Bos BI: Bank Dunia dkk Sepakat Naikkan Pendanaan ke Negara Terdampak Corona
Merdeka.com - Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengungkapkan lembaga keuangan internasional seperti Bank Dunia akan meningkatkan pendanaannya ke negara berkembang yang terdampak virus corona atau Covid-19. Pendanaan ini untuk mengatasi berbagai masalah baik kesehatan, UMKM maupun masyarakat luas.
Selain itu, lembaga keuangan internasional sepakat melakukan pengetatan likuiditas dolar secara global. IMF merencanakan akan meningkatkan alokasi SDR (Special Drawing Right). "IMF juga akan memberikan swab line kepada seluruh negara tanpa persyaratan apapun," ujarnya di Komplek Gedung Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Selasa (24/3).
Perry menambahkan negara yang tergabung dalam G20 juga sepakat untuk meningkatkan upaya pencegahan dan penanganan penyebaran Covid-19 baik dari aspek kesehatan maupun aspek kemanusiaan. "Bagaimana pandemik global ini kemudian diatasi dengan join action agar aspek-aspek kemanusiaan khususnya kesehatan diatasi dengan baik," kata Perry.
Berbagai negara di dunia sepakat untuk saling bertukar informasi terkait langkah protokol untuk pencegahan perluasan wabah. Termasuk saling mengisi kebutuhan obat-obatan dan berbagai hal yang dirasa diperlukan.
Negara peserta G20, lanjut Perry, juga sepakat melakukan langkah-langkah kebijakan fiskal dan moneter untuk dilakukan secara global dengan kewenangan masing-masing negara. Semua negara juga menyediakan stimulus fiskal yang besar dalam mengatasi dampak covid-19 terhadap aspek ekonomi. Khususnya kepada masyarakat, UMKM maupun dunia usaha.
"Kemudian, bagaimana beban masyarakat dan UMKM bisa diatasi. Termasuk juga dengan perusahaan dengan stimulus fiskal sesuai dengan ketentuan masing-masing negara."
Bank Sentral Dunia Bekerja Sama Atasi Kepanikan Pasar Global
Dalam rapat itu juga dibahas bagaimana bank sentral melakukan langkah bersama dalam mengatasi dampak-dampak Covid-19. Termasuk juga mengatasi kepanikan pasar keuangan global. Bagaimana bank sentral bukan hanya menurunkan suku bunga tapi juga menambah likuiditas dan injeksi likuiditas di pasar keuangan.
Bank sentral juga mengurangi beban bagi perbankan maupun sektor keuangan masyarakat. Termasuk dalam pembiayaan ekonomi dengan berkoordinasi bersama OJK di masing-masing negara. "Komitmen semua negara untuk koordinasi baik secara nasional dari fiskal, moneter dan sektor keuangan. Demikian juga koordinasi antar negara," kata Perry.
Rapat internasional ini akan kembali diselenggarakan pekan depan untuk saling memperbaharui informasi dan kondisi di masing-masing negara. Termasuk koordinasi kebijakan-kebijakan negara baik fiskal, moneter dan sektor keuangan.
"Itu dilakukan sebagai join kolektif action global untuk mengatasi covid-19," kata Perry mengakhiri.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bank Dunia yang menyebut Indonesia harus bisa menyediakan lapangan kerja berkualitas agar bisa menjadi negara berpendapatan tinggi.
Baca SelengkapnyaJokowi menjelaskan, bahwa setiap keputusan pemerintah selalu memperhatikan kondisi ekonomi dan situasi keuangan negara.
Baca SelengkapnyaPerry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Peningkatan kredit atau pembiayaan didorong oleh peningkatan permintaan kredit sejalan dengan tetap terjaganya kinerja korporasi.
Baca Selengkapnyakebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaBagi masyarakat yang ingin menukarkan uang melalui pelayanan tersebut harus membawa indentitas seperti kartu tanda penduduk (KTP).
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi menerima surat kepercayaan dari sembilan duta negara-negara sahabat
Baca SelengkapnyaPresiden menjelaskan bahwa kenaikan harga ini dipicu kegagalan panen yang disebabkan oleh bencana Elnino di seluruh dunia.
Baca SelengkapnyaPosisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2024 mencapai USD145,1 miliar atau Rp2.275 triliun
Baca Selengkapnya