Meriah tapi Sakral, Begini Potret Warga Banyuwangi Gelar Kenduri Massal di Sepanjang Jalan Kampung
Tradisi ini dilakukan turun-temurun karena dianggap membawa keberkahan
Tradisi ini dilakukan turun-temurun karena dianggap membawa keberkahan
Lebaran Idulfitri telah usai, namun masyarakat di berbagai daerah masih menyelenggarakan berbagai tradisi selama bulan Syawal dalam kalender Islam. Salah satunya kenduri massal yang rutin digelar warga Banyuwangi setiap tahunnya.
Tradisi kenduri massal dilakukan warga Kepuh, Kelurahan Boyolangu, Kabupaten Banyuwangi, setoap hari ke-11 bulan Syawal. Tradisi unik ini untuk memohon keselamatan dan tolak bala kepada Tuhan yang Maha Esa.
Ada beragam makanan yang disajikan untuk disantap bersama-sama. Mulai dari opor ayam, pecel petek dan beberapa jenis makanan khas Banyuwangi lainnya.
Mengutip Liputan6.com, ribuan warga kampung duduk rapi berjajar di jalan kampung. Setiap keluarga membawa makanan-makanan sendiri. Usai didoakan ulama setempat, warga makan bersama-sama.
Warga Kepuh Banyuwangi menggelar kenduri massal setiap tahun karena yakin tradisi ini membawa keberkahan.
“Monggoh kita berdoa bersama untuk memohon kepada Allah agar kita diberi umur panjang, rizki melimpah, diselamatkan dari marabahaya sehingga segala aktivitas dan ibadah kita berjalan lancar,” ujar ulama setempat, Arif Kurniawan Al-Hafidz, dikutip dari Liputan6.com, Rabu (24/4/2024).
Setelah didoakan, ribuan masyarakat yang mengikuti kenduri massal menyantap aneka hidangan makanan yang tersedia.
Saat proses doa, tradisi ini tampak sakral. Setelah doa selesai dan warga menyantap makanan bersama, suasana menjadi meriah. Apalagi ditambah gemerlap lampu yang terpasang sepanjang jalan kampung.
“Alhamdulillah sangat senang rasanya bisa berkumpul, makan bersama warga kampung dan keluarga. Semoga menjadi barokah,“ tutur warga setempat, Uun Koriah, Selasa (23/4/2024).
Kepala Kelurahan Boyolangu, Miftahu Huda, mengatakan, tradisi kenduri masal di kampung Kepuh merupakan wujud syukur. Ia berharap tradisi ini bisa dilaksanakan terus-menerus. Berkat tradisi ini, hubungan antar masyarakat semakin guyub rukun.
Masyarakat bisa rukun dan kompak dalam segala bidang, terutama membangun kampungnya agar lebih maju.
“Saya berharap ini terus dipertahankan karena tradisi ini merupakan tradisi yang baik dan bisa mempererat tali silaturahmi antar warga. Warga luar Boyolangu saja tertarik bersilaturahmi apalagi warga Boyolangu, pasti akan tambah rukun,” ujar Huda, dikutip dari Liputan6.com.
Salah seorang warga dari kampung lain, Nur Aini mengaku datang karena diberitahu temannya. Ia pun datang mengikuti kenduri massal di Kelurahan Boyolangu tersebut.
“Kebetulan rumah teman saya di sini. Saya diajak, karena penasaran saya datang. Ternyata sangat luar biasa ramai dan kompak. Di kampung saya tidak ada, semoga tradisi seperti ini bisa terus dipertahankan,” ujar Nur Aini, warga Kelurahan Pakis, Kabupaten Banyuwangi.
Hingga kini, makamnya selalu bersih dan rapi karena banyak diziarahi warga lokal
Baca SelengkapnyaTradisi Puter Kayun bukan hanya warisan budaya, tetapi juga menjadi daya tarik wisatawan.
Baca SelengkapnyaSalah satu tarian tradisional asli masyarakat Suku Kerinci dari daerah Hamparan Rawang ini selalu menghadirkan penampilan yang membuat decak kagum.
Baca SelengkapnyaTradisi ini menarik, karena karakter yang diarak merupakan hewan raksasa dan diiringi lampion serta obor bersama gema takbir
Baca SelengkapnyaPantun palang pintu Betawi adalah salah satu bentuk seni tradisional masyarakat Betawi yang unik dan memiliki ciri khas tersendiri.
Baca SelengkapnyaMemanggil ikan memakai peluit merupakan bagian dari tradisi warga di Pantai Bakaro sejak puluhan tahun silam
Baca SelengkapnyaSalah satu kesenian berasal dari Lampung Barat ini menjadi simbol suatu kehormatan dan kebesaran yang dipertunjukkan pada upacara ritual yang sakral.
Baca SelengkapnyaTradisi ini sudah ada sejak tahun 1743 dan diwariskan secara turun-temurun.
Baca SelengkapnyaNgalungsur Geni, tradisi turun-temurun pembersihan benda pusaka di Kabupaten Garut.
Baca Selengkapnya