Mencicipi Rumbia, Buah Pohon Sagu Favorit Masyarakat Aceh yang Penuh Khasiat
Buah yang dihasilkan dari pohon sagu tersebut kerap dijadikan rujak, asinan, hingga manisan oleh masyarakat Aceh sejak zaman dulu.
Buah yang dihasilkan dari pohon sagu tersebut kerap dijadikan rujak, asinan, hingga manisan oleh masyarakat Aceh sejak zaman dulu.
Indonesia telah lama dikenal memiliki kekayaan hasil bumi yang beragam, tanah yang subur, dan jenis-jenis flora yang unik serta langka. Ada banyak tanaman di Indonesia yang membawa banyak manfaat jika dikonsumsi.
Salah satunya berasal dari Provinsi Aceh yaitu rumbia yang mendapat julukan salak hutan Aceh. Buah yang dihasilkan dari pohon sagu tersebut kerap dijadikan rujak, asinan, hingga manisan oleh masyarakat Aceh sejak zaman dulu. (Foto: Instagram/halonaganraya)
Rumbia memiliki khasiat yang baik bagi tubuh jika dikonsumsi.
Lantas, seperti apa keunikan dari buah ini? Simak ulasan selengkapnya yang dirangkum merdeka.com berikut ini.
Buah Rumbia dulunya sangat digemari masyarakat Aceh untuk dijadikan rujak yang dicampur bersama jenis buah-buahan lainnya. Masyarakat setempat mengenal buah ini dengan nama boh meuria, yang banyak ditemukan di Kabupaten Aceh Barat.
Mengutip dari beberapa sumber, rumbia begitu dicari oleh ibu-ibu hamil.
Untuk asinan, rumbia yang masih ada kulitnya itu direndam air garam selama beberapa hari. Sedangkan untuk manisan, buah ini direndam menggunakan air gula putih atau gula aren.
Sayangnya kini sudah jarang masyarakat Aceh yang mengolah buah-buahan unik tersebut. Penyebabnya sudah ada pilihan makanan lain yang lebih lezat dengan proses yang relatif mudah dan cepat. (Instagram/exploretabagsel)
Buah yang memiliki nama ilmiah Metroxylon sagu ini dihasilkan dari pohon sagu yang tumbuh di aliran-aliran sungai, rawa, daerah-daerah yang memiliki kadar air tinggi atau dekat sumber air.
Karakteristik dari rumbia ini adalah bentuknya yang bulat seukuran bola golf, dan di bagian kulitnya terdapat sisik. Dilihat sekilas, buah ini tak jauh berbeda dengan buah salak, hanya berbeda warna saja.
Mengutip dari pustaka.setjen.pertanian.go.id, rumbia kini sudah mulai langka. Hal ini disebabkan oleh tempat mereka biasa tumbuh semakin menipis. Maka dari itu, jika ada yang menjual buah tersebut tentu harganya lebih mahal.
Untuk tekstur dan rasa, buah ini sepat atau kesat. Saat matang bagian kulitnya akan berubah warna dari kehijauan menjadi kecokelatan. Teksturnya pun sangat lembut.
Selain diolah menjadi asinan atau manisan, buah ini juga mengandung khasiat dan manfaat yang baik bagi tubuh. Dulu, masyarakat Aceh mengonsumsi buah ini secara langsung untuk mengobati diare.
Buah ini mengandung zat besi, serat, tiamin, karoten, hingga asam askorbat. Selain itu, ada juga senyawa organik lainnya yang dapat meningkatkan daya tahan otot. (Foto: Instagram/dapurnonna_gie)
Rumbia berkhasiat untuk menambah kepadatan tulang dan gigi serta mencegah berbagai penyakit tulang karena mengandung kalsium yang cukup tinggi.
Buah ini juga rendah glukosa, sehingga tak perlu khawatir jika kerap mengonsumsinya, sebab sangat aman bagi penderita diabetes.
Rujak khas Aceh ini isiannya batok kelapa. Tertarik mencoba?
Baca SelengkapnyaPantun Aceh lucu adalah bagian dari warisan budaya yang dapat menjaga dan melestarikan tradisi lisan masyarakat Aceh.
Baca SelengkapnyaMeski terdangar aneh, namun makanan ini mampu memberikan khasiat bagi tubuh, terutama saat menjalankan ibadah puasa.
Baca SelengkapnyaKejari Aceh Barat mengeksekusi hukuman cambuk sebanyak 154 kali terhadap RD (26), warga Labuhan Haji, Aceh Barat Daya yang terbukti memerkosa penumpang angkot,
Baca SelengkapnyaPohon itu dikeramatkan oleh warga setempat. Bahkan warga sengaja membangun pagar besi mengelilingi pohon keramat itu
Baca SelengkapnyaPria itu mengaku emosi pada pihak polsek karena penanganan kasus yang dilaporkannya.
Baca SelengkapnyaPolresta Banda Aceh menetapkan seorang pengungsi etnis Rohingya, Muhammad Amin (35) sebagai tersangka penyelundupan manusia.
Baca SelengkapnyaBudaya ngopi orang Aceh sendiri sudah ada sejak tahun 1980-an yang identik dengan bapak-bapak yang duduk di warung kopi.
Baca SelengkapnyaSebuah pedesaan di Aceh Tamiang sudah tak lagi dihuni warganya akibat gangguan mahluk halus.
Baca Selengkapnya