Versi remake dari 7 film lawas Indonesia ini pasti seru!
Merdeka.com - Gegap gempita film Indonesia memang sedang baik-baiknya sekarang ini. Meskipun masih banyak saja film yang kurang secara kualitas, kebangkitan yang ada sekarang ini harus dipertahankan. Untuk semakin meramaikan sinema Indonesia dengan film-film berkualitas, berikut adalah film lawas berkualitas yang harus dibuat ulang dengan setting masa kini.
"Olga dan Sepatu Roda" (1992)
Film yang melambungkan nama Desy Ratnasari ini cukup iconic. Kisah tentang seorang anak SMA yang keranjingan main sepatu roda sebetulnya adalah tema yang simpel, namun sutradara Achiel Nasrun saat itu mengemasnya dengan sangat baik. Hilman Hariwijaya, penulis "Lupus" pun juga ikut andil membantu Achiel. Tak heran, nuansa kehidupan khas anak SMA begitu kental terasa.
Sinetron ini sempat di-remake menjadi sinetron, dengan Ine Febriyanti sebagai pemeran Olga. Sinetron tersebut cukup sukses. Pastinya akan jadi lebih seru jika anak muda zaman sekarang bisa menikmati cerita Olga juga.
"Sesal" (1994)
Film yang memasangkan suami-istri harmonis, Widyawati dan Sophan Sophian ini dulu begitu laris manis. Hingga beberapa tahun setelah peluncuran pertamanya, "Sesal" masih sering diputar di berbagai stasiun televisi nasional. Kisah tentang seorang istri yang tidak begitu diperhatikan oleh suami ini berhasil menguras air mata penonton di akhir cerita.
Sepertinya akan seru jika pemeran utama versi remake-nya adalah Rianti Cartwright atau Acha Septriasa, dipasangkan dengan Fedi Nuril atau Dwi Sasono.
"Kabut Sutra Ungu" (1979)
Film yang dibintangi oleh Jenny Rachman, Roy Marten, dan El Manik ini berhasil membuat Jenny Rachman membawa pulang piala FFI pada tahun 1980. Sutradaranya, Sjuman Djaya, adalah tokoh yang sangat disegani di dunia perfilman Indonesia, bahkan hingga akhir hayatnya. Kisah tentang seorang janda seorang pilot yang berusaha menata kembali hidupnya sepeninggal sang suami ini dijamin akan menghanyutkan Anda.
Sama seperti "Olga Sepatu Roda", film ini juga sempat diangkat ke layar kaca dengan memasangkan Meriam Bellina dan Donny Damara. Kira-kira siapa artis zaman sekarang yang cocok menggantikan peran Jenny Rachman dan Roy Marten di versi remake-nya? Bagaimana dengan Prisia Nasution dan Oka Antara?
"Ramadhan dan Ramona" (1992)
Film yang kesuksesannya sampai ke Jepang ini memasangkan Jamal Mirdad dan Lydia Kandou untuk pertama kalinya. Chaerul Umam, sutradara kawakan Indonesia, berhasil membawa tema komedia dalam film ini untuk membuat penonton jatuh cinta pada sejoli Ramadhan dan Ramona. Karena kualitasnya, film ini berhasil memborong 5 Piala Citra pada tahun 1992, meskipun alur ceritanya cukup ringan.
Sebuah stasiun televisi berlangganan Indonesia sempat mengangkat film ini menjadi sinetron, namun tidak begitu mendapat tanggapan yang bagus, karena belum banyaknya orang Indonesia yang memiliki jaringan TV berlangganan. Sepertinya jika insan perfilman zaman sekarang memasangkan Eva Celia dan Adipati Dolken, remake film ini akan jadi lebih seru.
"Taksi" (1990)
Akting Rano Karno dan Meriam Bellina di film ini sangat bagus, hingga akhirnya berhasil mengantongi Piala Citra 1990 sebagai pemeran utama pria dan wanita sekaligus. Alur cerita film ini memang sedikit rumit, namun penggarapan Arifin C. Noer yang memang terkenal rapi, berhasil menghindarkan kebosanan penonton.
Film ini sempat diangkat menjadi FTV beberapa tahun yang lalu, namuan karena penggarapannya kurang serius, jadi terkesan biasa-biasa saja. Coba versi film remakenya memasangkan Ario Bayu dan Marsha Timothy, pasti keren.
"Taksi" versi Indonesia jelas berbeda dengan "Taxi" versi Hollywood.
"Di Balik Dinding Kelabu" (1986)
Film "Di Balik Dinding Kelabu" memajang nama Ida Iasha yang cantik jelita sebagai pemeran utamanya. Cerita tentang seorang wanita yang harus rela dipenjara karena mempertahankan harga dirinya ini benar-benar menguras simpati para penontonnya. Dipasangkan dengan Ray Sahetapy yang saat itu masih ganteng dengan aura mudanya, Ida Iasha berhasil menghidupkan peran Rosnia dengan apik. Kisah-kisah dari balik jeruji besi seperti ini sepertinya belum ada di era film Indonesia modern seperti sekarang.
Coba bayangkan jika peran Ida Iasha dan Ray Sahetapy diambil alih oleh Prisia Nasution dan Reza Rahadian? Pasti jadinya keren!
"Roman Picisan" (1980)
Wajah Rano Karno dan Lydia Kandou yang masih muda rupawan menjadi magnet kuat film yang disutradarai oleh Adisoerya Abdy ini. Khas anak SMA, cerita cinta memakai surat ala zaman dulu menjadi pemikat alur cerita film ini. Mungkin dalam versi remake-nya yang sekarang, internet bisa dijadikan pengganti surat cinta lewat kertas ala jadul. Kisah yang ringan tidak membuat film ini jadi ecek-ecek, sehingga pantas jika versi remake-nya segera dibuat.
"Roman Picisan" Rano Karno berbeda dengan "Roman Picisan" yang dibintangi oleh Tora Sudiro.
(mdk/mzh)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Film layar lebar apa saja yang sukses besar dari segi penjualan tiketnya?
Baca SelengkapnyaDengan durasi sekitar 60 menit, "Loetoeng Kasaroeng" diadaptasi dari cerita rakyat Sunda yang populer.
Baca SelengkapnyaKoleksi film sedih ini bisa masuk daftar tontonan untuk mengisi waktu luang kamu.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pecah rekor, film Indonesia tahun 2024 tembus 55 juta penonton. Terbanyak sepanjang sejarah.
Baca SelengkapnyaDengan adanya film ini, diharapkan kaum perempuan lebih memahami dunia laki-laki
Baca SelengkapnyaFaktanya popularitas saja tidak cukup menjadi modal lolos ke Senayan
Baca SelengkapnyaUsai menonton film, pria yang dulunya akrab disapa Incess kini jadi tukang sampah dan ingin dipanggil Yanto.
Baca SelengkapnyaPolisi meminta bantuan semua pihak termasuk orang tua pada DPO agar menyerahkan pelaku jika mengetahui keberadaannya.
Baca SelengkapnyaBaku tembak antara pelaku dan polisi terus terjadi saat kejar-kejaran.
Baca Selengkapnya