Warga Malang bikin petisi tolak bunga plastik di Taman Tugu
Merdeka.com - Lampu bunga matahari plastik di Taman Tugu, Balaikota Malang menuai komentar. Bahkan sebuah petisi online meminta dukungan agar Wali Kota Malang, Mochammad Anton mencabut bunga-bunga plastik tersebut.
Petisi tersebut dibuat oleh akun Mochamad Rofik di laman www.change.org. Petisi itu menilai keberadaan bunga plastik mengurangi nilai estetika dan identitas Malang sebagai kota bunga.
Petisi itu juga mengkritik pengadaan bunga plastik yang diimpor dari China dengan harga miliaran rupiah itu.
"Kami meminta bunga-bunga plastik nan jelek itu dicabut dari depan Balaikota," tulis petisi tersebut.
Namun sejak dibuat hingga Senin (18/5) petisi tersebut belum mendapat banyak dukungan. Hingga pukul 11.30 WIB baru muncul 19 pendukung.
Sementara itu, Wali Kota Malang Muhammad Anton saat ditemui usai acara Isra Miraj, Senin (18/5) mengatakan dirinya tidak perlu memberikan tanggapan serius tentang petisi tersebut.
Karena pada kenyataannya, kata Anton, masyarakat menyambut baik dengan keberadaan lampu plastik tersebut.
"Petisi itu petisi siapa? Saya sampai malam di sini, melihat selalu banyak orang di Taman Tugu, mereka berfoto-foto, berselfie, bersenang-senang. Kita semua ingin menyenangkan masyarakat," kata Abah Anton, Senin (18/5).
Anton juga menegaskan kalau bunga-bunga itu berfungsi sebagai lampu taman untuk pencahayaan. Keindahan cahaya yang keluar mempercantik Taman Tugu. Pilihan lampu bentuk bunga dianggap cocok dan sesuai dengan taman.
"Teknologi itu mengadopsi dari luar negeri. Beberapa daerah sekarang juga mengadopsinya, seperti Batu dan Tasikmalaya. Kami meniru seperti di luar negeri dan ternyata langkah kami juga ditiru kota lain," katanya.
Anton tidak peduli dengan anggapan kalau langkahnya menanam bunga plastik itu dianggap norak. Pihaknya lebih melihat pada kenyataan, bahwa masyarakat menyukainya.
Saiful Rochman, salah seorang pengunjung di Taman Balaikota menyayangkan jika bunga di taman-taman tersebut harus dicabut sebagaimana yang ada dalam petisi tersebut. Namun dirasakan memang agak terlalu banyak jumlahnya.
"Sayang kalau harus dicabut. Tapi menurut saya tidak mengurangi keindahan, sekarang dibatasi saja, jangan nambah lagi," katanya.
(mdk/ary)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Warga Bawean Digegerkan Kemunculan Sumber Mata Air Panas usai Gempa di Tuban, Begini Penampakannya
Baca SelengkapnyaSeorang pedagang dikagetkan dengan temuan sekantong plastik. Plastik tersebut berisi peluru dan granat di pinggir kali.
Baca SelengkapnyaSejumlah barang bukti diamankan dari pelaku yang diduga melakukan penganiayaan terhadap keponakannya
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Untuk memudahkan koordniasi, Giyatono membuat paguyuban pembuat keris. Paguyuban itu telah terdaftar sebagai salah satu kluster BRI
Baca SelengkapnyaPolres Malang langsung menggelar olah TKP di lokasi kejadian untuk mengetahui penyebab kematian korban.
Baca SelengkapnyaPantun adalah salah satu bentuk puisi tradisional yang sangat populer di masyarakat Palembang dan juga di seluruh wilayah Nusantara.
Baca SelengkapnyaPohon itu dikeramatkan oleh warga setempat. Bahkan warga sengaja membangun pagar besi mengelilingi pohon keramat itu
Baca SelengkapnyaPengguna batik ini diharapkan bisa mengagumi keindahan alam Priangan Timur.
Baca SelengkapnyaTradisi ini dilakukan turun-temurun karena dianggap membawa keberkahan
Baca Selengkapnya