anggota Partai Komunis Singapura. Alasannya, stabilitas negara lebih penting daripada ekonomi.

Dan rumus itulah yang dia jalankan selama memerintah hingga 1992. Semua media massa milik pemerintah, tidak ada kritik, partai oposisi dikucilkan. Dia menyebutnya sebagai "Demokrasi berlandaskan nilai-nilai Asia."

Lee mengenang segala terobosannya demi memajukan ekonomi Singapura. Dia menyatakan, untuk negara berkembang, demokrasi ala negara Barat merepotkan pembangunan.

"Saya selalu berpikir, ini Singapura. Apa cara yang paling tepat untuk mengatasi masalah di sini? Dan saya bersyukur, saya berhasil meningkatkan harkat dua juta penduduk Singapura," tandasnya.

Di Singapura ada satu kata amat tabu. Jangan sampai media menulis tentang 'nepotisme' melibatkan keluarga mantan Perdana Menteri Lee Kuan Yeuw.

(mdk/ard)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sosok Yusof Ishak, Presiden Pertama Singapura yang Menjabat hingga Akhir Hayatnya, Ternyata Keturunan Minangkabau

Sosok Yusof Ishak, Presiden Pertama Singapura yang Menjabat hingga Akhir Hayatnya, Ternyata Keturunan Minangkabau

Dalam sejarah berdirinya negara Singapura, sosok presiden pertama yang menjabat adalah keturunan Indonesia.

Baca Selengkapnya
Sejarah Gereja Makam Kudus Yerusalem, Pemegang Kunci Dipercayakan pada Keluarga Muslim

Sejarah Gereja Makam Kudus Yerusalem, Pemegang Kunci Dipercayakan pada Keluarga Muslim

Ada fakta unik di balik sejarah Gereja Makam Kudus Yerusalem.

Baca Selengkapnya
Jepang Jadi Negara Kelima Capai Bulan, Pesawat Alami Kendala Sesaat Setelah Mendarat

Jepang Jadi Negara Kelima Capai Bulan, Pesawat Alami Kendala Sesaat Setelah Mendarat

Jepang menyusul AS, Uni Soviet, India dan China yang sebelumnya telah berhasil mendarat di Bulan.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Sejarah Pemilu 2004: Pelaksanaan, Peserta, dan Hasil Pemilihan

Sejarah Pemilu 2004: Pelaksanaan, Peserta, dan Hasil Pemilihan

Pemilu 2004 menjadi pemilihan bersejarah karena untuk pertama kalinya rakyat dapat memilih langsung presiden dan wakil presiden mereka.

Baca Selengkapnya
Makna Demokrasi, Tujuan, dan Prinsipnya, Perlu Diketahui

Makna Demokrasi, Tujuan, dan Prinsipnya, Perlu Diketahui

Dalam sistem demokrasi, rakyat memegang kekuasaan tertinggi.

Baca Selengkapnya
Strategi Pemerintah Atasi Kelangkaan Beras, Termasuk Buka Keran Impor

Strategi Pemerintah Atasi Kelangkaan Beras, Termasuk Buka Keran Impor

Harapannya, langkah itu bisa menambah suplai untuk memenuhi permintaan masyarakat.

Baca Selengkapnya
Jadi Kudapan Khas Pandeglang, Ini Fakta Menarik Kue Jojorong yang Sudah Ada Sejak Kesultanan Banten

Jadi Kudapan Khas Pandeglang, Ini Fakta Menarik Kue Jojorong yang Sudah Ada Sejak Kesultanan Banten

Siapapun yang mencicipi kue Jojorong dijamin langsung jatuh hati lewat rasa manis gurihnya. Kue ini juga sarat filosofi.

Baca Selengkapnya
Pemilu 2019 Tanggal Berapa? Berikut Pelaksanaan dan Pemenangnya

Pemilu 2019 Tanggal Berapa? Berikut Pelaksanaan dan Pemenangnya

Pemilu 2019 menandai pemilihan presiden keempat dalam era reformasi Indonesia.

Baca Selengkapnya
Terbunuhnya Mahatma Gandhi 30 Januari 1948, Berikut Sejarahnya

Terbunuhnya Mahatma Gandhi 30 Januari 1948, Berikut Sejarahnya

Mahatma Gandhi, lahir pada 2 Oktober 1869 di Porbandar, India, dikenal sebagai pemimpin revolusioner dan arsitek gerakan kemerdekaan India.

Baca Selengkapnya