Mengenal Peresean, Tradisi Adu Kuat Para Lelaki di Lombok Sambut Hari Kemerdekaan
Tarian adu kekuatan dan ketangkasan kaum laki-laki dengan menggunakan senjata berupa rotan sebagai alat pukul dan tameng yang terbuat dari kulit sapi.
Tarian adu kekuatan dan ketangkasan kaum laki-laki dengan menggunakan senjata berupa rotan sebagai alat pukul dan tameng yang terbuat dari kulit sapi.
Mengutip direktoripariwisata.id, Peresean ini awalnya digunakan untuk simbol kegembiraan atau luapan emosi para prajurit Lombok. Tak hanya itu, selama pertunjukan, para pembawa Peresean juga diiringi dengan musik Gendang Beleq sebagai salah satu penyemangat dan mengundang masyarakat sekitar untuk menyaksikan.
Selain itu, permainan ini dahulunya sering digunakan sebagai rumah adu ketangkasan yang digunakan untuk memilih pemimpin perang dalam sebuah perkumpulan di Lombok. Tarian peresean konon diyakini sebagai ajang pembuktian kekuatan dari setiap jenis ilmu yang dimiliki. Area pukul dari tarian ini adalah badan bagian pinggang sampai kepala.
Pertama, dua wasit akan mencari calon petarung pria lainnya. Kemudian wasit akan mencari pepadu-pepadu yang seimbang sebelum memulai pertarungan. Lalu wasit akan menggunakan ikat kepala (saput) dan kain pengikat pinggang (bebadong), serta diberi sirih untuk dikunyah. Setiap tampil, para peserta menggunakan sebilah rotan sebagai senjata serta dilengkapi dengan perisai berbahan rotan.
Mengutip beberapa sumber, Peresean semakin hari semakin disakralkan maka pelaksanaan Peresean tidak akan digelar sembarang waktu. Namun, Persean sudah menjadi tradisi dalam menyambut HUT Kemerdekaan RI setiap 17 Agustus.
Panitia menyiapkan 9 ton nasi, 14 ekor kerbau, dan 80 ekor kambing untuk tradisi Buka Luwur.
Baca SelengkapnyaSalah satu tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menjaga ketahanan pangan masyarakat.
Baca SelengkapnyaUniknya, tradisi ini hanya satu-satunya di Indonesia. Bahkan etnis Tionghoa di daerah lain tidak ada pelaksanaan tradisi yang serupa.
Baca SelengkapnyaWalau saling pukul pakai rotan, namun warga di sini tidak saling dendam
Baca SelengkapnyaMauludan merupakan perayaan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Kemuja, Kabupaten Mendo Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Baca SelengkapnyaTradisi ini digelar para petani saat memasuki musim tanam padi. Seperti halnya para petani di Desa Selokgondang, Kecamatan Sukodono, Lumajang.
Baca SelengkapnyaNirok Nanggok, tradisi masyarakat Belitung saat menangkap ikan ketika musim kemarau telah tiba.
Baca SelengkapnyaTradisi Cembengan merupakan tradisi yang diadopsi dari etnis Tionghoa, yaitu Cing Bing.
Baca SelengkapnyaMasyarakat Sunda di Jawa Barat masih melestarikan kegiatan melepas burung merpati sebagai satu rangkaian pernikahan yang sakral.
Baca Selengkapnya