Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

117 Juta Anak Terancam Tidak Mendapatkan Imunisasi Akibat Pandemi Corona

117 Juta Anak Terancam Tidak Mendapatkan Imunisasi Akibat Pandemi Corona imunisasi difteri. ©2017 merdeka.com/arie basuki

Merdeka.com - Sebanyak 117 juta anak di seluruh dunia diperkirakan kehilangan kesempatan mendapatkan imunisasi campak akibat wabah Covid-19. Selain kebijakan social distancing dan lockdown yang diterapkan oleh berbagai negara saat ini, pelayanan kesehatan juga diprioritaskan untuk menangani pasien corona.

Pandemi Corona juga membuat kampanye imunisasi campak di 24 negara telah ditunda yang berpotensi menempatkan anak-anak di 37 negara dalam risiko, menurut lembaga Inisiatif Campak & Rubella (M&RI), yang didukung oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan UNICEF.

"Jika pilihan yang sulit untuk menghentikan vaksinasi diambil karena penyebaran Covid-19, kami mendesak para pemimpin untuk mengintensifkan upaya untuk melacak anak-anak yang tidak divaksinasi, sehingga populasi yang paling rentan dapat diberikan vaksin campak segera setelah itu memungkinkan untuk dilakukan," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan dilansir Reuters, Selasa (14/4).

"Sementara kita tahu ada banyak tuntutan pada sistem kesehatan dan pekerja garis depan selama dan setelah ancaman Covid-19, memberikan semua layanan imunisasi, termasuk vaksin campak, sangat penting untuk menyelamatkan jiwa."

Penyakit pernapasan Covid-19 telah menewaskan lebih dari seratus ribu orang dan membuat negara-negara di dunia menerapkan kebijakan karantina wilayah atau lockdown untuk mencoba menghentikan penyebaran virus corona.

Di tengah pandemi corona ini, lonjakan wabah campak merupakan ancaman kesehatan global utama lainnya. WHO mengatakan pada Desember lalu bahwa campak telah menginfeksi hampir 10 juta orang pada tahun 2018 dan membunuh 140.000, kebanyakan anak-anak..

Penyakit akibat virus ini sangat menular tetapi dapat dicegah dengan imunisasi massal, yang dilakukan terhadap bayi dan anak-anak sebagai bagian dari layanan kesehatan rutin.

Dengan perjuangan melawan Covid-19 di sebagian besar negara yang difokuskan pada upaya menjaga petugas kesehatan agar tetap aman dari infeksi dan menerapkan langkah-langkah jarak sosial yang ketat, WHO telah merekomendasikan bahwa pemerintah untuk sementara menghentikan kampanye imunisasi pencegahan, seperti imunisasi campak, ketika tidak ada wabah aktif dari penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin itu.

Di banyak bagian Afrika, proyek bantuan medis yang biasanya mencakup campak dan kampanye vaksin lainnya terhenti karena negara-negara telah menutup perbatasan mereka dan membatasi layanan kesehatan rutin akibat pandemi.

Kelompok M&RI mengatakan mereka mendukung perlunya melindungi masyarakat dan petugas kesehatan dari Covid-19, tetapi memperingatkan bahwa ini tidak berarti bahwa anak-anak secara permanen kehilangan kesempatan.

"Upaya mendesak harus diambil sekarang untuk bersiap menutup celah kekebalan yang akan dieksploitasi oleh virus campak," katanya.

(mdk/bal)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Covid-19 Naik Lagi, Menkes Minta Masyarakat Pakai Masker Selama Libur Akhir Tahun
Covid-19 Naik Lagi, Menkes Minta Masyarakat Pakai Masker Selama Libur Akhir Tahun

Imbauan ini mengingat penularan Covid-19 dilaporkan kembali meningkat dalam beberapa waktu terakhir.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 Muncul lagi, Sekda Jateng Sebut yang Terpapar Karena Belum Booster
Kasus Covid-19 Muncul lagi, Sekda Jateng Sebut yang Terpapar Karena Belum Booster

Terkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.

Baca Selengkapnya
Begini Cara Agar Anak Tak Gampang Sakit di Musim Hujan, Orangtua Wajib Tahu
Begini Cara Agar Anak Tak Gampang Sakit di Musim Hujan, Orangtua Wajib Tahu

Di musim hujan, anak-anak rentan sakit. Karenanya sebagai orangtua, Anda wajib mengantisipasi dan melakukan pencegahan.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia
Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia

Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.

Baca Selengkapnya
Cerita di Balik Unggahan Viral Bayi Usia 2 Hari di Klaten Meninggal Usai Dipijit Neneknya
Cerita di Balik Unggahan Viral Bayi Usia 2 Hari di Klaten Meninggal Usai Dipijit Neneknya

Peristiwa bayi berusia 2 hari meninggal usai dipijat nenek itu sudah diunggah pada 31 Desember 2023 lalu.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 Meningkat, Penumpang Kereta Api Wajib Pakai Masker
Kasus Covid-19 Meningkat, Penumpang Kereta Api Wajib Pakai Masker

Imbauan ini seiring meningkatnya angka kasus Covid-19 di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir.

Baca Selengkapnya
Anggaran Kesehatan di 2023 Capai Rp183,2 Triliun, Tak Ada Lagi Dana untuk Covid-19
Anggaran Kesehatan di 2023 Capai Rp183,2 Triliun, Tak Ada Lagi Dana untuk Covid-19

Berikut rincian penyaluran anggaran kesehatan di 2023.

Baca Selengkapnya
Jokowi ke Menkes soal Kasus Covid-19: Amati Betul Secara Detail Perkembangannya Seperti Apa
Jokowi ke Menkes soal Kasus Covid-19: Amati Betul Secara Detail Perkembangannya Seperti Apa

Informasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.

Baca Selengkapnya
Sampah Sisa Perayaan Tahun Baru di Jakarta Capai 130 Ton, Terbesar setelah Pandemi Covid
Sampah Sisa Perayaan Tahun Baru di Jakarta Capai 130 Ton, Terbesar setelah Pandemi Covid

jumlah sampah yang terkumpul selama malam perayaan tahun baru 2024 di Jakarta mencapai 130 ton.

Baca Selengkapnya