Bos Pertamina masih kaji besaran harga gas yang bisa diturunkan
Merdeka.com - Sore ini, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto dan Direktur Utama PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk Hendi Priyono melakukan rapat koordinasi di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Pertemuan ini untuk membahas masalah mahalnya harga gas industri di dalam negeri. Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan pihaknya masih akan mengkaji untuk menurunkan harga gas yang saat ini masih mencapai USD 10 per MMBTU.
"Belum ada (hasilnya), kami masih hitung angka-angkanya," ujarnya di Jakarta, Senin (29/8).
Namun Dwi enggan membeberkan kisaran rata-rata biaya produksi gas Pertamina di hulu lantaran biaya produksi beragam. "Beda-beda, tergantung cost of production. Itu yang sedang dilakukan pengkajian," tukas Dwi.
Dwi meyakinkan, Pertamina sudah cukup efisien dalam kegiatan produksi gas bumi di hulu. "Kalau tidak efisien, tidak bisa berkembang," tutup Dwi.
Sebelumnya, Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat mengeluhkan tingginya harga gas dalam negeri. Bahkan, harga gas dalam negeri lebih mahal dibanding Singapura. Menurut Ade, tata niaga perdagangan gas di Indonesia terlalu kompleks.
"Gas berasal dari Indonesia dijual ke Singapura dengan harga berkisar USD 4 per Million Metric British Thermal Unit (MMBTU), begitu harga gas dijual sendiri di Indonesia maka harga gas sudah USD 12, artinya di situ terjadi percaloan yang luar biasa," ucap Ade di Kementerian Perindustrian, Jakarta.
Untuk itu, Ade meminta kepada pemerintah terkait untuk segera memperbaiki tata niaga gas. Sebab, kondisi industri dalam negeri belum terlalu baik dan membutuhkan harga gas yang lebih murah.
"Ini yang harus kita benahi, kan gas itu bisa langsung berikan implikasi bagaimana bisa bermanfaat bagi masyarakat yang sebesar-besarnya. Kita harapkan harga gas paling tidak tidak terlalu tinggi perbedaanya antara yang dijual ke Singapura, Korea dan Vietnam, dibandingkan di dalam negeri," ujar Ade.
Ade berharap, harga gas dalam negeri bisa stabil di USD 7. "Kalau gasnya mahal barang kita juga sulit bersaing secara global. Gas ini merupakan energi primer dan energi sekundernya adalah listrik," kata Ade.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Wamen BUMN juga menjelaskan, produksi migas hulu Pertamina saat ini telah mencapai lebih dari 1 juta barrel per hari.
Baca SelengkapnyaAngka capaian ini juga mencatatkan peningkatan produksi minyak sebesar 27,22 persen dari 2021 atau 10,12 persen dari 2022.
Baca SelengkapnyaAkibat harga gas bumi murah atau harga gas bumi tertentu (HGBT) kepada tujuh sektor industri tellah berdampak pada berkurangnya penerimaan negara.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pertama, ada faktor dari sisi hulu di mana rencana-rencana produksi mengalami kendala operasional.
Baca SelengkapnyaPenemuan sumber migas baru di Tambun, Bekasi ditajak pada 18 Agustus 2023 lalu.
Baca SelengkapnyaUsai Pemilu 2024, Arifin pun mempersilakan penjualan BBM non-subsidi kepada masing-masing badan usaha, mengikuti pergerakan harga minyak dunia.
Baca SelengkapnyaPHE hingga Juni 2023 mencatatkan produksi minyak sebesar 570 ribu barel per hari (MBOPD) dan produksi gas 2757 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).
Baca SelengkapnyaHarga BBM di SPBU Pertamina tidak mengalami kenaikan per 1 Maret 2024 ini.
Baca SelengkapnyaPertamina menjamin ketersediaan stok LPG di pangkalan-pangkalan resmi.
Baca Selengkapnya